Melupakan

Reads
82
Votes
0
Parts
17
Vote
by Titikoma

Hampa

Dan malam ini merupakan malam terindah yang Agatha rasakan, papa meyakinkan dirinya untuk bisa meraih cita-citanya dan juga mengizinkan dirinya terjun ke dunia model dengan segala konsekuensinya. Dan Dion juga walau tak terucap tapi Agatha yakin, dia menyayangi dirinya ... entahlah dengan cinta. Tapi terpenting sekarang Dion sangat dekat. Agatha yakin sekali kalau Dion pun mencintai seperti perasaan dirinya lebih dari cinta. Besok dan besok akan selalu ada Dion di sampingnya, seperti hari-hari lalu, walau akan berat dan penuh perjuangan tapi dengan Dion di sampingnya Agatha yakin mampu melewati semuanya. Sementara sampai di rumah, tanpa Agatha tahu tubuh Dion panas dan keringat dingin mengucur deras. Hanya ada Bik Tari yang langsung tergopoh-gopoh memapah tuan kecil yang dirawatnya dari kecil. Sejak kedua orang tua Dion meninggal dalam kecelakaan tunggal, hanya Bik Tari yang setia menemaninya. “Aduh Mas Dion pasti kecapaian ya, memang hari ini motret-motret dimana tho Mas? Kan sudah dibilang pak dokter jangan kecapaian kok bandel sih ...” Bik Tari nyerocos cerewet. “Bik namanya juga kerja, gimana sih Bibi ...” Dion pura-pura membela diri. Sudah hampir tiga bulan dirinya tidak merasa sakit, apalagi mengenal Agatha sepertinya hari-hari di jalani dengan lebih berarti. Agatha sosok yang mebuat dirinya merasa berbeda. Gadis itu mendatangkan hal yang selama ini tidak pernah dirasakan, walau waktu lalu sempat Vira mencoba memasuki hatinya. Tapi Vira gadis yang egois dan sejak awal Dion memilih untuk menganggapnya teman saja, tapi sepertinya Vira belum bisa terima. Sikapnya terhadap Agatha tadi sangat ketara kalau dia tidak suka, padahal ada Roni yang sekarang menjadi pacarnya. “Bi tolong kompres dan ambilkan obatku ya,” Dion mengerang menahan sakit.  “Iya Mas, besok enggak usah kemana-mana ... biar Mba Agatha jalan sendiri saja. Mas Dion istirahatlah,” nasihat Bi Tari. “Bi jangan cerita apa-apa lho ya sama Agatha tentang sakitku, kasihan Bi dia mah masih anak kecil ... enggak perlu tahu urusan kita,” Dion mengancam bibinya takut saja, kalau sempat bertemu Agtha panjang lebar cerita. “Iya, iya lagian kapan Bibi ketemu cewek yang ada di foto itu ...lha wong Mas Dion enggak pernah kenalin,” protes Bibi. “Iya kapan-kapanlah Bi ... aku mau tidur dulu yo Bi,” setelah makan obat penghilang rasa sakit memang lebih baikan, tapi itu hanya sementara dan Dion tahu umur yang divonis dokter tinggal beberapa tahun saja. Karena itu Dion, tidak berani mengungkapkan perasaan hatinya dan terlalu mengumbar rasa cinta yang sebenarnya ingin ditunjukan pada Agatha. Dion takut Agatha akan kehilangan dirinya saat dia sudah sepenuhnya tergantung pada dirinya. Itu yang Dion tidak mau. Akan lebih baik dirinya tidak menyakiti Agatha akan kematian yang menghantuinya. Masa depan apa yang akan dia tawarkan buat gadis sebaik dan secantik Agatha? Karena dirinya sebenarnya rapuh, tinggal menunggu waktu ... Malam ini Dion tidak bisa tidur, dirinya memutuskan hal yang tersulit. Sepertinya harus secepatnya dia menjauh dari Agatha. Tidak pantas dirinya memberikan harapan kosong karena memang dirinya akan lenyap ditelan bumi.  “Kak Andi ... tolong anterin aku ke sekolah, Kak Dion entah kenapa nih dari Sabtu Minggu susah dihubungi, ini Senin juga enggak jemput aku,” rajuk Agatha pada kakaknya. “Ya sudah ayo cepetan, aku juga mau antar Terus ke kampus,” kata Andi sembari memberikan helm pada adiknya, sementara mamanya sudah sepuluh menit lalu dijemput sopir kantor. Di boncengan kakaknya Agatha memikirkan Dion yang sudah dua hari ini tak menghubunginya, padahal Agatha ingin memperlihatkan sepatu dan tas yang dihadiahkan dipakai di hari Sabtu atau Minggu. Tapi ternyata tak ada malam Minggu dan juga tak ada jalan-jalan di Sabtu dan Minggu. Semua tanpa berita. Berulang kali mencoba telepon tidak aktif, demikian WhatsApp juga tidak dibaca. Tidak seperti biasanya Dion susah dihubungi. “Pagi Kak Andi, Agatha ... mana Kak Dion, biasanya Kak Dion antar kamu?” tanya Demitri yang pas mau masuk pintu gerbang sekolah. “Ada, dia sibuk!” Jawab Agatha pendek, langsung mendahului Demitri untuk segera masuk kelas. Dan Kak Andi tak banyak bicara segera berlalu akan jemput Teres pacarnya. Telepon genggam Agatha berbunyi dan sepertinya percakapan sangat serius, tapi sesekali Agatha tersenyum. Demitri tahu sepertinya, Agatha ditelepon agensi model dan mendapat tawaran foto atau iklanlah. “Yess!” tangan Agatha menggenggam bersamaan. “Kenapa Agatha?” Demitri kepo. “Aku dapat iklan TV Demiiiiiit! Dan kata Kak Dion banyak yang mengincar untuk bisa jadi model iklan TV di sini, tapi yaah kalau TV berarti bukan Kak Dion lagi fotografer nya,” tanpa sadar Agatha mengeluh. “Ya iyalah ...emangnya kamu jadi model terus-terusan fotografer-nya Kak Dion apa?” Demitri menanggapi dengan rasa cemburu. “Iya juga sih ... aku mau kabarin Kak Dion secepatnya! Du...du...du...” Agatha bersenandung riang.  Tapi lagi-lagi Kak Dion tak pernah bisa dihubungi lagi, sudah seminggu ini Kak Dion menghilang. Agatha jadi gelisah, dia kemarin beranikan diri untuk ke kantor agensi dan tanda tangan kontrak sendiri untuk iklan TV. Ada yang hilang lagi, setelah dua bulan ini selalu ada yang mengawal dan menjaganya ternyata sekarang diapun harus bisa sendiri, untung Kak Andi mau menemani walau harus menyogok dengan martabak atau pizza buat Teres. Iklan TV ternyata lebih rumit lagi, untunglah syuting tidak jauh dari rumah dan hari Sabtu Minggu jadi tidak menggangu jadwal sekolah. Butuh waktu lebih lama ... bahkan dua kali weekend Sabtu Minggu ini Agatha habis untuk syuting. Kak Dion lenyap begitu saja ... Apalah artinya kesuksesan meraih pekerjaan iklan TV yang sempat diinfokan oleh Dion ini banyak yang mengincar, saat dirinya berhasil ternyata kak Dion tidak lagi dekat bersamanya. Hampa rasanya ...


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices