cinta satu paket
Cinta Satu Paket

Cinta Satu Paket

Reads
82
Votes
0
Parts
13
Vote
by Titikoma

Disebuah Pesta

Namanya Renata Mutiara, secantik dan selembut mutiara. Kelas sebelas dan usianya yang tengah melangkah dewasa di sweet seventeen tampak cemerlang. Sayang dia tidak bisa berdandan lebih sedikit glamour dari sahabatnya, Nadine dan Cika yang memang anak konglomerat. Nadine ayahnya pengusaha ekspor impor mempunyai kantor sendiri dan Cika kedua orang tuanya pejabat teras. Keduanya yang suka meminjamkan baju, perhiasan, dan mentraktir Renata yang paling tidak berada di antara bertiga. Sejujurnya Renata juga ingin sekali seperti Nadine dan Cika, tapi apa daya sebagai seorang anak janda yang hanya berjualan gado-gado di rumah tidak bisa seperti sahabat-sahabatnya. Banyak cowok yang suka pada Renata tapi tentu saja Renata tidak mau memilih sembarang cowok. Renata sudah berjanji akan membahagiakan ibundanya, maka dia harus mendapat cowok yang kaya dan bisa mengangkat derajat dirinya dan bundanya. Dengan suaranya yang merdu didukung fisiknya yang cantik, menyanyi adalah hobi dan juga menjadi salah satu mata pencaharian Renata.  “Rena nanti kamu pakai baju aku saja yang pink di ulang tahun Mitha, pasti kamu akan kelihatan sangat cantik. Biar Aryo semakin mengejar kamu,” kata Nadine sambil tersenyum menggoda. “Aduh Dine, jangan kau berharap Renata dengan Aryo lah! Dia cuma punya otak pintar tapi nggak kaya! Mending dengan Fariz borju! Meski otaknya rada jongkok!” kata Cika antusias. “Iya juga... Rena kamu cantik! Dan kamu berhak dapat cowok istimewa. zaman sekarang nggak hanya makan, cakep tapi nih... harus tebal!” Nadine menggerak-gerakkan ujung ibu jari dan telunjuk yang berarti uang. “Iya, ingat Rena janji kamu untuk mengajak umroh Bunda kamu, kalau cowok kamu kere yah sudahlah ke laut aja alias Ma-de-su!” Cika menyemangati Renata untuk memilih Fariz. “Apa tuh Madesu ?” Renata bertanya polos. “Masa Depan Suram… Non!” Nadine menimpali.  Malam Minggu Renata, Nadine, dan Cika menghadiri pesta ulang tahun ke tujuh belas Mitha yang dirayakan dengan sangat meriah. Maklumlah Mitha bukan anak biasa-biasa, tapi orang tuanya pengusaha emas dan Mitha anak tunggal, jadi perayaan sweet seventeen-nya besarbesaran. Banyak cowok yang berbisik-bisik melihat penampilan tiga cewek yang bening-bening, tapi terutama Renata yang biasanya tampil polos tanpa make up, malam ini tampil cantik dengan dandanan salon langganan Nadine dan Cika. Renata menikmati pesta Mitha yang meriah karena Nadine dan Cika meyakinkan untuk menikmati malam Minggu ini dengan tanpa beban. Mitha meminta Renata untuk menyanyi karena tahu suara Renata yang bagus. Sebuah lagu dari Phil Collins dinyanyikan dengan syahdu, “One more night, one more night I’ve been trying ooh so long to let you know Let you know how I feel And if I stumble if I fall, just help me back So I can make you see Please give me one more night, give me one more night One more night cos I can’t wait forever Give me just one more night, oh just one more night Oh one more night cos I can’t wait forever.” Pukul 23.00 pesta baru usai. Saat Nadine menyalakan mobil ternyata mogok dan tidak bisa jalan, beruntung saat telepon Mas Azka, kakaknya pas lagi abis ada acara juga dengan sahabat-sahabatnya maka meminta Nadine dan kawan-kawannya menunggu. Kurang lebih setengah jam kemudian Azka datang bersama dengan Dito. Setelah dibuka-buka mesinnya oleh Azka dan Dito ternyata hanya masalah karburator. Setelah dibetulin, mobil Jazz putih Nadine bisa jalan lagi. Azka meminta Dito membawa mobil Nadine saja untuk mengantar Cika dan Renata, sementara dirinya balik dengan adiknya. Sejujurnya Azka ingin mengantar Renata tapi keburu Dito sudah mengajak dua teman Nadine untuk diantarnya. Azka hanya bisa menatap sekilas wajah Renata yang benar-benar cantik dan berbeda saat wajah polosnya memakai baju seragam abu-abu.  Diam-diam Azka suka memperhatikan sahabat Nadine yang paling seadanya tetapi dalam pandangan Azka malah tampak sederhana dan natural. Berbeda dengan adiknya dan Cika yang selalu berdandan bahkan hobi sekali menyalon. Dito melirik dua gadis ABG yang harus diantar. Kalau melihat Cika sudah biasa dengan dandanan lengkap, tapi Renata membuat Dito berdebar. Akalnya berputar agar bisa berlama-lama dengan Renata. Dito memilih jalan agar Cika yang diantar pertama kali baru kemudian Renata. “Makasih ya Mas Dito, besok-besok main ke rumah ya...” Cika mengucapkan terima kasih setelah sampai di depan rumahnya yang megah. “Iya Cika kapan-kapan aku akan main, sampai besok ya,” Dito bersikap ramah layaknya kakak kelas yang mempunyai tanggung jawab. Sisa perjalanan Dito aktif menanyai berbagai hal pada Renata, termasuk apakah dirinya sudah mempunyai cowok atau masih menjomblo. “Rena malam ini cantik sekali,” Dito tanpa berusaha menutupi perasaan hatinya langsung mengatakan apa yang ada di hati. Sebenarnya kalau Renata mau sombong dari tadi sudah banyak yang mengatakan kalau dirinya sangat cantik dan bila Dito bilang dia cantik sebenarnya bukan hal yang luar biasa. Tapi tatapan tajam Dito membuat Renata salah tingkah, sudah beberapa kali Renata melihat Dito saat main di rumah Nadine bersama Mas Azka kakaknya Nadine, tapi sepertinya sikap dia biasa-biasa saja. Makanya Renata kaget tapi bercampur bahagia karena Dito sepertinya anak orang kaya. Melihat penampilannya yang rapi dan mobil yang dia punya memperlihatkannya anak berada. Renata tersenyum riang, dalam otaknya memang harus mendapat pacar yang selain tampan tapi juga kaya raya dan jelas masa depannya. Dito tampan dan kaya. Masalah kuliah dengar dari cerita Nadine kalau kakaknya, Mas Azka yang bersahabat dengan Dito mau mengambil skripsi, berarti Dito tidak beda dengan Mas Azka. Masa depan Dito sudah di tangan. Renata tidak mau melepas sia-sia cowok yang sekarang tengah memandanginya sengaja menghentikan  mobil milik Nadine di sebuah jembatan layang. “Lihat di bawah! Metropolitan tidak pernah tidur, sudah pukul 24.00 tapi malam Minggu masih saja banyak aktivitas mobil berlalu lalang.” Renata dengan gaun pink selutut dan model kerah sabrina menampakkan kecantikan di bawah terpaan lampu jembatan layang menuju ke arah tol Jagorawi. Hatinya berdebar tidak karuan, tiba-tiba Dito menggenggam tangannya. Semua ini bagai kejutan tak terduga buat Renata. Hari-hari lalu saat bermain di rumah Nadine, beberapa kali Renata sempat curi pandang tapi nampaknya waktu itu Dito tidak peduli sama sekali. Malah Mas Azka, kakak Nadine yang kerap ketahuan tengah menatapnya. Tapi buat Renata, Mas Azka sudah seperti kakak sendiri, seperti Nadine yang dekat dengan kakak satu-satunya itu. Mas Azka terlalu pendiam dan serius, sementara Dito lebih luwes dan tidak menegangkan. Bahkan sekarang pun entah kenapa Renata tidak ada niat memanggilnya dengan embel-embel ‘kak’ atau ‘mas’. Cowok yang sekarang tengah menggenggam tangannya lebih tua empat tahun, tapi tampak seumuran dengan dirinya. Berbeda dengan Mas Azka yang tampak dewasa dan Renata merasa segan bila ada di dekatnya. Dalam sebuah pesta Mitha, Renata akhirnya menjatuhkan pilihan seorang cowok yang menjadi cinta pertamanya.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices