7 Misteri Di Korea

Reads
165
Votes
0
Parts
11
Vote
by Titikoma

8. Interogasi Part 3

Pukul sepuluh pagi waktu Korea, tim Detektif Tiga Serangkai sudah berada di rumah mewah modelnya Istana Changgyeong yang diyakini Taufiq sebagai rumah bosnya Han Jie Eun. Mereka bertiga siap melakukan interogasi part 3. Kali ini Detektif Tiga Serangkai melakukan interogasi tanpa bersama Devi dan Dimas. Mereka berdua lagi ingin malas-malasan di apartemen.
“Fiq, coba deh lo baca lagi alamat di kertas yang diberikan Choi Hanna! Bener nggak sih rumah ini rumah bosnya Han Jie Eun?” tanya Hambali.
Taufiq membaca lagi tulisan yang diberikan Choi Hanna. “Bener kok ini rumahnya.”
“Tapi kenapa rumah bosnya mirip Istana Changgyeong? Apa bosnya Devi itu keturunan kerajaan Korea?” tanya Hambali lagi.
“Bisa jadi sih. Coba lo pencet belnya untuk memastikan rumah ini rumah bosnya Han Jie Eun atau bukan!”
Tangan Hambali memencet bel yang di samping pagar.
Teng… Tong
Tiba-tiba pagar terbuka dengan sendirinya. Mata Hambali terbelalak kaget. “Fiq, jangan-jangan rumah ini berhantu makanya terbuka sendiri pagarnya?” ujar Hambali sambil bergidik ngeri.
“Please deh nggk usah ndeso gitu. Ini namanya pagar otomatis, kalau pagarnya terbuka berarti kita sudah dibolehkan masuk. Yuk, kita masuk!” ajak Taufiq. Dia langsung menarik tangan Hambali, karena Hambali kebanyakan bengong.
Rumah mewah model Istana Changgyeong yang diyakini Taufiq sebagai rumah bosnya Han Jie Eun ternyata luas banget. Di sisi kiri halaman ada lapangan golf, sedangkan di sisi kanan dipenuhi tumbuhan-tumbuhan. Taufiq sendiri tak tahu itu tumbuhan apa, mungkin tumbuhan khas Korea.
Karena halamannya luas, maka memerlukan waktu sepuluh menit agar tiba di depan pintu rumah. Taufiq langsung memencet bel lagi, pintu terbuka tapi bukan karena terbuka sendiri, melainkan seorang pria dewasa sekitar umur 40 tahunan yang membukakan pintu.
“Annyeong Haseyo, kalian mencari siapa?” pria dewasa itu bertanya.
“Kami mencari Hyun Sang,” sahut Taufiq.
“Saya sendiri Hyun Sang , kalian siapa ya?”
“Kami dari Arsha Magazine, majalah kriminal. Kriminal yang lagi hangat dibicarakan di Seoul adalah kasus pembunuhan Han Jie Eun. Kami mendapat kabar bahwa Anda bos di tempat Han Jie Eun bekerja. Benar kah?”
“Ya, benar. Han Jie Eun karyawan saya.”
“Kalau begitu bolehkah kami mewawancarai Anda?”
“Tentu. Mari silakan masuk!”
Mereka pun memasuki rumah. “Waw!” Hanya satu kata yang mampu diucapkan Taufiq untuk menggambarkan rumah bosnya Han Jie Eun.
Bukan hanya luarnya saja yang keren, dalamnya jauh lebih keren. Desain ruang tamunya ada wallpaper bermotif tumbuhan sehingga mampu membuat tamu serasa berada di alam bebas.
“Jadi, kalian mau wawancara apa nih sama saya?” tanya Hyun Sang membuka percakapan.
Taufiq dan Hambali saling berpandangan untuk menentukan siapa yang ngomong duluan. Tatapan mata Hambali menginsyaratkan, “Lo aja deh Fiq yang interogasi beliau dulu.”
Taufiq setuju. “Pertanyaan pertama, berapa lama Han Jie Eun bekerja di kantor Anda?”
“Sekitar empat tahunan.”
“Han Jie Eun itu bagaimana di mata Anda?”
“Di mata saya dia itu karyawan teladan. Dia nggk pernah telat ataupun bolos kerja. Saat dia sakit pun dia memaksakan diri masuk kerja.
“Kalau Lee Young Jae di mata Anda bagaimana?”
“Saya kurang menyukai Lee Young Jae.”
“Apa yang membuat Anda kurang menyukai Lee Young Jae?”
“Dia orangnya kalau kerja nggak rapi, sedikit kasar dan super cemburuan. Dulu saya pernah mendekati Han Jie Eun, eh dia langsung marah dan menuduh saya merebut kekasihnya. Padahal saya mendekati Han Jie Eun hanya memintanya hadir rapat saja.”
Lee Young Jae cemburuan? Wajah Taufiq berbinar, penjelasan dari Hyun Sang bisa dijadikan petunjuk untuk menganalisa siapa pembunuh Han Jie Eun sebenarnya.
“Apakah Anda menyukai Han Jie Eun?”
“Yang namanya laki-laki wajarlah suka sama cewek cantik. Kalian kan tau kecantikan Han Jie Eun super menakjubkan. Tapi menyadari bahwa saya memiliki anak istri, sehingga sama sekali tak pernah terbersit di pikiran saya untuk selingkuh dengan wanita lain.”
Taufiq menyenggol lengan Hambali. “Ham, sekarang giliran lo deh yang kepoin Hyun Sang. Gue dah kehabisan kata-kata,” ujar Taufiq berbisik di telinga Hambali.
“Saya dengar dua hari sebelum kematian Han Jie Eun, Anda datang ke rumahnya. Untuk apa Anda datang ke sana?” tanya Hambali.
“Baiklah, saya rasa wawancaranya cukup sampai di sini. Kalau begitu kami mohon pamit dulu. Terima kasih banyak atas kesediaan waktunya. Maaf jika kedatangan kami mengganggu waktu Anda.”
Taufiq kaget, dia pikir Hambali akan melempari pertanyaan yang banyak ke bos itu, tapi ternyata hanya satu pertanyaan.
“Iya, sama-sama. Saya senang dengan kedatangan kalian, kalau kalian ke Korea lagi, jangan lupa mampir ke sini lagi.”
***
Sudah empat hari tim Detektif Tiga Serangkai berada di Korea untuk mencari tahu siapa pembunuh Han Jie Eun, namun sampai detik ini pelakunya belum juga ketahuan. Jangankan ketahuan, petunjuk tentang siapa pelakunya saja masih samar-samar.
Hari ini Devi, Dimas, dan Detektif Tiga Serangkai sepakat melewati hari di apartemen saja. Mereka ingin memanfaatkan waktu untuk berunding dan menganalisa calon tersangka pembunuh Han Jie Eun.
“Setelah kita menginterogasi Lee Young Jae, Choi Hanna dan Hyun Sang, menurut kalian gimana?” tanya Taufiq memnbuka obrolan.
“Gimana apanya?” tanya Devi.
“Maksudku apa kalian sudah menangkap calon tersangka kasus pembunuhan Han Jie Eun?”
“Aku menyimpulkan ada 2 orang calon tersangka pembunuh Han Jie Eun, mereka adalah Lee Young Jae dan Hyun Sang. Tapi dari kedua nama yang kusebutkan tadi, aku yakin Hyun Sang lah pembunuh Han Jie Eun yang sebenarnya,” sahut Hambali.
“Apa yang membuatmu yakin bahwa Hyun Sang lah pembunuh Han Jie Eun?”
“Kan tadi pagi Hyun Sang bilang bahwa dia menyukai Han Jie Eun juga. Nah, di hari kematian Han Jie Eun, si Hyun Sang justru ingin menghabisi nyawa Lee Young Jae, eh malah kena Han Jie Eun,” Hambali menuturkan analisanya secara panjang lebar.
“Bukankah Hyun Sang bilang terakhir dia bertemu Han Jie Eun dua hari sebelum kematiannya? Saat kematiannya tak ada di TKP?”
“Itu kan perkataannya, kita belum mengecek alibi kebenarannya kan? Feeling-ku mengatakan Hyun Sang itu stalker alias penguntit. Ke manapun Han Jie Eun pergi, pasti diikutinya. Nah, pada waktu di toilet dekat gerbang itu, dia melihat Han Jie Eun dan Lee Young Jae ngobrol bareng, dia pikir itu saat yang tepat menghabisi Lee Young Jae karena suasana di sana lagi sepi, eh malah salah sasaran.”
Taufiq sedang berpikir keras, “Perkataanmu ada benarnya juga, Hambali. Tapi entah mengapa hatiku justru mengatakan Lee Young Jae lah pembunuh Han Jie Eun yang sebenarnya.”
“Apa yang membuatmu mencurigai Lee Young Jae pembunuh Han Jie Eun? Rasanya nggak mungkin Lee Young Jae pelakunya, dia kan kekasihnya Han Jie Eun. Nggak mungkin dong dia tega membunuh wanita yang sangat dicintainya?” Hambali menimpali perkataan Taufiq.
“Aku sendiri juga nggak tahu mengapa hatiku yakin Lee Young Jae yang membunuh Han Jie Eun. Dalam kasus pembunuhan, siapapun bisa jadi pembunuh. Entah jadi pembunuh karena disengaja ataupun tidak.”
“Jika Lee Young Jae yang membunuh Han Jie Eun, apa motifnya? Dan mengapa dia tidak langsung kabur?”
“Bisa jadi itu hanya taktik Lee Young Jae agar tidak dicurigai sebagai pembunuh. Lalu dia melempar kesalahannya ke orang lain.”
“Ada yang ingin aku katakan ke kalian semua,” Dimas yang sejak kemarin diam, akhirnya mengeluarkan suaranya.
“Akhirnya kamu ngomong juga, dari kemarin kamu diem aja. Apa yang ingin kamu katakan?” tanya Devi.
“Seperti yang dikatakan Choi Hanna, nama asli Han Jie Eun adalah Desa Az-zahra dan Lee Young Jae adalah Agus Junaedi. Nah, aku sangat mengenal mereka saat masih di Surabaya.”
“Memangnya mereka siapanya kamu?” tanya Devi lagi.
“Dev, kalau aku ceritakan yang sebenarnya tapi kamu janji nggak akan marah sama aku?” bujuk Dimas.
“Tergantung. Buruan ceritakan, jangan bikin aku makin penasaran!”
Dimas menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. “Sebenarnya Desa Azzahra adalah mantanku dan Agus Junaidi adalah rivalku mendapatkan cintanya Desa.”
“Alhamdulillah, misteri pembunuh Han Jie Eun terungkap juga. Tuh kan bener feeling-ku bahwa Lee Young Jae lah pembunuh Han Jie Eun,” ujar Taufiq menepuk dada bidangnya.
“Loh kok bisa?” tanya Hambali heran.
“Si Lee Young Jae kan orangnya pencemburu berat, nah dia cemburu saat Dimas datang ke Korea. Dia takut Han Jie Eun direbut Dimas lagi, karena dia tak mau ketakutannya itu terjadi, dia membunuh Han Jie Eun agar Han Jie Eun tak bisa dimiliki lelaki lain dan sekaligus bisa memenjarakan Dimas.
Devi heran dengan analisa Taufiq. “Kenapa dia cemburu sama Dimas? Dimas kan sudah punya istri, jadi harusnya dia nggak perlu takut Han Jie Eun direbut Dimas.”
“Astaga, jangan-jangan Lee Young Jae cemburu sama aku gara-gara melihat kejadian itu?” pekik Dimas.
Devi menarik lengan Dimas, lalu dia menatap mata suaminya dengan tajam. “Ada kejadian apa yang tidak aku ketahui sehingga bikin Lee Young Jae cemburu?”
Dimas menunduk tak berani menatap mata Devi. “Waktu kamu sakit kan aku dan Han Jie Eun liputan ke SMA di Gyeongju, nah di sana tiba-tiba ada yang menyenggol Han Jie Eun. Hal itu membuat Han Jie Eun kehilangan keseimbangan dan hampir jatuh. Refleks aku menangkap tubuhnya. Pandangan mata dari jarak yang sangat dekat pun tak bisa dihindari.”
Akhirnya Dimas mampu juga berkata jujur pada istrinya. Dia berharap Devi tak marah. Namun kenyataan tak sesuai harapan. Apa yang diucapkannya justru membuat Devi menangis. “Kamu tega melakukan hal itu ke aku,” ujar Devi.
Usai berkata demikian, Devi berlari menuju kamarnya. Sebagai seorang suami tentu saja Dimas mengejar istrinya.
Taufiq, Hambali, dan Ilham hanya geleng-geleng kepala melihat pasangan suami istri itu. “Fiq, ternyata cewek itu ribet ya. Dikit-dikit marah dan nangis,” ucap Hambali.
“Iya, bener. Lebih ribet daripada kasus pembunuhan. Makanya aku sampai detik ini nggak kepikiran cari cewek. Oke, kembali ke topik. Berhubung kita udah menemukan pelakunya, besok kita ke kantor polisi menjelaskan semuanya.”
Tiba-tiba Ilham menarik lengan baju Taufiq. Taufiq menoleh ke samping. “Ada apa Il? Apakah kamu ingin menyampaikan sesuatu pada kami?”
Ilham melakukan gerakan bahasa isyarat yang artinya, “Tunggu sebentar!”
Seperti biasa jika Ilham ingin mengatakan sesuatu, dia mengambil pulpen dan buku kecil dulu. Ilham menuliskan sebaris kata-kata pada buku kecil tersebut. “Kita belum punya barang bukti, bisa-bisa jika kita ke kantor polisi tanpa barang bukti, yang ada justru kita yang dituntut karena pencemaran nama baik.”
“Bener juga kata kamu, Il. Kalau begitu besok kita ke rumah Lee Young Jae. Kita cari barang bukti di rumahnya sampai dapat. Aku yakin kita pasti menemukannya,” ujar Taufiq optimis
“Berarti sekarang kita telepon Lee Young Jae dulu memastikan besok dia ada di rumah atau tidak?”
“Jangan ditelepon, karena kalau kita beri tahu kedatangan kita ke rumahnya, nanti yang ada dia siap-siap menyingkirkan barang bukti tersebut dari rumahnya.”
“Hmmm… benar juga ya.”
***
Pengunungan Taebaek
Yeongwol adalah sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Gangwon, Korea Selatan. Wilayah Yeongwol dibatasi oleh Kabupaten Jecheon dan Danyang di Provinsi Chungcheong Utara serta Kabupaten Yeongju dan Bonghwa di Provinsi Gyeongsang Utara. Luas wilayahnya adalah 1.127 km² dengan jumlah penduduk 45.000 jiwa (2004).
Kabupaten ini dikelilingi oleh rangkaian Pegunungan Taebaek dan menjadi tempat bertemunya dua buah aliran sungai, Donggang dan Seogang.
Di Pengunungan Taebaek, konon juga menyimpan kisah misteri. Sebelum saya menceritakan tentang kisah misteri di Pegunungan Taebaek, terlebih dahulu saya ingin menjelaskan tentang dua buah aliran sungai, Donggang dan Seogang.
Donggang merupakan salah satu anak sungai yang menjadi hulu Sungai Han. Mata air Donggang (harfiah: "Sungai Timur") bermula dari lembah pegunungan di Jeongseon dan Pyeongchang dan mengalir sepanjang 51-60 km ke Yeongwol dan bertemu dengan aliran Seogang. Seogang atau "Sungai Barat" mengalir dari sebelah barat. Donggang yang memiliki aliran deras merupakan area permainan arung jeram yang paling terkenal di Korea Selatan. Namun, pada pertemuannya dengan Seogang, ia mulai melambat dan dalam. Karena mengalir di daerah pegunungan yang bebas polusi, Donggang adalah salah satu sungai terbersih di Korea dan masih memiliki habitat fauna yang masih alami.
Warga setempat mengganggap Donggang sebagai laki-laki dan Seogang sebagai wanita. Daerah wisata yang terkenal adalah Eorayeon. Eorayeon berada di sisi Donggang yang memiliki pemandangan bebatuan dan hutan pinus. Daerah ini dikenal sebagai objek wisata pendakian serta aliran air yang jernih.
Di pegunungan Taebaek terdapat sebuah lereng terkenal yang bernama lereng Il wol san. Ternyata di lereng ini terdapat sebuah cerita tentang hantu seorang wanita bernama Hwang Ssi Buin yang merupakan istri Wang-ssi. Sang istri selalu mendapat perlakuan buruk dari keluarga suaminya hingga akhirnya ia tidak tahan dan melarikan diri ke lereng Il wol san. Di sana, sang istri akhirnya bunuh diri dan menjadi hantu gentayangan dengan hati yang masih dipenuhi rasa marah dan duka.
Konon, jika pengunjung yang datang membawa sifat-sifat yang buruk, maka arwah sang istri akan membawa kesialan bagi mereka. Namun, jika pengunjung memiliki sifat-sifat baik, maka ia juga tak segan-segan untuk memberkatinya. Akhirnya masyarakat sekitar membangun sebuah kuil dengan harapan agar arwah Hwang Ssi Buin tenang dan mengabulkan semua doa-doa mereka.
Devi bernapas lega, artikel tentang 7 Misteri di Korea sudah berhasil diketiknya. Tak sabar rasanya ingin pulang ke Indonesia untuk menyerahkan hasil artikel itu ke Om Dhanu.
“Dev, ngambeknya udah dong. Kalau kamu marah sama aku, kamu omelin aja aku sampe puas. Tapi kamu jangan diemin aku kayak gini. Aku jadi serba salah nih kalau kamu diem aja,” ucap Dimas di sebelahnya.
Devi tak menggubris perkataan Dimas. Hatinya masih jengkel pada Dimas yang tak pernah jujur bahwa Han Jie Eun adalah mantannya. Bukan hanya itu saja, Devi juga marah gara-gara Dimas tak menceritakan tentang ada insiden yang terjadi di SMA Gyeongju.
“Dev, jawab dong. Jangan diem aja!” bujuk Dimas.
“Itu akibat kalau kamu tak pernah jujur sama aku,” jawab Devi ketus. Walaupun jawabannya seperti itu, Dimas tetap senang. Yang terpenting baginya Devi mau bicara dengannya.
“Loh, aku kan selalu jujur sama kamu.”
“Alah, bulshit. Tuh, buktinya kamu nggak pernah jujur bahwa Han Jie Eun adalah mantanmu. Terus lagi kamu nggak jujur saat ada insiden di SMA Gyeongju, yang membuat kamu dan dia saling bertatapan dari jarak dekat.”
“Gimana mau jujur, aku sendiri aja baru tau bahwa Han Jie Eun adalah mantanku. Yang namanya mantan nggak perlu diinget lagi. Kalau soal insiden di SMA Gyeongju aku nggak cerita karena takut bikin kamu marah.”
Devi menutup telinganya, tak mau mendengar penjelasan Dimas. Dia pun beranjak dan menjauhi Dimas menuju lemari pakaian. Diambilnya koper besar dan semua baju yang tergantung di lemari.
“Dev, kamu mau ke mana? Kok ngeluarin baju-baju?” tanya Dimas.
“Mau pulang ke Indonesia. Buat apa aku tinggal di sini, jika suamiku sendiri sudah mulai tak jujur padaku.”
“What? Pulang ke Indonesia? Aku mohon jangan pergi. Kasus pembunuhan Han Jie Eun belum kelar, jika kamu pergi malah akan menambah kasus baru.” Dimas berusaha menahan Devi.
Devi lagi-lagi tak menghiraukan Dimas. Berhubung semua pakaiannya sudah dimasukkan ke koper, kini dia menarik koper itu. Di luar dugaan, Dimas menghalangi dirinya di depan pintu. Detik ini juga Dimas berlutut di depan matanya.
“Devi sayang, aku mohon kamu jangan pergi. Aku nggak sanggup jika harus berpisah denganmu. Aku akan lakuin apapun asal kamu mau maafin aku dan nggak pergi dari aku,” ucap Dimas mohon-mohon.
Melihat ekspresi Dimas yang seperti itu, Devi jadi tak tega. Akhirnya hatinya pun luluh untuk memaafkan Dimas. “Oke, aku mau maafin kamu dan nggak pergi dari sini, asal dengan satu syarat.”
Mata Dimas berbinar mendengar ucapan Devi. “Apapun syaratnya pasti akan kupenuhi, asal kamu nggak ninggalin aku.”
“Syaratnya simple, kamu harus selalu jujur sama aku. Apapun itu. Sebelum kita nikah kan kamu bilang jangan ada dusta di antara kita. Gimana, kamu sanggup memenuhi janji itu?”
“Oke, aku sanggup. Berarti sekarang kita balikan ya?” Dimas mengacungkan jari kelingkingnya. Devi tersenyum, lalu dikaitkannya kelingkingnya di kelingking Dimas sebagai tanda baikan.

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices