Kuntilanak Gaul

Reads
172
Votes
0
Parts
16
Vote
by Titikoma

13. Ketika Kejahatan Mulai Terbalas

“Reisha, lo tidak membalas kejahatan sahabat lo? Lo bisa dengan mudah sekarang membalas kepada Lydia sebagai otak kematian lo dan Rico dengan preman-preman yang membantu rencananya!” Mbah Ashley mengingatkan akan apa yang seharusnya Reisha lakukan di kehidupan yang kedua ini. Balas dendam! Kejahatan harus dibalas dengan kejahatan.
“Hmmm… tadinya gue berpikiran seperti itu Mbah. Tapi gue banyak share dengan Mandala dan apa yang telah Mandala lakukan seperti yang barusan Mbah sarankan kejahatan harus dibalas kejahatan. Tapi Mbah itu ternyata tidak membuat kita puas atau bahagia setelahnya. Yang ada malah semakin terpuruk dan hanya akan menyulitkan langkah kita selanjutnya,” kata Reisha tenang, tampak dia telah ikhlas melewati rasa sakitnya.
“Jadi apa rencana lo Rei?” diam-diam Mbah Ashley merasa salut dengan kebaikan hati kuntilanak yang telah hampir tiga bulan hidup bersamanya ini. Kuntilanak yang tetap polos dan lugu walau sudah menguasai ilmu yang dia ajarkan. Ya, Reisha sudah bisa menarik energi bumi dan langit. Dia sudah bisa menghilang, terbang melayang dengan cepat, tertawa angker untuk menakuti lawannya dan kekuatan yang tiada tara. Ternyata semua itu tidak akan pernah Reisha pakai untuk melukai orang lain, bahkan terhadap orang-orang yang telah sangat kejam semasa hidupnya.
“Mbah, katakan satu rahasia apa yang selanjutnya akan terjadi dengan kita? Walau gue merasa bahagia dan beruntung di sini bertemu Mbah yang sangat baik, Kunti Nirma, Shina dan Loli yang sangat care dan sayang ama gue.
“Reisha, sejujurnya gue tidak bisa banyak bicara apa kelanjutan kita karena gue sendiri belum mengalami. Hanya hukumnya semakin kita tidak melakukan kesalahan, kejahatan, apalagi balas dendam juga doa-doa yang terus dipanjatkan dari keluarga kita, maka kita akan menemukan jalan kita selanjutnya. Jalan yang benar dan menuju kepada Sang Pencipta. Gue sadar… entah kapan gue akan kembali ke jalan-Nya karena gue telah melakukan balas dendam kepada semua orang yang telah membuat keluarga gue menderita. Juga gue banyak membantu melakukan pembalasan teman-teman sesama kunti yang ingin balas dendam. Jadi sudahlah jangan ditanya kapan gue akan menemukan jalan selanjutnya? Semua gue lalui apa adanya. Tapi Rei, gue kagum ama lo. Hati lo sangat mulia… tidak ada sedikitpun dendam yang ada dalam hati lo,” kata Mbah Ashley. Mbah Ashley benar-benar terharu dengan hati Reisha yang bersih.
“Mbah, di dunia ini hanya satu yang berhak mengatur kehidupan orang dan dalam kematian. Gue marah tapi gue lebih takut bila Tuhan akan marah ma gue. Lydia adalah sahabat yang sepenuhnya gue sayangi, dia seperti saudara buat gue. Apa yang telah dia lakukan pada gue adalah kekhilafan dia. Semoga dia cepat menyadari kesalahannya dan belajar untuk tidak mengulangi lagi. Gue yakin Tuhan telah mengatur semuanya, yang pasti gue tidak akan melakukan balas dendam!” Reisha merasa lega dengan keputusan yang dia ambil dan semilir angin senja dengan lamatan azan semakin Reisha rasakan biasa seiring dengan rasa amarah yang reda dalam hatinya.
“Reisha, peluk Mbah Sayang…” tanpa terasa Mbah Ashley menangis ketika mereka saling berpelukan. Belum pernah Mbah Ashley merasakan sejuknya berpelukan dengan seorang kunti yang Mbah Ashley rasa akan cepat kehilangannya.
@@@
Bersamaan dengan menjelang petang pada sebuah gubuk yang terletak di pinggir metropolitan, Lydia tengah kesakitan luar biasa.
“Hentikan… aduuuh sakit… sakit sekali… ampuuuuun! Jangan! Jangan teruskan!” Lydia berteriak kesakitan ketika dukun beranak mengurut perutnya. Dukun beranak yang berwajah dingin tidak memedulikan teriakan Lydia, dia terus saja mengurut hingga darah begitu banyak keluar. Sementara Rico tidak bisa berbuat apa-apa selain menyabarkan Lydia, “Aduuh sabar Lydia, sebentar lagi masalah kita selesai…” Rico mulai pucat karena Lydia tampak mulai aneh. wajahnya pucat dan dia mulai berteriak-teriak tidak jelas, “Awass lo Reisha! Semua gara-gara lo. Lo yang memulai semua dengan merebut Edward dari gue! Hahahaha… Reisha, ke ujung dunia manapun gue akan membalas lo dengan tangan gue sendiri!” Lydia histeris tidak karuan sementara darah terus mengucur akibat aborsi yang dia lakukan dengan dukun beranak Mak Lempon.
Tiba-tiba Lydia diam dan matanya melotot, Lydia meregang nyawa dengan kesakitan yang luar biasa.
“Mak, Mak ini kenapa ? Lydia… Lydia… bangun! “ Rico panik bukan main. Tiba-tiba muncul bayangan penjara dan polisi memborgol kedua tangannya. Sementara mamanya yang jantungan pasti bisa mati mendadak bila anak lelaki kesayangannya harus meringkuk di penjara dengan terjerat kesalahan berganda.
“Mas maaf… sepertinya Neng ini nggak kuat dengan darah yang banyak keluar. Ayo cepat kita bawa ke rumah sakit saja. Saya tidak bisa memberhentikan darahnya. Tadi kan sudah saya bilang terlalu berbahaya, tapi kalian memaksa!” Mak Lempon ketakutan dan tampak dari keringatnya yang menetes deras dan sorot matanya yang dingin karena kepanikan melanda. Selama hampir empat puluh tahun menjadi dukun beranak yang membantu melahirkan juga mengaborsi pasangan-pasangan yang tidak menginginkan kehadiran jabang bayinya, kejadian barusan adalah pertama kalinya Mak Lempon alami.
@@@
Bagai kesetanan Rico mengendarai mobil bernomor polisi B 101 LD, hatinya kacau balau melihat terakhir tadi sepertinya Lydia sudah sekarat. Ditambah Mak Lempon yang terus ketakutan dan menyuruh segera memanggil dokter, “Cepat Mas Rico, panggil dokter… cepat! cepat!”
Mobil melaju kecepatan dengan tinggi. Tiba-tiba sebuah truk dengan muatan besi-besi panjang muncul dan, “Ahhhhhh…” semua terasa gelap dan sebuah dentuman tabrakan tidak bisa terelakkan. Berkerumun orang-orang pada dua tempat. Ironis, Rico tewas dengan mengenaskan dalam tabrakan maut tunggal. Sementara Lydia pun tidak bisa tertolong di gubuk pinggiran metropolitan. Sementara praktik Mak Lempon pun terkuak setelah berpuluh tahun menghilangkan nyawa calon-calon anak dari rahim perempuan.
@@@

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices