menolak jatuh cinta
Menolak Jatuh Cinta

Menolak Jatuh Cinta

Reads
96
Votes
0
Parts
19
Vote
by Titikoma

Epilog (maretha Agnia)

Tinggal 2 jam lagi aku akan terbang ke Indonesia. Sebelum ke bandara, aku menyempatkan diri mampir ke Heringsdorf. Tempat ini bisa dibilang tempat bersejarah bagiku. Di sinilah Gerald melamarku secara resmi. Dalam hitungan hari aku sah menjadi istri Gerald. Siapkah aku menjalani hari itu tiba? Entah mengapa keraguan masih menyelimuti hatiku. “Cinta itu aneh ya. Semakin aku menghindarinya, cinta itu semakin mendekatiku. Seperti halnya aku, sekuat apapun kamu menghindariku pada akhirnya takdir mempertemukan kita lagi.” Terdengar suara pria yang sangat familiar di telingaku. Aku tak sanggup menoleh ke sumber suara. Takutnya jika aku melihat wajah tampannya lagi maka aku akan semakin mencintainya. Oh Tuhan, kenapa dia mesti ada di sini juga? “Kenapa kamu masih ada di Jerman? Bukankah harusnya sudah ada di Indonesia? Besok kan hari pernikahanmu dengan Cicilia.” “Aku sudah pulang ke Indonesia seminggu yang lalu, mengantarkan jenazah Cicilia.” “Hah? Serius? Cicilia dah nggak ada?” tanyaku shock mendengar apa yang diucapkan Gerhard barusan. “Iya, sebelum dia meninggal, dia sempat minta permintaan terakhir sama aku dan kamu.” Dahiku berkerut. Bisa-bisanya Cicilia mengucapkan permintaan terakhir yang berhubungan denganku. “Permintaan apa?” Dia mengeluarkan surat dari saku celananya. Lalu memberikan surat itu kepadaku. “Kamu baca sendiri surat terakhir Cicilia.” Mataku melebar begitu membaca surat Cicilia. Benar-benar sulit dipercaya cewek yang pernah saingan mendapatkan Gerhard justru ingin Gerhard bersatu denganku. “Ret, perlu kamu tahu apapun kesalahanmu di masa lalu tak akan mengurangi rasa cintaku ke kamu. So, kamu mau nggak nikah ma aku? Bukan demi mewujudkan permintaan Cicilia, tapi memang karena aku  mencintaimu.” Tes. Cairan bening mengalir begitu saja. Aku terharu mendengar ucapannya. Buru-buru aku menghapus cairan bening itu. Aku tak ingin kelihatan cengeng di depan Gerhard. “Kamu mungkin bisa menerima kesalahanku di masa lalu tapi gimana dengan Gibriel? Nggak akan pernah bisa. Cepat atau lambat dia akan menjebloskanku ke penjara.” “Aku berani menjamin nggak ada seorang pun yang bisa memasukkan kamu ke penjara.” Ingin sekali aku menjawab lamaran Gerhard dengan kata ‘ya’ tapi seketika aku teringat Gerald. Aku menggeleng pelan. Air mata semakin deras mengalir. “Kita tetap nggak bisa bersatu.” “Apa karena aku kamu nggak bisa menerima lamaran Gerhard?” Mataku melotot melihat Gerald tiba-tiba-tiba ada di depanku. Mendadak firasat jadi tak enak. Takut terjadi perkelahian antara Gerhard dan Gerald. “Gerald, pertemuanku dengannya ini benar-benar di luar dugaanmu. Kamu jangan marah ya.” Dia tersenyum manis seraya mempelai pipiku dengan lembut. “Hey, siapa yang mau marah-marah sih? Tadinya aku ke sini mau menjemputmu, eh ternyata sudah ada yang menjemput hatimu duluan. Dengerin aku, walaupun aku cinta sama kamu sejak SMP tapi aku tak mau jadi penghalang dua orang saling mencintai. Jika kamu mencintai Gerhard, bersatulah dengannya. Aku ikhlas kok.” Diam-diam aku salut dengan apa yang dilakukan Gerald. Aku tahu persis perasaannya pedih dan perih saat dia ikhlaskan aku bahagia dengan Gerhard. Kini tak ada lagi alasanku menolak Gerhard. Segera aku menjawab lamarannya dengan kata, “Ya, aku mau menikah denganmu Gerhard.” 

THE END


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices