
by Titikoma

Si Bintang Kelas
“Dan sebagai bintang kelas tahun ini adalah....” Siapa lagi kalau bukan Ardini Puteri. Pas enam tahun sudah di Sekolah Dasar Nusa Bangsa, kota hujan Bogor dan keenam kalinya tidak tergeser untuk menduduki rangking satu. Seorang anak dengan rambut tebal, hitam legam, beralis tebal dengan binar mata yang bercahaya, maju dengan langkah kalem tapi pasti. Pesona kepintarannya terpancar dengan jelas, rambut sebahunya yang biasanya dikucir ekor kuda tampak digerai dengan hanya memakai jepit rambut bunga matahari di kanan dan kiri. Gadis kecil berprestasi yang telah banyak membawa harum nama sekolahanya, kini mulai beranjak besar. Ardini Puteri sangat menonjol dalam bidang akademis dan juga ekstrakulikuler yang diikutinya. Untuk bidang akademis, dia sudah menyabet sebagai bintang kelas tiap tahun, terpilih menjadi anggota cerdas cermat. Dan juga yang paling istimewa, menjadi murid teladan tingkat provinsi. Meskipun dari keluarga yang sederhana, dia bisa bersaing dengan kebanyakan murid yang berasal dari keluarga kaya raya di sekolah itu. Mungkin karena dibesarkan oleh lingkungan ayahnya yang pendidik dan ibunya adalah ibu rumahan, Kedekatan itu membuat Ardini tumbuh dengan nyaman tapi disiplin. Dini, biasa dipanggil, merupakan anak tunggal yang sudah dilatih terbiasa menghargai waktu dan berpacu dengan prestasi. Dini tidak juga dibatasi bermain sebenarnya oleh sang ibu, hanya saja kebiasaan yang sudah tertanam baik membuatnya sadar kalau tiap jam itu ada aktivitas masing-masing. Ibunya tak kerepotan untuk selalu mengingatkan agar tidak hanya bermain. Dini kecil sudah sadar, waktunya bukan hanya semata untuk bermain. Dini belajar untuk mengatur dirinya sesuai jam yang diajarkan ibu dan ayahnya. Pulang sekolah tidak langsung bermain, tetapi berganti baju, makan siang dan ibadah, baru boleh bermain atau beristirahat. Karena sudah setengah hari sekolah, otak juga butuh hiburan. Biasanya Dini bermain ke rumah Anes, tetangga depan atau ke rumah Najwa yang selisih dua rumah. Bermain boneka, bongkar pasang rumah-rumahan, petak umpet, melukis, menyanyi, atau membaca buku cerita. Antara satu sampai dua jam waktu Dini bermain. Bila sudah melebihi dua jam, Dini merasa resah sendiri dan memutuskan untuk pulang dan tidur siang. Selepas tidur siang, pikiran rasanya segar. Dini memanfaatkan waktu untuk mengerjakan PR dari sekolah dan membaca ulang pelajaran yang diterima di sekolah. Dini tidak akan berhenti belajar bila belum merasa menguasai pelajaran yang diajarkan bapak/ibu guru di sekolahnya. Biasanya sampai sore, dia berkutat dengan buku-buku di meja belajarnya. Ibu Dinda sesekali mengawasi dan mendekat bila wajah Dini tampak bingung. Bila tidak bisa, Dini akan bertanya kepada ibunya. Dan Dini akan diberi tahu cara yang termudah agar bisa menguasai pelajaran tersebut. Kalau ibunya tidak bisa, biasanya sore ayahnya pulang, Dini akan melanjutkan pertanyaannya pada ayahnya. Ayahnya lebih bisa menguasai pelajaran karena beliau seorang guru Sekolah Menengah Atas. Ayahnya yang mengampu pelajaran matematika di SMA Seroja Bogor. Buat Dini, pelajaran yang paling menyenangkan selain matematika adalah bahasa Indonesia. Apalagi kalau sudah pelajaran mengarang dan baca puisi. Dini beberapa kali merebut juara perlombaan baca puisi dan membaca cerita anak atau dongeng. Piala yang diterima biasanya dua piala. Sebenarnya yang satu adalah piala duplikat karena setiap perlombaan hanya satu piala yang diterima dan diberikan untuk pihak sekolah. Makanya untuk kenang-kenangan pribadi oleh pihak penyelenggara perlombaan dibuatkan piala duplikat dengan keterangan yang sama seperti yang menempel pada piala aslinya. Jadi membuat anak yang meraih juara bangga karena bisa menyimpan piala pribadi di rumahnya. Piala prestasi Dini berjajar di ruang tamu dari setiap tahun menjadi bintang kelas. Juara baca puisi, juara baca buku cerita anak, juara baris berbaris, juara cerdas cermat, juara murid teladan, juara menyanyi, kejuaraan pramuka, dan piagam-piagam penghargaan bila Dini bertugas menjadi pasukan pengibar bendera Tujuh Belas Agustus di sekolah. Ardini Puteri dikenal sebagai Sang Bintang dan memang dia selalu menjadi bintang selama beraktivitas di sekolah. ***
Ardini, dengan predikat Si Bintang Kelas dengan berderet prestasi selalu bersinar dari kelas I sampai dengan sekarang memasuki dunia SMA. Dini masuk SMA Seroja tempat ayahnya menjadi guru. Semua orang tua sepertinya bangga melihat Dini dan ingin mempunyai putri seperti dia. Dini tumbuh sebagai pribadi yang mandiri, sportif, terbiasa untuk bersaing sehat, pejuang untuk mempertahankan prestasi, sekaligus ambisius. Dini mempunyai keinginan yang besar untuk memperbaiki kehidupan keluarganya. Ayahnya yang hanya guru matematika di Sekolah Menengah Atas tentu saja gaji seorang guru biasa membuat kehidupan mereka biasa dan bersahaja. Kehangatan keluarga dan kedamaian rumah yang selalu diliputi dengan canda tawa ayah dan ibunya membuat Dini merasa nyaman. Ayah dan ibunya adalah pasangan yang serasi dan sama-sama bersahaja. Melihat kemesraan dan rasa sayang ayah dan ibunya, membuat Dini ingin nantinya menemukan pria yang tepat seperti ayahnya. Ayah dan Ibu yang selalu kompak.Tidak pernah ada pertengkaran, sesulit apapun keadaan yang mereka terima sehari-hari. Ibu begitu tampak menghormati ayah, walau ayah tidak memberikan kemewahan yang luar biasa. Ibu menerima ayah dengan sepenuh cintanya, tidak perlu melihat ibu-ibu lain yang mungkin dipenuhi dengan perhiasan, uang banyak oleh suami-suaminya. Cinta kedua orang tuanya adalah cinta yang bukan berdasarkan materi, tetapi cinta dari dalam hati dan tulus untuk menerima masing-masing apa adanya.