
by Titikoma

Lingkaran Setan
“Halo Jovan?” “Hai Renata, pasti kamu! Aku baik dan hmmm sorry ni masih ada istriku. Kita lagi jalan-jalan di Eropa, nanti kapan-kapan aku hubungi kamu ya. Bye Renata!” “Sialan! Lelaki beristri juga!” Rutuk Renata. Tapi Renata tersenyum sinis, “Nggak apalah untuk alat membalas dendam kelakuan si Rama, dia pikir aku akan bisa setia seperti kemarin? cuih go to hell ajalah!” Renata mengendarai Mazda Zoom Zoom hijau metaliknya kembali ke rumah dan memilih menghabiskan hari-hari di rumahnya sekarang yang besar dan tertata rapi. Ternyata sejak kejadian perselingkuhan Rama dengan wanita panggilan terakhir membuat Rama semakin royal. “Baguslah! Kalau dia menebus kesalahan dengan semakin banyak mentransfer uang buatku,” Renata mengecek rekening pribadinya lewat E-banking dan tersenyum puas. “Ingat, permainan belum dimulai, semakin banyak kamu berselingkuh dan semakin merasa bersalah! Itu adalah keuntungan buatku! Aku sudah tidak ada lagi cinta, yang ada hanyalah memindahkan uangmu ke rekeningku!” Renata sangat mendendam. Tiga bulan dari perselingkuhan Rama, Renata berusaha jalan seperti biasa, hanya saja semakin agresif untuk meminta ini itu. Rama tidak bisa menolak permintaan Renata, apalagi setiap saat Renata mengingatkan rasa sakit hatinya. Renata menertawakan Mas Rama yang berpura-pura juga setia, padahal Rona sudah berpihak pada dirinya. Jadi setiap saat Mas Rama tengah bersama wanita lain, Renata tahu kalau memang dia tengah mengulangi dan mengulangi perbuatannya. Rona adalah informan yang sangat jujur. Kesempatan ini akan Renata gunakan untuk mengeruk harta atau tiba-tiba dia minta putus. Anehnya Mas Rama tidak pernah mau putus dengannya. Dan hari ini Jovan mengajaknya ketemuan di Rainbow cafe. Renata tidak lagi canggung untuk hal-hal bertemu dengan pria baru. Bahkan ngobrol dengan Jovan langsung bisa nyambung. Jovan pria yang menarik, wajahnya yang indo karena ada darah Jerman terlihat menawan dengan deretan gigi putihnya. Selalu bertemu dengan pria yang sedang bermasalah dengan pasangannya. Demikian Jovan ternyata juga ribut dengan istrinya yang terlalu pencemburu dan menuntut agar dia sukses dalam karier dan penghasilan. “Maklumlah istriku berasal dari keluarga yang kaya raya dan terbiasa hidup enak jadi dia juga menuntut aku bisa seperti orang tua dia. Dan ini membuat aku stres! Tapi sudahlah kita berkenalan untuk berbincang yang asyik-asyik saja. Dan tanpa terasa dua jam mereka mengobrol berbagai hal, Jovan ingin sekali melihat penampilan Renata saat menyanyi. “Nanti kamu datang ya, aku tampil di acara ulang tahun launching produk kecantikan di Hotel Five Star. Tenang aku kasih undangan pribadi, nanti aku minta satu ke Event Organizer-nya.” “Wow keren, baiklah besok-besok kita ngobrol lagi ya...” Pertemuan awal yang mengesankan, berpisah dengan masuk ke mobil pribadi dan berjanji waktu dekat akan ketemuan. Ternyata Jovan lebih agresif, baru satu jam berpisah sudah menelepon, Renata sampai panas kupingnya tapi tak apalah Jovan ternyata lucu dan unik, sepertinya tidak ada unsur mengarah ke hal negatif, hanya suka ngobrol saja. Entah kenapa pada Jovan juga tidak ada niatan untuk mencari tahu harta kekayaan yang dia miliki. Jovan seperti teman saja, tidak beda dengan Rona, asisten Rama yang berkhianat terhadap bosnya sendiri dengan membeberkan setiap Rama tengah asyik masuk dengan cewek-cewek nggak jelas. Rona kasihan saja dengan Renata maka dia menginformasikan segala perselingkuhan yang setiap Rama lakukan demi persahabatan. Renata berjanji tidak akan membocorkan terhadap Rama karena dia sudah bicara dengan Rona kalau hubungan dia dan Rama hanya hubungan formalitas saja. Sejujurnya Renata ingin melepaskan semuanya, tetapi menunggu saat yang tepat. Hatinya tidak mungkin bisa kembali pada Rama. Dan satu lagi, jelas Rama bukan lelaki yang setia. Jovan tidak sabar menunggu dua minggu lagi untuk menonton penampilan Renata di acara ulang tahun sebuah brand kosmetik. Brand kosmetik Mentari yang tengah launching beberapa produk kecantikan mengundang Renata sebagai salah satu penyanyinya. Hingar bingar musik di sebuah hall hotel berbintang lima. Renata tampil dengan gaun seksi setengah terbuka, banyak yang terpesona. Jovan yang duduk di salah satu lingkaran meja guest tampak terpana dan semua tepuk tangan diberikan setelah selesai menyanyikan lagu The Bodyguard-nya Whitney Houston. Tamu yang terdiri dari para dealer sangat puas dengan penampilan Renata, meskipun bukan bintang utama tapi penampilannya cukup memukau. “Well… well kamu tadi bagus banget nyanyinya Rena. Kereeen!” Jovan tanpa berusaha menutupi kekagumannya terhadap penampilan Renata yang memukau. “Terima kasih, menurut kamu aku bisa nggak jadi artis? Aku ingin berkarier serius di bidang nyanyi.” “Go on! Kamu pasti bisa Rena! Kamu tidak kalah dengan… siapa tadi yang jadi bintang utama?” Jovan menatap lekat Renata yang tersipu malu. “Serius?” “Dua rius!” Jovan menunjukan angka dua membentuk huruf V. Suara tawa berderai, mereka sudah tidak di acara launching lagi tapi sudah menyingkir ke kedai kopi dan Jovan menikmati kebersamaan dengan Renata. Sepertinya ngobrol dengan cewek cantik di depannya yang menatap dia utuh dan mendengarkan dengan seksama menghargai dirinya, Jovan teringat istrinya yang sibuk dengan laptop dan pekerjaannya. Mereka tidak ada waktu seperti sekarang dia lakukan dengan Renata. Renata juga asyik-asyik saja terbuka dengan Jovan. Sebuah hubungan yang lebih ke persahabatan tanpa seks dan tanpa unsur macam-macam. Murni persahabatan, sama-sama orang yang membutuhkan sahabat berbicara. Rama juga tetap sangat sibuk dengan bisnis, seminar, dan perselingkuhan yang selalu Renata tahu dari Rona. Renata sudah tidak peduli, yang terpenting hanyalah uang Rama yang terus mengalir deras tanpa dia harus capek-capek melayani. Sesekali saja kalau Rama tiba-tiba sangat perlu, Rena akan datang ke apartemen yang membuat dia meradang ingat kalau ranjang tempat biasa bercinta adalah ranjang berbagi-bagi dengan wanita yang Renata tidak kenal. Peduli setan! Yang penting sekarang dia memiliki sahabat murni dan sekali lagi Renata tegaskan hubungan sehat, walau Renata tahu kalau Rama tahu pasti akan marah besar. Renata tahu kemauan Rama, hanya dialah satu-satunya tempat berbagi nantinya. Tapi bagaimana mungkin itu bisa. Rama terlalu sibuk dengan diri dan dunianya. Jovan dan Renata sama-sama pelarian yang hanya berbincang sembari ngopi di tengah kota dengan angin semilir, saling memuji dan menceritakan aktivitas juga rencana-rencana ke depan. Tidak ada dendam membara untuk membuat Jovan seperti Rama yang mentransfer uangnya ke rekening dia. *** 76 74 Tanpa terasa tiga bulan kerap jalan bersama Jovan membuat hidup lebih berwarna, teman tapi mesra. Tanpa seks dan tidak ada unsur memeras yang seperti lalu-lalu Renata lakukan terhadap Pak Fadlan dan Mas Rama yang sampai detik ini masih jadi ladang uangnya. Suatu hari sepasang mata Rama menatap tajam Renata yang tengah menyeruput kopi espresso-nya dengan tertawa riang bersama seorang cowok tampan berwajah indo. Rasa cemburu dan tertipu menyelimuti Rama. “Pantesan Renata tidak lagi pernah menghubungi dirinya dan juga tidak menuntut banyak, ternyata dia selingkuh juga. Cewek sialan!” Rama memaki Renata dalam hati. “Aku akan selidiki siapa pria yang lagi bersama Renata, awas kamu wanita licik!” Dan dendam berbalas menghantui Renata. Rama tidak main-main dalam mencari tahu siapa Jovan. Dari status dan pekerjaan semua Rama cari tahu, dan itu semua bukan hal sulit buatnya. Dan jebakan pun dibuat. Hingga suatu malam Jovan dan Renata tengah menikmati makan malam yang romantis. Tiba-tiba seorang gadis tinggi semampai dengan langkah bak peragawati mendekati sejoli yang bersahabat tapi kasmaran itu. Lampu remang yang sempat membuat Renata agak kaget untuk memastikan apakah benar wanita yang ada di hadapannya adalah Nadine, sahabat SMU-nya. Tapi terlambat wanita tinggi semampai itu langsung menjambak rambut Renata dan memakinya. ”Dasar wanita penggoda! Ini suami orang tahu... ya ampun… Renata!” Nadine terbelalak tidak percaya kalau wanita yang tengah dia maki adalah Renata, sahabatnya waktu di SMU. “Aduh sakit! Nadine!” jerit Renata. “Renata ternyata kamu! Wanita ketiga di pernikahan aku dan Jovan! Teganya kamu! Kamu lupa siapa yang menolong kamu saat melahirkan!” Nadine mengomel tanpa henti. “Plak! Plak!” Dua tamparan perih terasa panas di wajah Renata. Tapi tidak lebih panas, perih, dan malu di depan umum dicaci maki. Jovan langsung ditarik Nadine tanpa bisa melakukan pembelaan apapun, dan Renata juga bergegas masuk ke dalam mobilnya. Air matanya tak berhenti mengalir, seperti lingkaran setan yang menyelimuti. Berkelabatan kenangan masa-masa SMU saat Nadine dan Cika yang memacu dirinya untuk bisa kaya dan merasakan hidup mewah seperti dua sahabatnya. Mereka yang memberikan fasilitas dengan meminjamkan baju, kosmetik, mentraktir, dan bahkan Cika merelakan Dito untuk menjadi pacarnya, padahal dia menaksir Dito. Dan Nadine, dialah yang telah berjasa membayar biaya lahiran caesar saat melahirkan Nathan empat tahun lalu. Kepala Renata berdenyut, ternyata Jovan adalah suami Nadine. Bodohnya dirinya sudah tiga bulan bersahabat tapi tidak pernah ingin tahu siapa istri Jovan. Dirinya hanya terfokus mendengarkan hubungan mereka yang tidak seromantis dulu saja. Nadine kapan menikah? Kenapa dia tidak diundang? Renata menepuk jidat, ingat kalau Jovan dan Renata menikah dua tahun lalu dan dirinya sudah pindah ke rumah baru waktu itu. Mungkin saja undangan dikirim ke rumah lama yang sekarang dikontrakkan ke orang. Kepala Renata semakin berdenyut, dia merasa bersalah menjadi wanita ketiga dalam kehidupan sahabatnya yang telah banyak menolong terutama saat persalinan. “Aku harus meminta maaf pada Nadine dan menjelaskan kalau hubungan aku dan Jovan tidak lebih dari persahabatan,” Renata membulatkan tekad.