Haura

Reads
216
Votes
0
Parts
3
Vote
Report
Penulis Nenny Makmun

Kulihat Putih Dan Sosok-sosok Yang Membuat Letih

Weeer!

Demikian suara yang kudengar. Seperti per yang ditarik, kemudian dilepas begitu saja. Bunyinya menggema, lalu sirna. Kedua mata ini hanya melihat putih. Tidak ada yang lain. Tidak ada suara apapun yang kudengar. Termasuk orang-orang berbaju putih yang tadi merubungku.

Apa aku hidup sendiri?

Ke mana orang-orang?

Apa mereka pergi, atau aku yang sudah berbeda alam?

Inikah kematian, atau baru perjalanan menuju ke sana?

Jika ini kematian, mustahil aku tidak merasakan sakit. Bahkan Nabi SAW saja masih merasa sakit, tapi kenapa aku hanya mendengar "wer" saja?

Berarti ini bukan kematian!

Aku berusaha membuka mata, tapi sangat sulit. Aku yakin, mata ini memejam, tapi bisa melihat. Putih yang kulihat sangat sunyi. Seperti kapas yang memiliki gelombang fatamorgana. Seperti awan yang memiliki uap mendidih.

Kutajamkan telinga.

Sepi.

Tidak kudengar apapun. Aku seperti akan pergi, tapi tidak tahu ke mana pergi. Aku ingin kembali dan bertemu dengan Mamak dan Bapak, tapi bagaimana caranya?

Pelan, kuhela napas. Tidak ada satu bau pun tercium. Benar-benar tidak ada. Jika aku ada di rumah sakit, tentu ada bau obat, atau karbol yang menyengat.

Kuhela napas yang lebih panjang. Entah alam apa yang sudah membuat hidungku tidak mencium bau apapun. Biasanya, aku kenal bau udara, hingga tahu apakah saat itu sedang pagi, siang, sore, atau malam. Tapi kali ini, semua itu tidak bisa kugunakan.

Apakah ini berarti telinga dan hidungku sudah tidak berfungsi? Satu-satunya indera yang berfungsi hanya penglihatan, ini pun dalam keadaan memejam.

Kucoba angkat kepala, supaya bergeser, tidak bisa.

Angkat kaki, tidak bisa.

Angkat tangan, tidak bisa.

Aku tidak bisa bergerak.

Tubuh seperti dilem, atau dipasung setelah dilem. Di kiri, kanan, atas, bawah, semuanya putih.

Tunggu!

Ada yang lewat. Sebentuk wujud. Dia wanita. Bukan, bukan. Dia masih anak-anak. Kepalanya gundul, tapi memakai rok. Dan semuanya putih.

"Apa ini kamu dalam wujud lain?"

Ada yang bertanya. Aku tidak tahu dari mana sumber suara itu. Bukan dari bibir sosok di depanku. Sebab bibirnya juga kaku, dan mengatup rapat.

Kujawab pertanyaan itu dengan gelengan. Sayang, hanya gelengan semu. Nyatanya aku tidak bisa bergerak.

"Bukan! Itu bukan aku! Aku menutup aurat. Dia tidak!"

Kemudian sosok itu menghilang.

Aku lega.

Aku mendadak merasa takut. Apakah aku ini sebatas ruh, yang sedang mencari jasad? Kenapa ini membingungkan sekali?

Aku bisa bicara, tanpa menggerakkan bibir, dan mulut?

Isyarat hatiku langsung menjadi suara yang menjawab pertanyaan dari suara entah milik siapa. Apa ini satu keistimewaan? Tapi untuk apa, jika aku tidak bertemu dengan siapapun? Aku sudah begini, dalam waktu yang tidak bisa kuhitung. Seperti sepekan, dua pekan, atau mungkin lebih dari itu. Bisa kau bayangkan, selama itu pula aku tidak bisa bergerak. Aku bahkan kuat tanpa makan dan minum. Perut tidak pernah lapar, juga haus. Tidak juga ada rasa kenyang.

Lihat!

Ada sosok yang datang lagi. Dari posturnya yang makin lama, semakin jelas, dia adalah laki-laki. Wajahnya seperti bongkahan salju. Tatap mata kosong. Pakaiannya serba putih.

"Apa dia dirimu?"

"Bukaaan!"

"Kenapa dia datang? Semua yang datang, adalah bagian dirimu yang lain."

Dadaku bergetar.

Ada rasa takut meyelinap. Jika satu per satu ada yang datang adalah bagian diri, atau lakuku, maka aku sudah mati. Tapi aku tidak pernah merasakan sakitnya sakaratul maut, bukan?

"Aku perempuan!"

"Sebagian lakumu laki-laki!"

Aku terdiam.

Tidak menjawab lagi.

Sosok itu menatapku, aku ingin menutup muka dengan tapak tangan agar tidak melihatnya. Tapi, tidak bisa. Sorot mata itu seperti mengharapkan aku datang.

Dulu, aku memang pernah diharapkan lahir sebagai laki-laki, tapi, tidak lantas aku memiliki jiwa laki-laki. Apakah itu karena aku ikut bela diri, sehingga aku terpapar?

Aaaargh!

Aku tetap wanita, tidak akan berubah.

"Apa kamu ingin bersamanya?"

Suara itu kembali bertanya.

"Tidak, tidak! Aku tidak mau. Dia bukan aku. Bukan bagian dariku!"

Sosok itu pun hilang. Juga suara-suara yang bertanya.

Kuharap, tidak ada lagi yang datang. Namun, itu harapan yang belum genap, dan langsung pupus saat sosok lain mendekat. Jarak kami hanya dua meter. Dan kali ini aku terpana. Bagaimana bisa sosok putri Inggris, yang mati saat sedang pacaran dengan pangeran Arab, bisa ada di sini.

"Dia bagian dari lakumu! Apa kau akan memilihnya, dan tinggal bersamanya?"

Pertanyaan itu membuatku merasakan basah di jidat, tangan, badan. Mungkin ini keringat. Laku yang seperti apa, hingga wujudnya bisa nampak sebagai dia? Tidak, itu bukan aku. Aku tidak mau ikut. Biar, biar aku terpasung dan memejam, asal tidak ikut dengannya.

Aku berharap kembali, bila pun ada sosok yang datang, semoga itu sosokku sendiri. Ah, ini sangat sulit kupahami. Apa mungkin bisa sosok itu datang, dan siapa aku bila demikian?

Kudengar suara jangkrik. Satu, dua, dan berhenti. Aku bisa mendengar? Ada jangkrik tadi. Kutunggu suara lain. Jangkrik berbunyi lagi.

Sayup.

Kudengar lirih istighfar. Ya Alloh. Aku bisa mendengar. Tidak hanya melihat saat memejam. Alhamdulillah, telingaku berfungsi.

Kuhela napas, patah-patah. Aku mengenali aroma udara. Ada aroma sunyi, udara yang begini biasanya suasana malam. Ya, ak yakin. Sekarang malam.

Ja... jariku, jariku bisa digerakkan. Aku sudah tidak terpasung. Tapi, tubuh masih sangat berat.

Tubuh terasa digoyang-goyang. Dilempar. Kudengar suara derap kaki-kaki bersepatu. Suara yang menunjukkan kepanikan. Ada juga suara ketabahan. Telingaku dipenuhi suara. Tubuhku gemetar. Kurasa ada gempa sangat hebat, aku harus bangun. Pergi. Mungkin saja di sino kurang aman. Aku harus membuka mata. Lari. Dan mencari perlindungan. Tidak boleh hanya diam.

Alloooh...

Bantu aku untuk menyelamatkan diri.

Kemudian ada sesuatu yang dingin menyentuh kening. Aroma letih, dan suara derit.

"Alhamdulillah. Kamu masih bisa sadar."

Aku tidak tahu apa maksudnya. Tapi, aku seperti mengenali suara lembut itu. Kubuka kedua mata perlahan. Guncangan berhenti saat kulihat wajah yang tak asing, tapi siapa?


Other Stories
Kacamata Kematian

Arsyil Langit Ramadhan lagi naksir berat sama cewek bernama Arshita Bintang Oktarina. Ia b ...

Jika Nanti

Adalah sebuah Novel yang dibuat untuk sebuah konten ...

Balada Cinta Kamaliah

Badannya jungkir balik di udara dan akhirnya menyentuh tanah. Sebuah bambu ukuran satu m ...

Ada Apa Dengan Rasi

Saking seringnya melihat dan mendengar kedua orang tuanya bertengkar, membuat Rasi, gadis ...

Balada Cinta Kamilah

Sudah sebulan Kamaliah mengurung diri setelah membanting Athmar, pria yang ia cintai. Hidu ...

Cinta Dibalik Rasa

Cukup lama menunggu, akhirnya pramusaji kekar itu datang mengantar kopi pesananku tadi. A ...

Download Titik & Koma