Melupakan

Reads
80
Votes
0
Parts
17
Vote
by Titikoma

Pemotretan

 Butuh satu setengah jam ternyata menuju lokasi pemotetran. Setelah makan dan asik berbincang sejenak, Agatha dan Dion lebih menikamti alunan musik five for fighting. Agatha tersenyum saat Dion ikutan menyanyi lagu sepertinya yang menjadi favorit-nya. “I’m twenty two for a moment ... She feels better than ever and we’re on fire ... Making our way back from home.” Pemandangan indah sekitar seakan mendukung suasana kebersamaan. Entah apa yang masingmasing terpikirkan. Hanya sekali saling menatap dan tersenyum dan Dion menggeleng-geleng kepalanya saat bersamaan saling memandang Agatha malah memeletkan lidahnya. “Kita pemotretan di mana sih Kak?” “Sentul.” “Iya Sentul mana?” “Tenang, sebentar juga sampai ... indah pemandangannya. Kakak pernah hunting sampai ke sini waktu lalu untuk pemotretan iklan juga. Nah kemarin saat dihubungi pihak vendor katanya pemotretan iklan kamu di sini juga.” “Tapi crew nya enggak galak-galak kan Kak? Soalnya ...,” Agatha masih nervous untuk pemotretan kedua. “Enggak, tenaaaaang Sayaaang ...” Dion tidak bisa menahan diri untuk mengacak rambut Agatha. Bagaimanapun hatinya sangat menyayangi gadis yang bersamanya, tapi dirinya tak berani mengungkapkan perasaannya. Agatha merasa membeku sejenak, selalu sentuhan Dion membuat hatinya berdebar tak karuan. Ya tatapan rasa sayang dan hangat dari sorot redup mata Dion selalu membuatnya menghangat. Ingin rasanya tangan itu tetap membelai kepalanya ... “Nah tuh kita sampai, sepertinya kita tidak telat-telat amat, mereka juga lagi pasang-pasang tendanya,” Dion memarkir mobilnya perlahan. Menjelang pukul empat sore ... bersyukur karena cuaca bersahabat dan sepertinya sunset indah nanti akan menjadi back ground pemotretan. “Hai Broooo, apa khabar ... gimana kesehatanmu?” Salah satu crew vendor marketing menyapa Dion. Agak kaget juga ditanya kesehatan. Apalagi Agatha sempat melirik tajam. Dion segera mengalihkan dengan riang, ”Baiiiik Brooo, kamu sendiri gimana ... mana si Vira? Kok gak kelihatan?” tanya Dion. “Ada tuh Vira ... biasa lagi cari momen buat posting instagram. “Ohhh tetep ya pacar kamu ... narsis!” Ucap Dion acuh. “Agath langsung make up ya ... eh iya Ron ini Agatha model iklannya,” Dion mengenalkan Agatha pada cowok yang tinggi, sedikit berewok dan ikal. “Wow ... Roni, saya marketing di Rise.” Roni mengajak berjabar tangan. “Agatha,” jawab Agatha pendek, dia tidak terlalu suka dengan mata Roni yang terlalu berbinar-binar, seperti melihat apa saja. “Ron, tuh Vira mendekat. Hihihi cewek elu udah ada alarm-nya melihat pacarnya kalau melihat cewek lebih cantik, hehehehe ...” Dion menggoda Roni, yang langsung tidak berbinar-binar matanya. “Ron, siapa nih?” Nada Vira kurang enak didengar. “Oh, ini Agatha pacar Dion dan model iklan Vitamin kali ini,” Roni menetralisir sikap Vira yang kurang senang sepertinya. Agatha menatap tajam ke Dion, saat Roni mengatakan kalau dirinya adalah pacar Dion. Dion langsung berdehem. “Ehem, iya Agath ... Agatha ... temen deket aku Vir, tenang saja! Agatha tidak ada hubungan apa-apa dengan Roni. Dan ayooo siap-siap, sebelum kita kehilangan sunset.” Dion menarik Agatha untuk make up. Agatha menurut saja ditarik tangannya oleh Dion menuju sebuah salah satu tenda. Dan di situ sudah ada tim yang mendadani. “Mba dandani modelnya alami saja ya ... dia sudah cantik soalnya,” kata Dion cool, tapi membuat Agatha tersipu-sipu. Setiap sanjungan Dion selalu mebuat hatinya menghangat dan ingin rasanya selalu bersamanya. Agatha yakin tadi saat Vira kesal gara-gara Roni pacarnya sepertinya terkesima dengan kecantikan-nya, Dion menyelamatkan dirinya sekaligus Roni agar tidak membuat Vira pacarnya marah. Agatha berharap Dion akan mengatakan perasaan hati yang sebenarnya dan kemana kedekatan mereka sekarang ini. Rasanya apa yang diucapkan Rika itu penting. Kepastian.  Tidak butuh waktu lama untuk mendadani Agatha, Dion juga sudah siap dengan perlengkapan kamera dari tripod, payung reflektor, lightstand, dan soft box sudah siap. Sesaat Agatha melihat Vira yang tengah bergaya dan Dion mengambil gambarnya, sementara Roni ada di samping Dion membantu pencahayaan. Ada rasa gelisah juga cemburu saat Dion mengambil gambar Vira yang bergaya natural. Iya sepanjang di make up, tadi perias menceritakan tentang Vira yang sudah kerap kali difoto untuk berbagai iklan. Jadi Vira adalah model senior dan sekarang Dion tengah mengambil foto Vira juga entah untuk urusan apa, apakah untuk iklan atau hanya sekedar menunggu dirinya. Tapi sepertinya tidak sekedar memotret saja karena Roni juga ikut sibuk mendiskusikan. Hingga Dion tidak menyadari Agatha ada sepuluh menit melihatnya dari beberapa meter. “Hai Agatha, siap ... ayo sekarang kamu!” Dion melambaikan tangannya meminta Agatha mendekat. Vira dengan cuek melenggang, menghampiri Dion dan Roni sengaja menempel dekat ke bahu Dion, sementara tampaknya Roni tidak terlalu pedul. Tetapi Agatha entah kenapa hatinya merasa kesal. Sepertinya Vira sengaja membuat dirinya panas. Sudah jelas-jelas Roni mengatakan kalau dirinyalah pacar Dion. Udara sangat sejuk, Dion bilang ini namanya daerah Air Terjun Bidadari. Air terjun yang terletak di lokasi Bukit Sentul, pemandangannya sangat asri terletak di antara Gunung Salak dan Gunung Mas yang dipenuhi pepohonan rindang. Air terjun yang hanya mempunyai ketinggian 50 meter ini menjadi latar belakang pemotretan saat sunset, di tangan Agatha ada tube vitamin remaja yang dia pegang. Ternyata Roni banyak membantu mengatur gaya juga dengan Vira yang sekali-kali ikut campur tangan dengan sengaja memberikan contoh. “Aduh, begini lho! Kaku amat sih ini badan!” cerocos Vira yang sesungguhnya membuat Agatha sebal, tapi mau tidak mau ditahannya. Dia ingat kata Dion kru-nya asik-asik, mana? Yang lain memang asik seperti  perias membuat dirinya merasa tersanjung karena tim perias terangterangan mengagumi kecantikan naturalnya. Ada yang menyentil hatinya, ketika Mba Mimi bertanya tentang hubungannya dengan Dion, karena mereka melihat saat dirinya turun dari mobil Dion. Kata Mba Mimi,” Ih cantikan Agatha daripada Mba Vira yang jutek, untung Mas Dion milih kamu ... upppps kok jadi ngegosip sih ...” Agatha hanya tersenyum, tapi ... berarti pernah ada hubungankah antara Dion dan Vira? Sebenarnya Agatha tidak mau ambil pusing tapi bagaimanapun sekarang Vira sungguh menyebalkan dan membuat dirinya jauh dari rasa nyaman. Tampak Vira tidak menyenangi keberadaan dirinya di tengah-tengah pemotretan. Tapi Agatha memilih cuek, toh dirinya sudah tanda tangan kontrak jadi mau apapun dia harus segera selesaikan pemotretan ini dan berharap tidak akan bertemu kembali dengan Vira. Agatha sadar, kalau Vira sepertinya tengah mencari masalah. Kalau ikutan emosi bisa jadi Agatha tidak akan menyelesaikan pemotretan ini. “Kak izin ke toilet yaaa ...” Barusan Vira mengomeli dirinya lagi dengan komentar tidak enak, tentu saja Dion tidak dengar karena agak jauh antara jarak ambil gambar dengan dirinya dan Vira. “Enggak perlu kelebaran kali senyumnya, sok kecantikan! Kamu apain sampai Dion lengket dengan kamu?” Suara nada Vira perkecil tapi jelas membuat telinga Agatha panas. Agatha memegang pelipis kanan, mendadak kepalanya berdenyut. Dion tiba-tiba sudah di sampingnya. “Agatha, kamu baik-baik sajakan? Kenapa kamu sakit?” Dion khawatir dengan Agatha yang jalan tak bersemangat ke toilet. “Minum dulu deh ...” Dion mengulurkan air putih kemasan. Agatha menerima dan meminumnya. Dari kejauhan tampak Vira yang sepertinya diskusi sengit dengan Roni dengan hasil-hasil foto dirinya. “Terimakasih ya Kak ... izin bentar ya Kak ke toilet,” setengah mati Agatha  menahan diri untuk tidak marah dan menangis. “Agatha! Semangat yaaa ... maaf Vira ikut campur tangan, ternyata Mba Anna yang harus tangani project ini sedang ke Swiss dikirim kantornya. Dan Vira itu sepupu Mba Anna dan diminta Mba Anna handle. Jangan masukkan ke hati ya ... dia memang seperti itu, tapi maksud dia baik kok.” Agatha hanya melengos, untuk kali ini dia merasa tidak setuju dengan pendapat Dion yang mengatakan kalau Vira baik. Kalau baik seharusnya dia bersikap bersahabat, bukannya menjelek-jelekan dirinya dan membuat dirinya tidak nyaman. Agatha memandang wajahnya di kaca. Terpancar wajah tirusnya disaput make up yang lembut. “Lhoooo Mbak Agatha kok malah ngelamun di sini sih!” Agatha sontak kaget, ternayat Mba Mimi yang tadi meriasnya memergoki dirinya yang tengah galau. Rasanya males meneruskan pemotretan ini, tapi dirinya sudah tanda tangan kontrak dan foto-fotonya ditunggu segera. “Hmmm pasti deh Mba Vira ya ngomel-ngomelin, sudah sabar aja Mba! Ayo Mba semangat kan tema matahari akan terbenam ... semangat! Mba itu lebih cantik dan baik lagi! Jangan sampai mengulang pemotretan akan mebuat Mba Vira merasa menang!” Mba Mimi menyemangati. “Begitu ya ...” entah kenapa Agatha seperti mempunyai kekuatan untuk melawan Vira. “Baiklah, saya akan selesaikan pemotretan dengan maksimal. Makasih ya Mba Mimi. Semangat!” Agatha keluar dari toilet dan mengedarkan matanya ke sekeliling. Ya pemandangan begitu indah, kenapa dirinya harus merasa terpuruk seperti ini. Angin berhembus rambut panjangnya tergerai indah, tampak kejauhan Air Terjun Bidadari menampakan keangunannya sementara pemandangan eksotis dengan hamparan sawah menguning dan menghijau dan pepohonan melatar belakangi Gunung Salak. Agatha sejenak menikmati keindahan tempat pemotretan. Lalu melangkah yakin meyelesaikan pemotretan yang sepertinya tinggal kurang beberapa view. “Kak aku sudah ready!” Agatha menghampiri Dion, Roni, dan Vira yang tengah memilih beberapa foto. “Hai sudah segeran, sempet lihat-lihat pemandangan Agatha?” Roni menegurnya. Tampak wajah Vira asam, tapi Agatha memilih fokus untuk menyelesaikan pemotretan dengan segera. Semakin cepat sepertinya makin baik. “Okay, bagus-bagus kok hasilnya Agatha ...” Dion masih fokus memiliahmilah foto. Dia selalu serius saat bekerja, seakan tidak perhatian dengan sekitarnya. Dan ini yang membuat Agatha sadar, Dion sangat profesional dan teringat kata Mba Lita waktu lalu kalau ada Dion pasti semua beres. Lega rasanya Dion mengatakan hasilnya bagus-bagus. Agatha berusaha untuk tersenyum natural dengan produk yang dipegangnya, sesekali Roni mengarahkan dan sekarang Vira memilih asik dengan telepon genggamnya, duduk agak menjauh. Kesempatan ini membuat Agatha lebih bebas berekspresi. Dirinya memilih tak peduli dengan keberadaan Vira. “Okeee, cukup! Sempurna!” teriak Dion. “Sip, kira rapikan yaaa.” Lanjut Roni memerintah kru pemotretan beberes. Agatha bergegas mengganti baju dan menghapus make-up nya. Dan matahari benar-benar akan tenggelam. Duduk-duduk sejenak menikmati senja yang benar-benar tenggelam sambil meneguk orange juice dan kudapan kue-kue kecil yang lezat. “Bagus ya pemandangannya ...,” Dion merentangkan tangannya menghirup sejuknya udara pegunungan. “Pulang yuuk, biar enggak kemalaman sampai rumah,” Dion menarik tangan Agatha. Bersamaan Roni dan Vira juga datang. “Terimakasih ya Brooo, Agatha ... keren-keren hasilnya,” Roni tidak menutupi puas dengan kerja tim mereka. Sementara Vira hanya menyibak rambutnya beberapa kali seolah tidak mendengar omongan mereka.  “Oh ya ... hati-hati Ion ... see you ...” ucap Vira tanpa mau menyapa Agatha. “Okaay hati-hati Ron, Vira ... thank you. Aku dan Agatha juga cabut sekarang.” Dion menarik tangan Agatha, mengisyaratkan untuk cepat berlalu. Dion tahu, Agatha tidak nyaman dengan Vira. Diam-diam dia juga memperhatikan sikap Vira yang menyebalkan. Kalau bukan sepupu Mba Anna yang baik hati, lebih baik tadi membatalkan pemotretan. Sayang dirinya juga baru tahu saat sudah sampai dan baru membuka pesan dari Roni. Untunglah Agatha bisa berkompromi, bahkan pas momen matahari tenggelam akan habis dia bisa berpose dengan sangat bagus. Jadi selesai urusan hari ini.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices