Cinta Satu Paket

Reads
96
Votes
0
Parts
13
Vote
by Titikoma

Ketika Seadanya

Baru saja seminggu menikah dan tinggal di rumah Renata yang sempit karena pakdhe dan budhe tampak keberatan menerima pasangan muda korban MBA. Dito juga tidak menyangka kalau akan ditolak oleh pakdhe dan budhe karena akibat perbuatan dia. Semua fasilitas ditarik dan kini pakdhe hanya memberi bantuan bulanan untuk urusan kuliah. “Dit kenapa kamu kusut begitu?” Azka yang tengah mencoba membantu skripsi Dito melihat wajah sahabatnya tampak kusut menjadi bertanya. Bagaimanapun Dito suami Renata, gadis yang sebenarnya mengusik hatinya. Tapi melihat Dito menyukainya dan langsung insentif mendekati Renata bahkan tidak disangka hubungannya yang baru setengah tahun telah membuahkan hasil sebelum menikah. Azka sebenarnya sangat menyayangkan hubungan Dito dan Renata yang terlalu gegabah. “Renata baik-baik saja kan Dit?” entah dorongan apa Azka menanyakan keadaan Renata. Masih adakah rasa cinta di dalam hati terdalamnya? Azka tidak bisa berkata, hanya diam dan mencoba bicara jujur. Akhirnya biar hati saja yang jujur dan menyimpan semuanya. “Aku bingung Az kehidupan sehari-hari aku ditopang Bunda Nurul yang hanya berjualan gado-gado, sementara Renata sedang hamil besar dan aku skripsi kok ya ketemu dosen killer gini. Aku iri dengan kamu Az, kamu mapan! Dan sekarang tanpa susah-susah sudah magang di perusahaan keluarga,” Dito panjang lebar menerangkan kesulitan keuangan yang tengah melandanya. Biasa hidup enak saat ditanggung oleh pakdhe dan budhe dan hidup nyaman dengan mobil dan rumah besar. Sekarang hidup di rumah Renata yang hanya ada dua kamar dan sempit oleh barang-barang juga bagian depannya untuk berjualan gado-gado. Jujur inilah namanya cinta tanpa logika yang tengah Dito dan Renata jalani. Tapi penyesalan hanya membuat Dito semakin terpuruk. Bukan hanya Dito yang merasa terpuruk, Renata juga menyesal kenapa dia terlalu berani dalam berperilaku hanya demi cinta hingga  menghalalkan segala cara. Mengira menikah dengan Dito semuanya akan membaik, kehidupan dari segi ekonomi dan semua tidak terlepas dari keinginan untuk mengejar kebahagiaan diri dan bundanya juga. Renata ingin membuat bundanya bahagia bagaimanapun caranya, dan sekarang menyesal karena bunda yang dari awal mengkhawatirkan dirinya malah dilanggar semua larangannya. Tapi seorang ibu walaupun sekesal apapun atas perilaku anaknya, tetap memaafkan dan bahkan sekarang mencoba terus bertahan menghidupi mantu dan calon cucu dari rahim Renata.  Dito pulang dengan wajah kusut, setengah hari telah mencoba mengutakatik skripsi dengan bantuan Azka. Nyatanya malah Azka yang memahami keingian Profesor Darno daripada dirinya. Dito yang jadi kesal sendiri. Untungnya Azka sahabat yang sangat sabar. Azka paham bukannya Dito tidak bisa memahami skripsi, tapi Azka tahu kalau Dito memang lagi banyak pikiran jadi susah berkonsentrasi. Dito pulang dari kantor Azka di bilangan Bursa Efek Jakarta dengan bus jurusan Cilengsui menuju rumah Renata di daerah Jonggol. Sampai rumah pukul 20.00 dan yang membukakan pintu ibu mertuanya, yang memilih diam dan meneruskan menjahit sebuah kerudung yang tampaknya sobek. “Sudah makan Dit? Itu Ibu ada sisa telur dadar tadi makan bareng Renata,” kata Bu Nurul sambil tetap menjahit. “Sudah Bu, tadi ditraktir Azka,” Dito ngeloyor masuk ke kamar. Renata sedang menata baju bayi di almari yang Renata beli dari tabungan sisa-sisanya. “Ngapain sih sudah malam masih saja ngelipat-ngelipat baju bayi, mending istirahat,” kata Dito ketus. Ini sudah keberapa kali Dito bersikap menyebalkan pada Renata dan Renata paham semua disebabkan kondisi dia yang menikah dengannya jadi tersingkir dari keluarga pakdhe yang kaya raya. Dito sepertinya tidak bisa terima keadaannya. “Dit kamu pikir hanya kamu yang menyesal dengan pernikahan ini, aku juga!” Renata balik menjawab ketus. “Cukup Rena!” Dito menjulurkan tangan kanan dengan jari telunjuk di muka Renata. Membuat Renata juga panas. Dengan kasar Renata menampik telunjuk yang ditujukan di depan matanya. “Kamu pikir aku nggak nyesal! Menikah dengan kamu aku berharap bisa mengangkat perekonomian aku dan bunda, ternyata salah besar! Malah bunda yang aku janjikan kebahagiaan harus bekerja lebih keras menghidupi kita dan calon anak kita!” “Oh bagus! Menyesal! Sangat tidak pantas kamu sebutkan untuk aku! Aku akan buktiin kalau aku bisa buat kamu bahagia! Dasar cewek matre! Ternyata materi yang buat kamu mau menerima aku! Bukan karena cinta!” Dito membalas teriakan Renata. Dan setiap malam Bunda Nurul hanya bisa mendengar putri dan mantunya meributkan hal yang seharusnya tidak perlu lagi disesali.  Bukannya mau menutup mata saat Dito juga sesekali menggertak-gertak sambil memukul meja agar Renata diam. Bunda Nurul bingung harus bagaimana, dia sebagai ibu hanya ingin membantu dengan caranya agar bisa bertahan hidup. “Braak!” “Bisa diam nggak sih kamu!” suara hardikan Dito di suatu malam. Bunda Nurul tidak bisa diam, dia bergegas menuju kamar dan mengetuk pintu sambil memanggil nama Renata dan Dito bergantian. “Rena! Dito! Buka pintunya...” Keduanya di dalam kamar diam membisu, hanya Renata yang terisak karena sebuah tamparan baru saja melayang di wajahnya. Sementara satu-satunya almari yang baru Renata beli dan di situ baju-baju bayi yang tertata rapih sekarang patah karena tendangan kaki dan pukulan tangan Dito. Dito membuka pintu kamar dan menundukkan kepala saat Bunda Nurul menatapnya tajam, sungguh hatinya tidak terima Renata diperlakukan sangat kasar. Bunda Nurul hanya bisa berkata, “Kamu!” Lalu menuntun Renata untuk tidur di kamarnya saja. Kali ini Renata baru sadar-sesadarnya kalau dulu ibundanya melarang pasti karena feeling seorang ibu yang tahu kalau lelaki yang dicintainya tidak lebih dari pecundang.  Semakin mendekati kelahiran, Dito semakin tidak karu-karuan. Bahkan dia mulai berkenalan dengan teman-teman preman di lingkungannya dan suka pulang dengan bau minuman keras. Bahkan beberapa kali mencuri uang warung dan uang simpanan Rena yang akhirnya Renata tahu biang pencurinya Dito, suaminya sendiri. Renata marah karena uang warung itu uang berputar milik bunda untuk membelanjakan bahan-bahan jualan gado-gadonya. Tampaknya Dito semakin tidak peduli, apalagi sekarang sudah mengenal dunia judi yang membuat Renata kehilangan perhiasannya satu per satu. Sungguh Dito tidak lebih siap menerima kondisi semuanya ketika hidup seadanya.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices