hellend ( noni belanda )
Hellend ( Noni Belanda )

Hellend ( Noni Belanda )

Reads
195
Votes
0
Parts
15
Vote
by Titikoma

Chapter 13

Sarah membuka mata. Ia seperti terbangun dari perjalanan panjangnya menyusuri masa lalu Hellen. Yang pertama kali dilihatnya adalah wajah Kevin dan Rani. Wajah keduanya tampak begitu pucat dan panik. Sesaat kemudian Sarah tiba-tiba menyadari sesuatu, di dekat jendela, sosok hantu Hellen yang sangat menyeramkan memeluk tubuh lemah Amely yang tergolek tak berdaya.
“Anak ini akan menjadi milikku. Semua ini sebagai bayaran karena kalian dengan seenaknya menempati rumahku. Aku tak pernah mengizinkan siapa pun menempati rumah ini, selain aku,” geram Hellen yang kini menunjukkan wajah aslinya.
“Jangan … jangan ambil anakku. Sebagai gantinya, ambillah nyawaku, Hellen.” Sarah yang barus sadar, menangis. Ia begitu takut kehilangan Amely. Ia sungguh tak rela Hellen mengambil putri semata wayangnya yang begitu ia sayangi.
“Kamu juga bisa mengambil nyawaku, Hellen. Amely tidak salah apa-apa.” Kali ini Kevin maju beberapa langkah, mencoba bernegosiasi. Sedang Hellen tampak menggeram sambil menyeringai. Tanda tidak setuju dengan penawaran apa pun.
“Tidak! Aku aku akan tetap membawa anak ini bersamaku. Hahaha ….” Hellen terbahak. Suaranya memekakkan telinga. Ia lantas mengangkat sebelah tangan yang berkuku tajam kehitaman ke udara, lalu hendak menusukkannya ke dada Amely. Namun, sebelum itu terjadi, tiba-tiba terdengar suara hangat dengan aksen bahasa yang khas.
“Sudahlah, Hellen, putriku. Kamu jangan menganggu keluarga ini lagi. Mereka tidak salah apa-apa. Bukankah kamu sendiri sudah menuntut balas atas kematianmu pada Johan. Ayah mohon, lepaskan mereka.”
Samar-samar, di sisi Hellen, muncul sesosok hantu lelaki lain. Sarah mengenalinya sebagai Jacob van Stolch, ayah Hellen.
“Ayah,” ucap Hellen yang perlahan-lahan mengubah wujudnya yang tadinya menyeramkan menjadi sosok perempuan anggun berambut pirang.
“Tidak ada gunanya kamu menganggu kebahagian keluarga ini, Hellen. Kamu justru tak ubahnya seperti Johan.” Lelaki paruh baya itu memberi petuah pada Hellen. Dan tampaknya Hellen luluh. Sebab, sedari dulu, Hellen begitu mencintai ayahnya. Baginya, Jacob van Stolch adalah segalanya.
Maka, pelan tapi pasti, Hellen perlahan melepaskan cengkeramannya pada tubuh lemah Amely. Perempuan yang kini berwajah cantik khas Belanda dengan rambut itu lantas meletakkan tubuh mungil Amely di atas lantai. Sesaat kemudian, sembari tersenyum dan memeluk ayahnya, sosok hantu Hellen perlahan memudar. Hingga di detik selanjutnya, kedua sosok tadi benar-benar lenyap dan menghilang.
Ketiga orang dewasa yang menatap kejadian barusan, menghela napas panjang. Mereka sama sekali tak menyangka bahwa kepelikan yang barusan mereka hadapi akhirnya bisa berakhir. Saking bahagianya, Sarah dan Kevin bahkan tak lagi bisa membendung air matanya yang membanjir. Keduanya hanyut dalam peluk kebahagiaan. Suami istri itu lantas menatap Rani yang sedari tadi banyak membantu dengan mata berbinar. Ungkapan syukur dan terima kasih yang teramat sangat.
Dua menit kemudian, Amely yang sudah berada di pangkuan Sarah, membuka mata.
“Amely, Sayang. Kamu nggak apa-apa, Nak?”
Bukannya menjawab, putri kecilnya itu malah memeluk Sarah. “Amely sayang Mommy,” katanya.
Sungguh, kelegaan kini bersemayam di dada masing-masing yang ada di ruangan tersebut.
“Terima kasih banyak, Rani. Kalau bukan berkat kamu, aku tak yakin keluargaku akan baik-baik saja.” Sarah dan Kevin berterima kasih pada Rani. Benar, jika bukan karena sosok perempuan tomboi berpakaian rider tersebut, teror yang menghantui keluarga kecil itu tak akan pernah berakhir.
“Sekali lagi, terima kasih banyak, Rani,” ucap keduanya sekali lagi, nyaris bersamaan.
Rani hanya bisa tersenyum.
***

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices