7 Misteri Di Korea

Reads
158
Votes
0
Parts
11
Vote
by Titikoma

5. Ketika Mimpi Menjadi Kenyataan

Hari Ketiga di Korea.
Penyakit sepertinya tak betah berlama-lama di tubuh Devi. Hari ini dia sudah segar bugar dan siap kembali melanjutkan perjalanan liputan ke 7 tempat misteri di Korea. Tempat misteri kelima yang didatangi dia dan suaminya adalah Sungnyemun. Namdaemun atau Sungnyemun itu sebuah pintu gerbang bersejarah yang berlokasi di jantung Kota Seoul, ibu kota Korea Selatan. Bangunan ini disebut juga dengan nama Sungnyemun, yang berarti Gerbang Upacara Agung, yang tertulis pada papan gerbang.
Penyebutan Namdaemun secara luas digunakan karena letaknya yang berada di bagian selatan dari gerbang-gerbang yang melindungi Hanyang (nama Seoul pada waktu itu). Namdaemun berarti "Gerbang Besar Selatan".
Gerbang ini terletak di wilayah Jung-gu, Namdaemun St 4-Ga 29, antara Stasiun Seoul dan Plaza Kota Seoul. Di dekatnya adalah Pasar Namdaemun, sebuah pasar tradisional 24 jam yang sejak berabad-abad telah beroperasi.
Devi jadi penasaran ada misteri apa di balik gerbang ini. Dia pun mengambil smartphone dari dalam tas, begitu ada di tangan dia menekan tombol perekam suara. Setelah dirasa semua beres, dia bersiap mengajukan pertanyaan pada Han Jie Eun.
Hari ini Lee Young Jae tak ikut, Dimas kemarin berkata bahwa dia lagi sakit. Bagi Devi ada atau tak ada Lee Young Jae sama saja. Toh, dia ada juga tak ada gunanya. Dia sepanjang perjalanan hanya diam.
“Han Jie Eun, bisakah kau ceritakan sejarah tentang Sungnyemun?”
“Namdaemun adalah bangunan kayu tertua di Seoul. Dengan arsitektur dari kayu dan batu dengan atap 2 tingkat, gerbang ini diselesaikan tahun 1398 dan dipergunakan sebagai pintu masuk ke pusat kota, juga untuk penyambutan tamu-tamu negara, serta untuk melindungi kota dari harimau Korea yang sejak lama punah dari Korea Selatan. Konstruksi dimulai pada tahun 1395 selama tahun ke-4 masa pemerintahan Raja Taejo dan diselesaikan tahun 1398. Strukturnya dibangun lagi tahun 1447 dan direnovasi beberapa kali sejak itu. Pada awalnya Namdaemun adalah salah satu dari 3 buah gerbang utama, yang lainnya adalah Dongdaemun (Gerbang Timur), dan Seodaemun (Gerbang Barat) yang sudah lama hancur.”
Han Jie Eun bernapas sejenak, barulah dia kembali melanjutkan cerita tentang sejarah gerbang Sungnyemun. “Pada awal abad ke-20, tembok kota yang mengelilingi Kota Seoul dihancurkan oleh pemerintah kolonial Jepang dengan dalih untuk melancarkan aliran lalu lintas di wilayah tersebut. Kunjungan putra mahkota dari Kekaisaran Jepang diduga menjadi alasan penghancuran tersebut. Pada saat putra mahkota tersebut melewati gerbang, penyambutan yang dilakukan sangat berlebihan. Namdaemun tertutup untuk publik pada tahun 1907 setelah pemerintahan kolonial Jepang membangun jalur tream listrik di dekatnya. Pada masa perang Korea, Namdaemun rusak berat dan diperbaiki secara besar-besaran pada tahun 1961, dengan upacara penyelesaian pada 14 Mei 1963. Namdaemun dijadikan sebagai Harta Nasional Korea Selatan nomor 1 pada tanggal 20 Desember, 1962.”
“Hoam...”
Devi menguap lebar. Dengan sigap dia menutup mulutnya dengan telapak tangan, agar tak kemasukan lalat. Dari zaman SD jika dia mendengar cerita sejarah pasti ujung-ujungnya mengantuk.
