
by Titikoma

Cinta Adalah Cinta
Tentu saja cerita Renata, bunga sekolah yang sekarang sudah punya cowok langsung menyebar dan membuat banyak cowok jadi patah hati. Terutama anak-anak di kelas XI yang naksir juga kakak kelas di akhir SMU. Mereka merasa keki karena Renata memilih berpacaran dengan anak kuliahan. Ada yang mencibir karena cemburu dan kesal tidak bisa merebut hatinya, tapi ada juga yang berpikir ‘sudahlah!’ “Cie cie… tuh Mas Dito datang!” Cika yang tengah asyik meneguk teh botol dingin melirik memberi kode kalau Mas Dito datang. Cika sebenarnya sempat naksir Dito, tapi ternyata Dito memilih Renata sahabatnya juga, Cika tidak keberatan. “Thanks Cik... kamu nggak apa-apa kalau aku dekat dengan Dito?” Renata memastikan sahabatnya tidak ada masalah. “Nggaklah Rena, jujur sih... aku juga sempet naksir Dito, cakep dan berasal dari orang cukup berada juga meski nggak sekaya Mas Azka.” Cika ngomong sambil menikmati bakso nuklirnya. “Psst… sudah diam, yang diomongin udah dekat!” Cika mengedipkan satu mata ke Renata. “Hai… enak banget makan baksonya,” Dito langsung duduk di sebelah Renata yang berhadapan dengan Cika. “Mas Dito sama siapa?” tanya Cika. “Tadi sih keluar kampus bareng Azka, cuma katanya dia mau mampir ke Perpustakaan Nasional di daerah Salemba, jadi ya sudahlah aku ke sini saja.” “Kok bisa kepikiran sama kita-kita sih?” Nadine pura-pura sok bego. “Ih Nadine kaya nggak tahu saja! Renata kan lagi ditaksir Mas Dito. Iya nggak?” Cika main tembak saja. Membuat wajah Renata dan Mas Dito memerah. “Apaan sih kalian...” Renata berusaha mengelak, tapi sepertinya basa-basi banget karena dalam hatinya dia riang dengan kedatangan Dito. “Sudah sana cabut gih yang mau pacaran, bikin iri aja!” Cika pura-pura jengkel. Sementara Nadine tertawa-tawa sambil kepedasan. “Sepertinya aku paling sial nih, nggak punya cowok sendiri. Tuh ada Rendra pasti mau jemput Nadine,” Cika tambah bete. “Wah...” Nadine cepat-cepat membersihkan bibirnya yang memerah karena kepedasan mendengar nama Rendra disebut barusan oleh Cika. “Hai semua!” seorang cowok yang bernama Rendra, tinggi proporsional karena atlet basket. Anak Fisika XII A primadona SMU Nusa Bangsa duduk dekat Nadine. “Ren! Kirain masih lama technical meeting-nya, makanya aku tinggal ngebakso,” Nadine menyapa dengan rasa agak bersalah karena tidak menunggu Rendra yang meminta tunggu dirinya sebentar saja di perpustakaan, tapi karena bete dirasa lama dan perut lapar maka Nadine milih gabung Cika dan Renata makan bakso sepulang sekolah. “Dine aku kan sudah janji mau menemani kamu jalan hari ini, makanya technical meeting aku ringkas biar cepat selesai.” Rendra menatap tajam Nadine, membuat yang punya wajah manis tersipu-sipu. “Sempurna! Semua punya pasangan dan meninggalkan aku!” Cika semakin ngambek karena dia tidak punya pacar. Sementara dua sahabatnya sudah dengan pasangan masing-masing. “Nah lo, makanya aku tawarin kakakku, Mas Azka kamu malah minder? Mau nggak Cik, aku adiknya udah berbaik hati lho sebagai calon ipar,” Nadine menatap Cika serius. “Ehhem gimana ya Din, Mas Azka terlalu sempurna dan dingin. Aku takut ah,” Cika memasuk-masukkan buku pelajaran yang tadi masih di atas meja ke dalam tasnya. “Bukannya malah tantangan Cik!” Nadine menantang sahabatnya untuk bisa dekat kakaknya yang memang sampai semester enam ini masih saja menjadi high quality jomblo. “Hmmm aku pertimbangkan Din, jujur aku takut ama orang super dingin. Aku cabut dulu deh! Tuh Mang Dirman udah jemput aku. Have fun yaa...” Cika langsung berlari melesat ke dalam mobilnya. Setelah itu Nadine dan Rendra juga beranjak pergi. Dito menuntun Renata ke dalam mobilnya dan berlalu meninggalkan sekolah yang sudah sepi dari murid-murid. *** “Dit kita mau main ke mana?” Renata bertanya dengan melihat jalanan Cibubur yang siang selepas lunch lebih bersahabat. “Udah tenang saja kita jalan-jalan sebentar, ke mall yang dekat aja ya Plaza Cibubur. Kamu laper nggak Rena?” Dito bertanya lanjut. “Eee lapar sih tadi aku belum sempat pesan bakso nuklir, habis kamu keburu datang,” Renata berkata terus terang perutnya yang mulai ber nyanyi. Mobil akhirnya meluncur ke daerah Leuwinaggung Plaza Cibubur. Dito memarkir mobil Jazz hitamnya. Renata dan Dito memasuki Plaza Cibubur yang siang ini ramai dengan pengunjung yang jalan-jalan, makan siang dan asyik menonton sebuah perlombaan modern dance di hall dasar Plaza Cibubur. “Nah yuk mampir ke Bako Malang Karapitan, kamu suka banget bakso kan?” Dito menyeret Renata memasuki sebuah rumah makan yang mengusung nama Bakso Malang Karapitan. Sesaat membaca menunya dan Dito memilih bakso Malang spesial urat dengan ice lemon tea dan Renata memilih baso Malang campur dengan es blue coralnya. Sambil menunggu pesanan disediakan, snack kerupuk menemani Dito dan Renata ngobrol. “Rena sebenarnya aku sudah kerap kali memperhatikan kamu saat bermain dengan Nadine, tapi jujur aku tidak berani banyak menyapa. Dua minggu lalu aku tidak bisa menahan hatiku melihat kamu yang sangat cantik selepas pesta Mitha, sampai-sampai Azka, kakak Nadine yang dingin saja sempat memandang kamu lama sekali. Dan aku tahu kalau aku cemburu! Aku takut Azka akan menembak kamu! Maka aku cepat-cepat menyatakan perasaanku.” Renata tersenyum malu tapi hatinya berbunga-bunga. Sudah dua minggu dari pesta ulang tahun Mitha, Dito menunjukkan keseriusan hubungan mereka. Tanpa kata terucap sepertinya Renata menyetujui untuk menjadi kekasihnya. Dan Renata merasa Dito adalah lelaki yang tepat untuk membahagiakan hidupnya, selain Renata menyukai wajahnya yang ganteng, ramah, dan juga kaya. Siang itu Dito mengajaknya berkeliling di Plaza Cibubur dan memasuki sebuah toko baju Ramayana Prime menawari Renata untuk memilih beberapa baju yang memang dia suka. “Boleh?” Renata tersenyum senang, sudah lama ada baju dress pendek yang dia taksir dan juga sebuah kaos berbahan soft kuning bergambar wanita Jepang yang manis. “Pilih terserah kamu Rena,” Dito tersenyum meyakinkan Rena yang ragu untuk memasukkan dalam keranjang belanjaannya. “Oya sekalian buat Bunda kamu, katanya Bunda kamu ingin beli kerudung yang model hijab besar hijau pupus,” Dito teringat waktu teleponan lalu Renata ingin membelikan sebuah kerudung kalau dapat honor dari panggilan menyanyi lagi. Selama ini dia tidak bisa belanja semau dia mengingat kondisi dirinya dan ibundanya yang tidak mempunyai dana lebih untuk bermewah-mewah. Tidak hanya makan dan berbelanja, Dito mengajak Renata bermain di Amazon, sebuah arena permainan anak dan dewasa untuk permainan tertentu. Dito mengajak bermain basket dan dancing yang biasa Renata kunjungi dengan Nadine dan Cika. Tanpa terasa jam sudah menunjukkan pukul 19.00 dan sekarang mobil Dito meluncur ke kawasan perumahan kampung di daerah Jonggol. Saat Renata turun, bundanya habis selesai salat isya. Dia melihat Renata diantar seorang laki-laki yang tidak turun dari mobilnya. Kaget juga apalagi saat berpisah cowok tersebut mencium pipi kanan dan kiri putrinya. Renata masuk dengan menjinjing beberapa tas belanjaan yang langsung ditanya oleh Ibunda Nurul. “Rena kamu habis dari mana saja? Pulang sekolah bukannya bantuin Bunda jualan gado-gado malah pergi dengan cowok. Siapa itu cowok?” Bunda Nurul langsung mencecar dengan berbagai pertanyaan. “Oh itu Dito, Bunda, anak semester enam dan mau skripsi. Anak orang berada juga,” kata Renata dengan bangga memamerkan pacar pertama dalam hidupnya yang remaja. “Rena, Bunda bukannya tidak setuju kamu dengan dia, tapi kamu yakin dia cowok baik-baik? Kita hanya keluarga biasa-biasa Rena. Bunda berharap daripada pacaran lebih baik konsentrasi dengan belajar kamu!” Bunda Nurul menasihati putrinya yang malah asyik membuka belanjaannya. “Iya Bunda tenang sajalah, ini tadi Rena belikan sesuatu...” Renata memberikan sebuah bungkusan plastik berlabel Ramayana Prime. Bunda Nurul enggan menerimanya tapi tak urung dibukanya juga bungkusan plastik berwarna putih susu itu, dan ternyata sebuah jilbab model setengah badan berwarna hijau pupus yang memang dia idamkan. Senang rasanya tapi Bunda Nurul tidak mau menerimanya, hati seorang ibu kuat dan mengatakan kalau ini semua hanyalah akal-akalan cowok yang Renata sebut Dito untuk mencuri hati putrinya. “Rena tolong kembalikan ke Dito kalau Bunda tidak bisa menerima pemberiannya, belum saatnya dia memberikan Bunda apa pun demikian juga ke kamu Rena. Tolong kembalikan semua belanjaan ini.” “Tapi Bun... Rena sengaja memilih rok dress ini buat manggung di acara perkawinan Mbak Diana yang mengundang Rena untuk menjadi penyanyi di acara resepsi Mbak Diana dan Mas Pungky,” Renata mempertahankan pembelian Dito. “Yah kamu pakai baju-baju kamu yang ada saja, kalau honor keluar kamu baru beli baju baru untuk persiapan pentas-pentas lain ya Sayang,” Bunda Nurul menasihati putrinya yang tampak sangat kecewa. Perlahan Renata memasukkan lagi semua belanjaannya ke dalam tas plastik susu dan tidak berani mengutak-atiknya lagi. Renata langsung masuk ke kamar dan menangis. Saat bundanya mengetuk pintu kamar menawari makan malam, Renata memilih pura-pura tidur, padahal dia habis saja ditelepon Dito menanyakan keadaannya. “Bunda nggak ngizinin hubungan kita Dit, dan semua belanjaan aku harus dikembalikan ke kamu termasuk kerudung yang buat Bunda. Maafin aku ya Dit... tapi aku sayang sama kamu...” Renata sesekali sesenggukan. Hatinya pedih, cinta pertama yang baru saja dialami harus kandas dengan sikap bundanya yang tidak welcome bahkan menentang. Dari seberang telepon Dito menarik napas panjang, dalam hatinya dia sebenarnya membenarkan kalau Bunda Nurul tidak setuju. Firasat seorang ibu memang selalu tajam. Seperti sekarang Bunda Nurul, ibu dari Renata yang telah membuat hatinya terpesona mungkin penuh keraguan mengingat dirinya memang sebenarnya bukan orang kaya. Dirinya yang hanya keponakan yang diizinkan memakai fasilitas pakdhe kakak dari bapaknya di kampung yang hanya petani biasa. Karena pakdhe tidak punya anak maka dia disuruh ikut untuk menemani pakdhe dan budhe yang rumahnya besar tapi sunyi tanpa kehadiran anak yang didamba. Dito ikut sejak memasuki Sekolah Menengah Pertama dan sampai sekarang kuliah semester enam di Fakultas Ekonomi Manajemen Perusahaan. Sementara dirinya juga sedang ribet urusan kuliah yang seharusnya mengambil skripsi semester tujuh ini, tapi tidak bisa karena ada beberapa mata kuliah wajib yang masih mendapat nilai D dan harus mengulang. Dirinya iri dengan Azka sahabatnya yang otaknya cemerlang tapi sangat cool terhadap cewek. Azka sebenarnya tampan tapi karena sangat pendiam, serius, didukung kacamata yang berbingkai hitam tajam membuat wajahnya semakin dingin saja. Dia seperti Clark Kent, tokoh Superman yang cool. “Rena ya sudah, nggak apa-apa sikap Bunda tidak setuju hubungan kita. Bagiku yang terpenting kamu tetap mau bersamaku. Rena kamu mencintai aku bukan?” Dito memastikan sebuah rasa yang dia titipkan pada Renata. “Aku cinta kamu Dito dan cinta adalah cinta dengan segala konsekuensinya...” Renata berkata yakin. Dito adalah pilihan dan pujaan hatinya.