
by Titikoma

Dion
Agatha diizinkan mandi sebelum di make-up lalu dengan cepat tangantangan perias mulai mendadani wajahnya yang sedikit tirus. Agatha baru tersadar menatap wajahnya yang tengah di dandani dengan sentuhan kosmetik remaja yang lembut. Tapi untuk cover gadis sampul dandanan disapukan juga tidak terlalu tebal, yang pasti wajah cantiknya memancarkan wajah remajanya. “Naaah tinggal sentuhan blush on peach ... yess ... sempurna ... kamu memang cantik Agatha,” kata perias yang dari tadi meriasnya dalam diam, tapi tiba-tiba berkomentar. “Terimakasih Mba eh Mas ...” Agatha jadi bingung mau memanggil Mas atau Mba terhadap sosok kekar tapi berwajah cantik. “Panggil aja Mba Mega ya Ciiiiin ... sudah jaman now aku gak perlu malumalu menyembunyikan diri kalau aku pria berhati gadis eeeh salah berhati perempuan hihihi ...” jawab sosok yang gadis jadi-jadian sebenarnya bernama Mega. “Oke cantiiik banget deh!” Sanjung Mba Lita yang puas dengan dandanan Mba Mega sang perias andalan Majalah Falia. “Oh ya mana Dion? Katanya keluar cari makan sebentar ... kok belum sampai ya,” kata Mba Lita sambil celingukan cari sosok yang barusan disebut namanya Dion. “Ah Si Dion paling lagi kongkow sama pacarnya atau malah lagi ribut,” celetuk Mba Mega “Sok tahu ah kamu,” timpal Mba Lita. “Nah tuh fotografer ganteng yang dirumpiin datang,” kata Mba Mega agak bete melihat wajah Dion. “Ion umur panjang deh kamu! Lagi kita omongin nongol juga ...” kata Mba Lita tersenyum. Agatha agak sedikit kaget juga ternyata cowok yang dia tabrak pas papasan masuk adalah fotografer majalah Falia. Sejenak mereka bertatapan entah kenapa perasaan Agatha jadi degdegan. Dion juga agak grogi tampak wajahnya yang memerah sesaat. Ditambah Mba Mega menyeletuk, ”Aih malah saling pandang! Hoooiiii jangan lama-lama! Kerja-kerja! Back to work!” Agatha jadi malu dengan sindiran Mba Mega barusan. Wajahnya memanas untung ada blash on yang menutupi wajahnya yang sudah pasti merona merah. Menjadi cover majalah remaja Falia adalah pengalaman pertama bagi Agatha. Dirinya merasa sangat canggung di depan kamera. Apalagi di balik kamera adalah cowok ganteng beralis tebal dan bermata tajam yang barusan membuat dirinya berdebar-debar tidak karuan. Sebuah rasa yang juga sebelumnya tidak pernah menghampiri sampai sekarang usianya tujuh belas tahun. Di bawah pengarahan Mba Lita yang sabar dan menyenangkan pembawaannya, Agatha mencoba mengikuti dengan baik. Tapi rasa jengah dan kaku untuk bergaya centil ala remaja zaman now sepertinya agak susah. Menurut Agatha ini enggak elegan, tapi terlalu centil! Apalagi enam bulan ini dirinya lebih banyak bersedih menyembunyikan perasaan hatinya yang kecewa dengan papa yang disayangi. Dan sekarang di depan kamera harus bergaya bahagia centil, ini jadi masalah juga buat dirinya. Tapi mau gimana lagi, dirinya pun ingin bisa membeli barang-barang branded yang waktu lalu gampang dimiliki. “Gimana Ion hasilnya?” tanya Mba Lita setelah beberapa jam pemotretan. “Lihat aja Mba, masih kaku!” Jawab Dion dingin, membuat Agatha merasa deg-degan. “Iya ya ...” Mba Lita menatap Agatha yang juga tengah menatapnya dengan rasa tak nyaman dengan komentar fotografer andalan majalah Falia. Agatha mendadak ciut nyalinya dengan komentar cowok ganteng yang diam-diam memikat hatinya. Tak urung hatinya juga merutuki sikap Dion yang tiba-tiba membuat Agatha menjadi agak sebal, ”Nyebelin amat sih! Mentang-mentang fotografer andalan! Sok komen yang nyebeeeeeliiiin!” Tadinya Agatha merasa kalau Dion itu terpesona dengan kecantikannya dan kalaupun berkomentar, bisa berkata lembut tapi barusan sungguh tak enak di telinga. “Dia pikir gampang apa tersenyum-senyum centil di depan kamera, nyebelin banget nih cowok!” umpat Agatha membatin. “Dia pikir gampang apa jadi model, orang enggak suka tertawa lebarlebar disuruh gaya tertawa lebar. Dasar GGS! Ganteng-ganteng Songong!” lanjut masih mengumpat Agatha dalam hati, sambil mendelik tajam ke Dion. Kali ini tidak ada deg-degan lagi, yang ada sebel saja! Seprotes-protesnya dalam hati, tetap saja Mba Lita tidak akan tahu kalau dirinya ingin bergaya yang cool aja! Kalem ... dirinya tidak ingin memperlihatkan saat tertawa lebar dengan gigi-gigi kelincinya yang putih tertata rapi pada orang umum. Maunya nih misterius saja! Kalau perlu hanya mata indahnya saja yang difoto, tangan kaki mulusnya saja, atau kalau perlu telinganya saja! Tidak jauhlah dengan penulis kesukaannya Agatha Christie yang selalu memaparkan ceritanya dengan misterius. Tapi apa daya, dia terpilih untuk model sampul bulan depan temanya memang “The Energic Young” yang muda yang energik. “Benar menurut Dion, tersenyum lebarnya masih kaku Agatha,” kata Mba Lita. Agatha mendekat pada hasil foto jepretan Dion, memang sih nampak dipaksakan senyumnya. Dirinya tidak terlihat enjoy yang sesungguhnya. “Coba deh senyum natural, tidak terlalu dibuat-buat ...” saran Dion sambil memegang gelas air putih. “Iya maaf Mba Lita, ini pengalaman pertama saya ...” kata Agatha memelan. “Baaaiiiik ayo semangat Agatha, selama ada Kak Dion semuanya pasti akan beres! Setuju Ion!” Mba Lita tersenyum penuh arti pada cowok yang sekarang malah menunjukkan wajah sok bingung. “Rasain lu, emang enak dituntut harus bisa!” seru batin Agatha, tak urung dia jadi tersenyum melihat wajah Dion yang mendadak bingung, karena Mba Lita barusan memastikan ada Dion pasti beres. Tapi jadi menetralkan suasana yang tadinya tidak bersahabat, menit demi menit dan Dion juga bantu mengarahkan Agatha hampir empat jam pemoteran akhirnya kelar juga. Jam sudah menunjukan pukul 20.15 dan Agatha sudah menghapus makeup yang hampir empat jam menghisi wajahnya