Sinopsis
Anton mengempaskan tas ke atas kasur. Ia melirik jarum pendek jam dinding yang berada di antara angka satu dan dua. Hanya ada satu jam lagi sebelum orangtuanya pulang. Dan itu waktu yang cukup untuk bermain game online di warnet ujung jalan. Tak ada waktu untuk mengganti pakaian. Perutnya yang berdendang ria pun ia abaikan. Semua demi game online yang sudah memanggilmanggilnya untuk dimainkan. Kakinya yang kecil berlari dengan cepat. Ia melesat bagaikan anak panah yang meluncur dari sebuah busur. Anak panah itu tepat sasaran. Langsung Anton duduk di depan komputer yang berada di room paling pojok. Tempat itu paling nyaman untuk Anton bermain game karena paling tersembunyi di antara room lain. Lima belas menit berlalu, Anton semakin menikmati game Counter Strike yang ia mainkan. Saat berhasil menjatuhkan satu musuh, hal itu menimbulkan kebahagiaan tersendiri untuk Anton. Ia bersorak, menggeram, mengumpat sendirian, layaknya orang yang sudah tak punya kewarasan. Tiba-tiba tubuhnya membeku. Mouse di tangan kanannya tak bergerak. Napas tertahan bersamaan dengan mata melebar. Ada seseorang yang menyentuh pundaknya. Jika itu adalah mama atau papanya, ini pasti akan menjadi hari yang memalukan. Karina, mamanya tak akan segan-segan memarahi dan menjewer telinga Anton agar keluar dari warnet. Dan itu sudah sering terjadi. Tidak satu atau dua kali, namun sering kali. Tatapannya bergerak ke belakang, memeriksa siapa yang menghampiri. Napasnya keluar dengan keras di saat ia melihat tangan yang ada di pundaknya adalah tangan Bastian, teman sekolahnya.