Tampang Han Jie Eun kesal, “Devi, kau sepertinya tidak suka mendengar cerita sejarah ya?”
Devi menyengir kuda, memamerkan giginya yang gingsul. “Hehehe… ya begitulah.”
“Itu sebenarnya wajar, namanya juga anak muda. Dulu saya juga seperti itu, namun sejak memutuskan jadi pemandu wisata, mau tak mau saya harus lebih mempelajari tentang sejarah Korea.”
“Konon gerbang ini menyimpan misteri? Misterinya seperti apa ya?”
“Pada sekitar pukul 20:50 tanggal 10 Februari 2008, api membakar Namdaemun dan meluluhlantakkan atap dan struktur kayunya, namun struktur temboknya masih utuh. Api terus berkobar tak terkontrol sehingga sampai tengah malam menghancurkan atapnya, walaupun telah dikerahkan 360 pemadam kebakaran yang berusaha memadamkan apinya. Sejak saat itu masyarakat yang lewat gerbang ini di malam hari sering mendengar suara tangisan, jeritan minta tolong bahkan mencium bau gosong. Mungkin kebakaran itu memakan korban jiwa. Namun, kisah mistis tersebut hanya terjadi di masa lalu, Akhirnya Sungnyemun dibuka pada tanggal 4 Mei 2013 oleh Presiden Korea Selatan, Park Geun-hye dengan diiringi tradisi Cheondo, parade militer, musik, penari dan upacara doa. Setelah itu tak ada lagi kejadian-kejadian aneh.”
“Thanks, penjelasannya.” Devi melihat Han Jie Eun aneh, seperti orang kebelet kencing.
“Dimas, Devi… aku ke toilet dulu ya. Udah tak bisa nahan kencing nih.”
“Emang sekitar sini ada toilet?”
“Ada, di sana,” tangan Han Jie Eun menunjuk ke arah kanan mereka berdiri.
Detik demi detik terus bergulir. Devi gelisah sendiri menunggu Han Jie Eun yang tak kembali-kembali dari toilet. “Aduh, lama banget ya Han Jie Eun kencing, masa udah satu jam nggak balik-balik?”
“Gimana kalau kita susul dia ke toilet? Aku takut terjadi apa-apa dengannya,” usul Dimas.
“Boleh juga. Ya udah, yuk kita susul dia ke toilet.”
Mereka pun berjalan ke arah kanan, sesuai dengan yang ditunjuk Han Jie Eun tadi. Enam menit mereka mencari-cari letak toilet akhirnya mereka menemukannya juga. Tentu saja yang masuk ke toilet hanya Devi, sedangkan Dimas menunggu di luar toilet. Masa laki-laki masuk ke toilet wanita!
Baru beberapa detik Devi memasuki toilet. “AAAAA!” terdengar teriakan suara Devi dari dalam toilet. Dimas bergegas menyusul Devi, tanpa memedulikan itu toilet wanita atau laki-laki.
Saat Dimas memasuki toilet, matanya langsung terbelalak. Dia shock melihat Han Jie Eun sudah jadi mayat. Terlebih kondisi mayatnya mengenaskan. Seluruh wajah Han Jie Eun banjir darah, lebih parah lagi tangannya tak menyatu dengan tubuhnya. “Astaga, siapa yang melakukan ini pada Han Jie Eun?”
“Do not move! You two have been caught killing a woman.” Devi dan Dimas mendengar suara dari belakang. Mereka membalikkan badan. Kini di hadapan mereka ada puluhan polisi, polisi-polisi tersebut mengacungkan pistol ke arah mereka.
Dua di antara puluhan polisi langsung memegangi Devi dan Dimas. “Hey, we're not murderers. When we entered this toilet he already lifeless condition,” Dimas menyangkal tuduhan polisi.
“Please you explain everything to the police station.”
Devi dan Dimas kini hanya bisa pasrah mengikuti apa yang dikatakan polisi.
***
Devi dan Dimas saat ini duduk berhadapan dengan pak polisi. Peluh membanjiri kening mereka. Situasi seperti ini jauh lebih menakutkan dibanding saat berhadapan dengan soal ujian nasional.
Pak polisi menggebrak meja. “Why are you silent? Hurry you acknowledge that you are killing Han Jie Eun.”
“As I say, we were not the killer. Not what I confessed that I did not do,” Devi menyangkal tuduhan pak polisi.
“Then quickly tell the actual chronology of events!”
Devi melirik ke arah suaminya, dia seperti memberikan isyarat, ‘Beb, kamu aja ya yang ceritain kronologis kejadian yang sebenarnya’!”
Dimas mengangguk, dia paham isyarat yang diberikan istrinya. “Our afternoon visiting the gate Sungnyemun to cover where it suddenly Eun Han Jie said goodbye to the toilet. An hour later Jie Han Eun not go back, we finally decided to catch up. Up in the toilet we've found Jie Han Eun in a lifeless condition.”
“They lie, sir. I saw with my own eyes that they were killed Han Jie Eun,”sahut seorang pria di sebelah Devi. Sontak Devi menoleh ke samping, matanya membulat ketika melihat pria yang di sampingnya. Dia benar-benar tak menyangka pria di sampingnya bisa mengucapkan kalimat seperti.
“That is slander. Lee Young Jae, you do not talk nonsense! You were not at the scene. We never kill Han Jie Eun,” Devi mulai geram.
“Where no thief would admit. Never mind just put them into a prison cell. I'm not ready to let the man who killed my beloved roam free.”
Wajah Dimas memerah mendengar ucapan Lee Young Jae. Dia bangkit dari tempat duduk, lalu mengepalkan tangannya. Kini dia siap meninju mulut busuk Lee Young Jae. Namun sial, belum sempat Dimas meninju mulut busuk Lee Young Jae, dua orang polisi di belakangnya menahan aksinya.
“Take them to a cell!”perintah polisi yang ada di depan mereka.
“Fine.”
Dua orang polisi di belakang langsung meringkus mereka. Mereka meronta-ronta. “Hey, what the fuck you? You have no right to arrest us because you do not have strong evidence,” ujar Dimas sengit.
Lee Young Jae menyunggingkan senyuman licik. “The proof is not there, but I eyewitness strong that you two kill Han Jie Eun.”
“That is slander. Sir, please do not listen to the words of Lee Young Jae, he was a mental hospital patients newly blurred,” kali ini Devi yang angkat bicara.
Dua polisi tadi tak menggubris perkataan Devi, tetap saja menyeret langkah Devi dan Dimas untuk dimasukkan ke sel tahanan.
“Lee Young Jae, you need to know God never sleeps. God will reveal the truth. Truth will always prevail. Wait for the show, I will prove that we are innocent. You are going to rot in jail,” ujar Dimas, sebelum dia dimasukkan ke sel tahanan.
***
Sel tahanan di Indonesia berbeda dengan sel tahanan di Korea. Sel tahanan di Indonesia itu sempit, pengap, catnya kotor, tempat tidur hanya beralas tikar, tak boleh bawa handphone dan lebih parah lagi satu sel dihuni 10 tahanan.
Berbanding terbalik dengan sel tahanan di Korea yang tempatnya luas, catnya bersih, ber-ac, tempat tidurnya spring bed, boleh bawa handphone, dilengkapi fasilitas komputer dan satu sel hanya dihuni oleh dua orang.
Walaupun demikian tetap saja yang namanya di penjara itu menyedihkan. Devi menangis sesenggukan di pojok sel tahanan. Dimas, sang suami berusaha menenangkannya. Dielusnya pundak Devi. “Say, kamu yang sabar ya. Kita nggak akan lama kok di penjara ini. Om Dhanu pasti segera membebaskan kita.”
Bukannya tenang, tangis Devi justru semakin keras. Devi malah meninju-ninju bahu Dimas. “Ini semua gara-gara kamu.”
Dimas meringis kesakitan, sambil mengelus bekas tinjuan istrinya, “Loh kok gara-gara aku? Salahku apa coba?”
“Aku kan sudah bilang kita nggak usah ke Korea, aku pernah mimpi buruk tentang Korea tapi kamu tetap saja membujukku pergi ke negeri ginseng ini. Coba kalau kamu nurut sama aku, mimpi buruk itu nggak akan jadi nyata,” dia bernapas sejenak sambil menghilangkan ingus dulu memakai tissue.
“Mana janjimu yang katanya nggak akan membiarkan orang lain menuduhku sebagai pembunuh? Kenyataannya malah saat kita tertuduh sebagai pembunuh, kamu tak bisa berbuat apa-apa,” Devi kembali melanjutkan omelannya.
Dimas memasang ekspresi penyesalan. “Iya, maaf. Aku tak tau akhirnya jadi seperti ini.”
“Nasi telah jadi bubur. Maafmu nggak akan bisa membalikkan keadaan. Makanya lain kali kamu nurut apa kata aku, perlu kamu ketahui firasat wanita itu kuat, jadi kamu jangan nyepelein firasat wanita.”
“Iya, lain kali aku nurut sama kamu. Maafin aku dong, jangan lama-lama marahnya.”
“Tergantung, kalau kita bebas dari sini baru aku maafin kamu. Tapi jika kita nggak bebas-bebas, maka aku akan marah selamanya sama kamu.”
“Kamu tenang aja, aku yakin Om Dhanu sebentar lagi pasti bebasin kita.”
“Emang Om Dhanu tau kita ada di penjara?”
“Polisi pasti sudah menghubungi keluarga kita. Nah, keluarga terdekat kita kan Om Dhanu.”
Tiba-tiba dua orang polisi menghampiri sel, mereka berdua membuka gembok sel. “Brother and sister Devi, Dima…s you begin the second declared free, because there is someone who set you free on bail.”
Mata Devi dan Dimas saling berpandangan. “Free? Who gives bail to free us, sir?”
Muncullah orang yang membebaskan Devi dan Dimas. “Ya, tentu saja Om. Siapa lagi coba?”
“Tuh, kan… bener apa kataku. Om Dhanu nggak akan membiarkan kita lama-lama di penjara,” ucap Dimas bangga karena ucapannya kali ini benar.
Devi berlari keluar dari sel tahanan, lalu dia langsung memeluk Om Dhanu, “Terima kasih banyak ya, Om. Om telah membebaskan kami berdua.”
“Iya, sama-sama. Benar kata Dimas, Om nggak akan membiarkan ponakan Om lama-lama di sel tahanan.”
Tiba-tiba Devi melihat ada tiga orang cowok di belakang Om Dhanu. Tiga cowok itu seperti anak SMA. Dia pun melepaskan pelukan. “Om, tiga cowok itu siapa? Om ke Korea sekalian liburan sama keluarga Om?” tanya Devi heran.
Om Dhanu menepuk jidatnya sendiri. “Maaf, Om lupa memperkenalkan mereka ke kalian. Baiklah akan Om perkenalkan mereka satu pe rsatu. Cowok yang kulitnya hitam manis, tinggi, hidung mancung, dan berambut model mowhak itu namanya Taufiq. Kalau cowok yang cokelat, matanya belo, agak pendek dan rambut botak itu namanya Hambali. Dan cowok yang berkulit putih, mata sipit, pipinya chubby itu namanya Ilham. Mereka bertiga tim Detektif Tiga Serangkai. Merekalah yang akan membantu kalian mencari tahu siapa pembunuh Han Jie Eun yang sebenarnya.”
Devi mencium tangan Om Dhanu. “Ya ampun, Om baik banget sih. Sekali lagi terima kasih banyak ya, Om.”
“Iya, sama-sama. Nah, berhubung sekarang urusan sementara sudah beres. Kita pulang ke apartemen yuk?” ajak Om Dhanu.
Walaupun status Devi dan Dimas belum bebas seutuhnya, tapi setidaknya mereka bisa menghirup udara segar sampai pelaku pembunuh Han Jie Eun sebenarnya terungkap. Karena sekarang sudah bebas, Devi tak lagi marah pada Dimas.

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices