melepasmu untuk sementara
Melepasmu Untuk Sementara

Melepasmu Untuk Sementara

Reads
90
Votes
0
Parts
19
Vote
by Titikoma

Berita Menggemparkan

 25 Maret 2016. 

Pulang kampung sudah merupakan tradisi warga Indonesia menjelang hari raya Idul Fitri. Begitu pula denganku, hari ini memutuskan untuk pulang kampung ke Martapura. Bedanya aku pulang kampung nggak saat menjelang lebaran, melainkan karena ingin menyampaikan 2 berita penting ke keluarga besar dan kerabat terdekat. Berita pertama tentang tanggal dan konsep pernikahanku dengan Arizal. Tepat tanggal 1 maret kemarin, Arizal beserta keluarganya datang ke rumahku yang Solo untuk mengkhitbahku secara resmi. Memang lamaran itu hanya diwakili pak dheku saja, sebab orang tuaku sibuk mengurus warga di Martapura. Walaupun mereka nggak hadir di acara lamaran, namun mereka merestui aku menikah dengan Arizal. Itu sudah lebih dari cukup. Berita kedua tentang kemunduranku dari dunia literasi. Ntah bagaimana reaksi keluarga mendengar berita kedua ini. Sesampai di bandara Syamsuddin Noor, aku dan Athiyah mencegat taksi. Aku sengaja nggak minta keluarga jemput soalnya aku takut merepotkan mereka. Mobil taksi berhenti di depan kami, lalu kami memasuki taksi tersebut. “Tujuannya kemana, Neng?” Tanya sopir. “Ke Martapura, Pak. Ini alamatnya.” Aku menyodorkan secarik kertas berisi alamat rumah ke sopir taksi. Perjalanan dari Bandara sampai Martapura memakan waktu setengah jam. Aku memanfaatkan dengan dengar music melalui earphone sambil memejamkan mata. Detik demi detik terus bergulir. Sampai akhir mobil taksi yang kutumpangi berhenti. Athiyah menggoyang-goyangkan tubuhku. “Ada apa sih? Lo berisik banget deh.” Omelku. “Tuh, dah nyampe rumah.” Aku membuka mata. “Eh, udah nyampe ya? Gue kira tadi kita berhenti di pom bensin,” ucapku linglung.  Athiyah dan sopir taksi turun duluan dari mobil. Sopir taksi membantu mengangkat kursi roda dan barang-barangku yang ada di bagasi sedangkan Athiyah membantuku turun dari taksi ke kursi roda. Barulah aku menyerahkan uang seratus ribuan ke sopir taksi. “Kembaliannya ambil aja.” Turun dari mobil aku dapat kejutan luar biasa. Seluruh keluarga besar menyambut kedatanganku. Bukan hanya keluarga besar, seluruh warga desa, kepala desa dari desa lain, Pak Camat, sampai Pak Bupati baru ikut menyambut kedatanganku. Kata Pak Bupati, ini semata-mata penghargaan kecil karena aku telah mengharumkan kota Martapura. Aku jadi terharu melihat antusias mereka. Aku berasa jadi pahlawan yang habis memperjuangkan tanah air. Warga desa ada yang minta foto, tanda tangan bahkan oleh-oleh. Aku senang hati melayani mereka. Anggap saja ini terakhir kalinya aku menikmati kesuksesan sebelum enar-benar mundur dari dunia literasi. Satu jam berlalu, semua permintaan warga sudah aku penuhi. Satu persatu dari mereka muai meninggakan rumahku. Kepala desa dari desa lain, Pak Camat, dan Pak Bupati pun juga ikut berpamitan pulang. Ini moment yang tepat buatku menyampaikan 2 berita penting. Kebetula keluarga besarku masih berkumpul di sini. “Ma, Pa, tante, Om serta yang lainnya kedatanganku pulang kampung karena ingin menyampaikan 2 berita penting ke kalian semua. Berita pertama tentang tanggal dan konsep pernikahanku dengan Arizal. Athiyah, bagiin gih kertas HVS yang tadi malam gue print ke mereka!” “Oke, siap!” Athiyah melaksanakan perintahku. “Tanggal dan konsep pernikahan sudah tertulis di kertas HVS ang dibagikan Athiyah.” “Wuih, gila. Konsep pernikahan lo keren banget. Belum ada orang Kalsel ang melakukan pernikahan seperti lo,” ucap adikku terkagum-kagum. “Terus berita keduanya apa?” Tanya Omku. “Berita keduanya aku ingin menyampaikan ke kalian, aku ingin mundur dari dunia literasi.” Seluruh keluarga besar melotot. Mama mendekatiku lalu menentuh jidatku. “Lo nggak lagi sakit kan, Rin?” Aku menepis tangan mama dari jidat. “Ish, mama apa-apaan sih? Aku sehat kok. Sehat banget malah.” “Kalau lo sehat lo nggak mungkin ngambil keputusan bego kek gitu.” “Bener kata mamamu. Mundur dari dunia literasi adalah sebuah keputusan sangat bego. Di luar sana banyak yang pengen jadi penulis sukses kayak kamu, nah kamu malah pengen mundur dari dunia literasi,” sahut tanteku nomor dua. “Jangan bilang kamu mundur dari dunia literasi karena Arizal nggak ngizinin kamu berkarier? Kalau emang kamu mundur karena cowok, sumpah bego banget. Inget peerjuangan kamu ketika memasuki dunia literasi. Dulu aja pas ditentang oleh ortu, kamu jabanin.” Tanteku nomor satu ikut-ikutan mengomeli aku. Mana omelannya sama persis seperti yang dikatakan oleh Mbak Idha, teman facebookku Oh my god. Aku diserang keluarga. Sudah kuduga sih mereka pasti menentang keputusanku. Aku mencoba tenang. “Ma, tante dengerin aku ya. Aku mundur dari dunia literasi karena keinginanku sendiri, bukan karena Arizal. Arizal malah mencegahku untuk melakukan itu. Alasan jelasnya nanti aku sampein tepat di hari pernikahanku. Aku harap kalian bisa menerima keputusanku dengan lapang dada.” “Ya, udah. Terserah lo deh,” ucap mama ketus. Aku tersenyum. Walaupun kalimat yang diucapkan mama ketus tapi aku tahu di balik kalimat itu mama mendukung keputusanku. Mamaku mah emang gitu, kalau ngasih dukungan nggak lewat kata-kata manis tapi lewat kata-kata pedas. Dukungan dari mama sudah lebih dari cukup. Soal tentangan dan cibiran dari orang lain aku sih cuek aja. Nanti juga mereka mendukungku. 16 Juni 2016 Pukul 11.00 Menetapkan tujuan adalah langkah pertama mencapai kesuksesanmu. Seperti halnya aku, tahun 2012 lalu sebelum sukses jadi penulis aku menetapkan 5 tujuan di buku diary.  Yang salah satu tujuanku berbunyi, “Biar bisa menyempurnakan agama bersama orang yang paling kucintai dalam hidup.” Bukan hanya menetapkan tujuan saja, aku sempat menyiapkan konsep pernikahan idaman : resepsi pernikahannya itu di Gramedia Solo, pelaminannya berwarna Ungu, seluruh tamu undangan mengenakan kostum ala karyawan Gramedia, Wejangan-nya bukan disuguhi makanan melainkan dikasih novel-novel terbaru, dan pastinya ada bintang tamunya juga. Bintang tamu itu bukan penyanyi, tapi penulis favoritku, Asma Nadia dan Habiburrahman El Shirazy. Mereka membacakan puisi indah. Mencapai tujuan tersebut tidaklah mudah. Perlu proses yang panjang. Tujuanku itu tercapai hari ini tanggal 16-06-2016. Tanggal yang cantik kan? Aku bahagia akhirnya tujuan itu terwujud juga. Namun ntah mengapa ada rasa sedih bersemayam di relung hati. Rasa sedih muncul mungkin dikarena pernikahanku ini dibarengkan dengan acara launching novel terakhirku. Ya, aku memutuskan mudur dari dunia literasi. Di depan mataku para wartawan sudah menduduki kursi masing-masing. Mereka sudah siap melempariku dengan pelbagai pertanyaan. “Mbak Ariny kan sudah melahirkan 100 novel, mengapa tiba-tiba mundur dari dunia literasi? Apa Mbak Ariny tidak sayang melepas karir yang sudah jadi besar?” wartawan dari stasiun televisi lah pertama melempari pertanyaan ke aku. Hmmm … sudah aku duga mereka pasti menyayangkan aku mundur dari dunia literasi. Bukan Cuma wartawan, keluarga dan para sahabat pun menyayangkan atas keputusanku. Sebelum menjawab pertanyaan dia, aku melirik kea rah seorang pria sholeh yang duduk di sebelahku. Pria sholeh tersebut satu jam yang lalu sah menjadi imamku. “Saya mundur dari dunia literasi karena pria sholeh yang sedang tersenyum manis di sebelah saya ini. Dia lah satu-satunya tujuan saya terjun ke dunia literasi. Jika tujuan utama saya sudah terwujud untuk apalagi berada di dunia ini?” aku menjawab pertanyaan wartawan itu dengan tenang. Aku berharap jawabanku bisa diterima oleh wartawan, keluarga, sahabat dan pastinya para Ariny Holic, sebutan pembaca novelku.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices