Cinta Dibalik Rasa

Reads
69
Votes
0
Parts
7
Vote
by Titikoma

Mengapa Harus Diam?

“Jangan. Janganlah kau merindu. Sungguh ini berat, kau tak akan kuat. Cukup aku saja.” Baru saja aku mengupload foto jadul bersama keluarga Candy di akun Instagram-ku. Sengaja aku tandai mereka semua, agar tahu betapa rindunya aku terhadap mereka. Sebenarnya aku ingin mengupload foto berdua saja dengan Martin, tapi naluriku sebagai perempuan yang memiliki gengsi tinggi membatalkan niatku. Agnes yang kebetulan mungkin membuka Instagram langsung mengomentari fotoku, “Cieeeeee kangen, kangen sama siapa nih??” ledeknya. “Sama kalian dong!” jawabku. “Temen kita @Martin12 sombong banget deh sekarang, mentangmentang ada doi baru,” komen Rana. Membaca komen Rana membuatku tersenda. Hello… Doi baru? Maksudnya apa? Dia sudah punya pacar baru, gitu? Segera aku menghubungi Rana untuk memastikannya. “Ehh Ran, maksud kamu doi baru itu apa? Martin sudah punya pacar?” tanyaku. “Cieeeee... cemburu ya?” tanyanya. Lihat aja di Facebook-nya, kamu masih pakai Facebook nggak sih?” sambung Rana. Segera aku mengecek akun Facebook-nya untuk memastikan. Blar! banyak sekali foto-fotonya bersama Grace baik yang sedang pendidikan, maupun sedang di luar. Apakah itu yang dimaksud dengan Rana? Nasib baik, Martin sedang online, sekarang lantas aku langsung bertanya padanya, “Cieee, akhirnya jadian juga sama Grace,” isi chat-ku. Agak lama menunggu akhirnya dibalas juga, “Hahahahaha.” “Lho, kok ketawa doang?” tanyaku heran. “Gak papa sih,” jawabnya. Kali ini aku benar-benar kesal, setiap pertanyaanku tidak pernah dijawab  dengan serius oleh Martin, “Ehhh… aku ini nanya, jawab dong!” seruku. “Kalo aku pacaran sama dia emang kenapa?” tanyanya. “Nggak papa, aku mau ucapin selamat,” jawabku polos. “Ya udah, ucapin aja,” katanya. Karena terkadung bete, aku memilih diam tak merespons lagi chat-nya itu. Semakin hari aku semakin gelisah, entah mengapa aku menginginkan Martin datang menemuiku. Sempat aku berpikir, mungkin aku salah menolak cintanya dia beberapa tahun lalu. Ahhh! Gila! Kenapa aku menjadi seperti ini, padahal aku mencintainya juga! Apakah ia tidak sadar? jangan-jangan benar kata orang, lelaki itu butuh kepastian bukan harapan. Aku ingin mengungkapkan, tapi jujur sangat malu rasanya. Oh Tuhan, kucinta dia, sayang dia, rindu dia, butuh dia. Bolehkah aku jujur? kali ini saja. 5


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices