Menolak Jatuh Cinta

Reads
98
Votes
0
Parts
19
Vote
by Titikoma

Dia Mengingatkanku Pada Seseorang (gerhard Errando)

Setiap orang yang tahu namaku pasti mereka mengira bahwa aku seorang tentara atau profesi berhubungan dengan keamanan. Aku bersyukur diberi nama Gerhard Errando oleh orangtuaku. Nama itu makna sangat bagus. Gerhard berarti tombak, sedangkan Errando artinya berani berusaha. Pendapat mereka tentang aku seorang tentara itu salah. Aku hanyalah penata rias wajah selebriti dan hair stylist sebuah salon ternama di Jerman. Menjadi penata rias wajah dan hair stylist bukanlah cita-citaku. Cita-citaku sebenarnya adalah arsitek. Namun apalah daya zaman sekarang bukan kita yang memilih profesi, melainkan profesi yang memilih kita terjun ke dalamnya. Ya, aku menekuni bidang itu karena keadaan lebih tepatnya permintaan terakhir Kak Gabriella. Kak Gabriella, kakakku satu-satunya. Dia yang merawatku dari umur 7 tahun sampai 21 tahun. Dia juga banting tulang siang malam demi membiayai kuliahku di Jerman, ambil jurusan arsitek. Tiga tahun lalu Kak Gabriella menyusul mama dan papa ke surga. Sebelum mengembuskan napas terakhir, dia memintaku meneruskan usaha salonnya. So ... mana mungkin aku bisa menolak permintaannya? Drrrt ... Drrt Ponsel pintar yang tergeletak di meja rias bergetar. Dengan cepat aku meraih benda itu. Ternyata hanya notifasi instagram. ‘MarethaAgnia mengirimkan sebuah video’ Aku jadi penasaran Maretha Agnia mengirimkan video apa sih? Jari telunjukku langsung mengetuk video. “Hello, guys. Sekarang aku tinggal di Jerman nih. Oh ya aku mau memperkenalkan manager sekaligus asisten pribadi nih. Namanya @ AnindyaMaharani. So ... kalau mau ngundang aku ke acara seminar menulis atau apapun, langsung hubungi dia aja ya. Jangan lupa sebelumnya follow akun intagramnya dulu.” Itulah kata-kata Maretha Agnia pada video yang diunggahnya ke instagram tujuh menit yang lalu. Siapa yang tak kenal Maretha Agnia? Dia novelist internasional. Karyanya setara dengan novel Stephanie Mayer dan J.K. Rowling. Yang membuatku mengaguminya adalah dia orangnya asyik, tak sombong dengan pembaca novelnya dan tiap aku koment di akun instagramnya selalu dibalas. Dahiku mengernyit sewaktu mendengar Maretha menyebut nama ‘Anindya Maharani’ nama itu mengingatkanku pada seseorang yang ada hubungannya Gibriel Alexander, kakak sepupuku di Indonesia. Pikiranku melayang ke masa terakhir kali bertemu Gibriel.  Suasana di kamar pasien itu terasa senyap. Hanya terdengar bunyi jam yang berdetak dan alat-alat rumah sakit. Vindy, adik Gibriel sedang terbaring lemah di atas ranjang pasien, kepalanya dibalut dengan perban. Dia bagaikan Putri Tidur yang sudah hampir seratus hari tetap setia mengatup kedua matanya. Karena kecelakaan mobil yang menimpanya, dia koma, itulah yang terjadi pada Vindy. Ah, gue benar-benar takut. Gue sangat takut kehilangan dia,” ujar Gibriel yang duduk di tepi ranjang Vindy. Sedari tadi dia terus setia duduk di sini, menangis sambil menggengam tangannya. “Pokoknya gue harus menemukan orang yang menabrak Vindy. Gue nggak akan membiarkan orang itu hidup tenang,” tekatnya berapi-api. Dia terlihat merogoh saku celana untuk mengambil HP sepertinya mau menelpon temannya yang detektif buat melacak keberadaan orang yang menabrak Vindy. Kuingin kau tahu diriku di sini menanti dirimu. Baru saja dia ingin menelpon eh HP sudah berbunyi. Aku lihat layar HP, 1 Pesan diterima yang tertulis di layar HP. Klik open untuk membaca pesan itu. From : Restyani Ananda Putri Saat kamu membaca surat ini aku sudah pergi jauh dari hidupmu. Perlu kamu ketahui aku mencintaimu tapi aku juga yang membuatmu gelisah. Aku lah yang mengirim terror-teror kepadamu dan aku juga yang menabrak Vindy. Aku melakukan ini karena sakit hati sama kamu, kamu jadi penulis sombong banget. Cacian dan perlakuan kasarmu masih melekat di hatiku. Semoga apa yang aku lakukan bisa menyadarkanmu dan membuat kamu menjadi lebih baik. Selamat tinggal Gibriel. Wajah Gibriel memerah, aku yakin emosinya langsung naik ke atas kepala ketika membaca sms dari Resty. Dengan semangat berapi-api dia bangkit dari duduk. Aku tahu dia pasti ingin mendatangi Resty. Ketika ia hendak melangkah, aku menahan tangannya. “Mau kemana lu?” “Mau nabrak orang yang bikin adek gue celaka.” “Yakin yang nabrak adek lu Resty?” “Sms darinya dah jelas bahwa dia pelakunya.” “Bisa aja HP Resty dibajak orang?” Gibriel mengacak rambutnya frustasi. Air matanya mengalir deras. “Terus gue mesti gimana Do?” “Lu sabar dulu, kita tunggu sampe Vindy sadar. Dia yang kejadian yang sebanarnya. Lagian Vindy lebih memerlukan lu di sini.”  Tes! Cairan bening mengalir mengenai telapak tanganku. Walau aku tak begitu akrab dengan Vindy, tapi setiap aku kejadian itu tak pernah kuasa menahan air mata. Di usia 19 tahun gadis itu sudah dipanggil Tuhan. Orang yang menyebabkan kecelakaan Vindy, bukanlah Resty, melainkan Anindya Maharani, cewek psikopat yang tergila-gila dengan Gibriel. Terbesit tanya dalam hati, “Apa jangan-jangan managernya Maretha Agnia itu cewek yang nabrak Vindy?” Sesaat kemudian aku menggelengkan kepala. Aku tak boleh berprasangka buruk. Di dunia ini pasti banyak cewek bernama Anindya Maharani. Drrrrt ... Ponsel pintar di tanganku bergetar. Di layarnya tertulis ‘Franco memanggil’ Franco termasuk sahabatku sejak awal berada di Jerman. Berprofesi sebagai manager event organizer ternama di Jerman. Dia juga sama sepertiku, blasteran Jerman Indonesia. Bapaknya asli Jerman, sedangkan Ibunya asli Jawa. Jariku menggeser icon telepon ke warna hijau yang artinya menerima telepon darinya. “Halo, Bro. Tumben nelpon gue? Kangen ya?” “Kangen ma lo? Cih, najis.” “Ya udah kalau gitu gue matiin ya telepon lo.” “Eh, jangan. Gue ada perlu sama lo.” “Perlu apa?” “Gini, Hari Sabtu ntar gue nanganin acara seminar, nah kebetulan gue lagi nyari makeup artis. Lu bisa nggak ya menara rias pembicara acara seminar yang gue tangani.” “Hari Sabtu jam berapa?” “Acaranya jam tujuh malam, tapi lu kudu dateng di tempat jam enam. Gimana? Bisa?” “Gue usahain ya, soalnya hari Sabtu juga makeup penyanyi Indonesia  yang ngadain konser tunggal di Jerman. Moga aja sempet. Dimana emang tempatnya?” “Soal tempat ntar gue kirim ke sms.” “Oke, Bro. Gue tunggu ya.” Rasa penasaran menyusup di relung hati. Siapa sih pembicara acara seminar yang ditangani Franco?


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices