Kuntilanak Gaul

Reads
173
Votes
0
Parts
16
Vote
by Titikoma

11. Sasaran Target Kejahatan Mandala

“Baik… aku bukan tuyul yang suka ingkar janji, sekali ini aku mau melakukan perampokan terbesar. Aku akan kuras semua kekayaan mereka, tapi setelah ini kita habis urusan. Aku akan rampok agar utang-utang pacarmu lunas. Walau sebenarnya sudah seharusnya lunas dari kemarin dan otomatis hubungan kerja sama kita berakhir. Kalau Lydia tidak pergunakan untuk mabuk-mabuk dan hura-hura yang gak jelas! Tapi aku maklum easy get so easy lose. Kalian gampang mendapatkannya tanpa kerja keras semua karena aku, maka dengan gampang akan menghabiskannya. Itulah sifat pemuja tuyul bangsaku!” Mandala berkata tegas.
“Deal Tuan Rico? Setelah ini aku... Mandala akan pergi dari kehidupan urusan dunia kalian berdua dan jangan pernah coba memanggil aku lagi karena aku tidak akan datang!”
“Deal, setelah perampokan terakhir ini aku membebaskan kamu untuk bahagia bersama Reisha, kekasih pujaanmu.” Rico menyeringai sinis.
Kediaman Riyanto Sukma - Jalan Mutiara Hijau No 13Z
“Hmmm pintar sekali Rico mencari sasaran perampokan aku. Dasar preman! Tahu saja orang-orang kaya yang bisa dijahati makhluk seperti aku. “Dia bilang rumah kaya ini hanya didiami keluarga ayah, ibu dengan anak lelaki tunggalnya. Ditambah satpam, tukang kebun dan pembantu wanita setengah tua. Pantesan sangat sepi untuk rumah sebesar dan megah ini yang hanya dihuni enam orang,” Mandala berjalan mengendap-endap dalam remang-remang setiap ruangan. Insting Mandala bergerak cepat, di mana harta kekayaan berada dan itulah tujuan utama perampokan terbesarnya.
Mandala mengendap-endap dalam sebuah kamar, ternyata brankas itu terletak di bawah tempat tidur mewah yang ber-cover bunga-bunga dan renda menjuntai. Sebuah tempat tidur seperti istana-istana. Sangat exclusive dan mewah.
Mandala menatap sepasang suami istri yang terlelap. Kenapa ya aku merasa berat sekali melakukan perampokan Tuan Riyanto. Feeling-ku mengatakan semua ada keterkaitan dengan diriku. Tapi sudahlah aku sudah berjanji ini perampokan terakhir yang aku lakukan dan tidak sepeserpun aku akan mengambil bagianku. Maafkan aku Tuan Rian,” Mandala baru ini merasakan galau dalam melakukan aksinya. Sebelum-sebelumnya semua ambil-ambil saja dengan lancar. Tanpa hati tanpa kompromi, semua Mandala kuras tandas.
Mandala berjalan berjingkat-jingkat setelah semua harta Mandala ambil. Karungnya menggembung besar berisi emas batangan, permata dan lembaran-lembaran uang kertas. Pas melewati jalan tengah di tingkat satu, Mandala mengeryipkan matanya. Sinar terang terpancar dari kamar yang menguak sedikit. Rasa penasaran mendorong Mandala untuk mengintip sebuah kamar yang tengah malam ini masih ada kehidupan. Ternyata seorang pemuda tanggung tengah menghadap sebuah laptop. Mandala terkaget ketika dari samping melihat wajah anak muda itu seperti melihat dirinya sendiri semasa remaja.
Mandala semakin mengendap untuk meyakinkan penglihatannya. Pemuda yang tengah bersedih itu adalah Edward yang sedang menyaksikan picture yang dia simpan dalam laptop. Slide demi slide menyesakkan dada. Mungkin orang menganggap dirinya terlalu kuat menerima kematian Reisha yang mengenaskan, setelah diperkosa dan ditabrak lalu mayatnya dibuang seenaknya.
Malam kejadian naas Reisha itu harusnya merupakan malam yang membahagiakan. Edward ingin memperkenalkan Reisha pada mama papanya. Entahlah kenapa dia batal menjemputnya, malah dia bagai terhipnotis bersamaan dengan kehadiran Lydia yang tiba-tiba. Sungguh apa yang terjadi Edward tidak terlalu mengerti, hanya aneh saja apa yang dilihat Reisha antara dia dengan Lydia? Kenapa Reisha langsung kabur dengan mobilnya?
“Semua salahku! Semua kebodohanku yang tidak bisa menjagamu Rei… maafkan aku!” tanpa terasa air mata Edward berlinang. Slide demi slide foto saat masih bersama bagai saksi bisu indahnya kedekatan antara Edward dan Reisha. Wajah Reisha yang cantik menawan bagai bunga pagi. Pipinya merona dan rambutnya yang panjang jatuh halus mengembang bersandar dengan nyaman dalam pelukan Edward.
Mandala diam terpatung. Karung rampokannya merosot, untung Edward tidak mendengarnya. Melihat foto yang berjalan slide demi slide Mandala bagai melihat diri dalam foto itu adalah dirinya dan kekasihnya, Reisha.
“Siapa pemuda ini? Apa hubungannya dengan Reisha? Kenapa dia begitu sedih dengan kematian Reisha? Apakah dia yang Reisha ceritakan pacar pertamanya? Edward! Kenapa dia seperti aku saat remaja? Aku harus menyelidiki semua ini!” tidak hanya dalam slide foto, Reisha dan Edward dengan lukisan kanvas juga terpasang besar di kamar, meyakinkan Mandala kalau Edward belum bisa menerima kematian kekasihnya.
“Kenapa aku ikut bersedih menyaksikan Edward menangisi Reisha? Seharusnya aku cemburu karena Reisha mantannya, tapi kenapa malah aku sangat iba? Bahkan kalau aku punya kuasa aku ingin Reisha hidup bersamanya, bukan dengan diriku?” Mandala meninggalkan ruamah Tuan Riyanto dengan rasa bersalah. Entahlah mungkin rasa bersalah karena perampokan yang dia lakukan pada rumah yang salah. Suatu misterius yang ingin Mandala pecahkan.
@@@
“Rico, Lydia… Nih semua hasil rampokan aku sesuai di rumah petunjukmu! Ada satu yang ingin aku tanyakan, siapa sebenernya Tuan Riyanto? Kenapa engkau ingin membuatnya miskin? Dan Edward, kenapa dia menangisi Reisha?”
“Apa… Papa Riyanto? Ricoo!! Jadi lo suruh Mandala mencuri di rumah Edward! Kurang ajar lo!” tiba-tiba Lydia histeris memukuli Rico. Mandala semakin bingung dengan kejadian yang barusan terjadi.
“Diam Lydia! Memang kenapa kalau gue menginginkan Edward jatuh miskin? Cowok sialan itu biar merasakan jadi orang miskin! Bagaimana rasanya jadi lelaki miskin dan tidak ada satupun gadis yang mau dipacarinya. Semua gadis materialistis! Seperti lo!” Rico yang dulu-dulu bisa menahan emosi sekarang berubah semakin labil. Apalagi Lydia begitu banyak menuntut dirinya, termasuk menuntut tanggung jawab akan bayi yang dikandungnya. Rico belum siap menjadi orang tua di usia muda. Demikian juga Lydia.
“Semua gara-gara preman lo yang nggak becus! Lintah darat!”
“Hei… semua sudah gue ingatkan di awal kalau harus hati-hati dengan Bang Jon! Tapi lo nekat menyuruh Bang Jon untuk mengerjain Reisha. Sudahlah!” Rico memegang kepalanya yang berdenyut.
“Oooh jadi Reisha mati gara-gara ulah kalian! Menyesal aku telah menolong kalian!” Mandala tersadar kalau Rico ternyata dendam dengan Edward karena Lydia mencintai Edward tetapi hati Edward tidak bisa pindah ke lain hati. Hatinya hanya untuk Reisha sehingga Lydia merencanakan pembunuhan keji terhadap sahabatnya.
“Hai Tuyul! Ngapain kau masih di sini? Taruh hasil rampokanmu dan perjanjian kita sudah selesai. Enyah kau!” Rico menghalau Mandala dan Mandala sempat menghindar bogeman Rico.
“Niih makan harta Tuan Riyanto! Perjanjian kita selesai!” Mandala membanting satu karung yang menggembul dan satu karung yang menggembul lainnya Mandala bawa pergi. Rico tidak memeriksa langsung karena memang sudah seperti biasanya Mandala dengan dua karung yang akan dibagi dua. Hubungan ini adalah mutualisme, Rico sebagai tuan pencari sasaran perampokan dan Mandala sebagai eksekutor. Setelahnya langsung bagi dua.
@@@

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices