curhatan kacung kampret
Curhatan Kacung Kampret

Curhatan Kacung Kampret

Reads
80
Votes
0
Parts
11
Vote
by Titikoma

Harapan Saat Sekolah

Tahun 1994 Saat Cemplon Mulya Mulai Jadi Mahasiswa Sekolah dan pekerjaan dalam hidupku dua hal yang tidak bisa membuat aku menjadi sosok santai seperti yang aku sebutkan di atas. Aku selalu bersikap serius untuk masalah sekolah dan nantinya akan lari pada masalah pekerjaan. Kalau sudah bicara sekolah jantungku berdetak lebih keras. Aku paling takut mendapat nilai jelek di rapor akhir tahun sekolah. Makanya dari SD aku selalu belajar serius walau tetap saja tidak bisa lima besar tapi posisi di tengah atau sedang dan paling bagus sepuluh besar itu sudah membuat aku tenang. Jelas aku bukan orang pintar walau dicerita awal selalu jadi panutan setiap diktat kuliahku! Sama sekali tidak! karena aku merasa otakku pas-pasan apalagi hasil test IQ aku hanya 95 berarti rata-rata saja, kalau bukan aku yang harus rajin dalam mengikuti pelajaran sudah pasti aku akan duduk di ranking terakhir dari Sekolah Dasar dan ini sama saja ‘kiamat besar’ sebelum kiamat yang sesungguhnya terjadi buat aku. Aku akan membuat ayah ibuku malu dan merasa sedih melahirkan aku sebagai anak yang bodoh. Aku juga paham pada akhirnya kalau bukan IQ yang menentukan aku bertahan di sepuluh besar tapi karena aku rajin masuk sekolah, belajar tekun dan lebih banyak meluangkan waktu untuk berkutat dengan bukubuku dibandingkan bermain. Aku sadar otakku tidak secerdas Dini yang tidak harus butuh waktu dua jam untuk memahami matematika yang susah banget! Untuk dapat nilai sembilan. Sementara aku yang dua jam belajar keras harus cukup bersyukur dapat nilai tujuh. Aku sudah senang banget itu nilai standar jadi enggak bagus amat dan juga enggak jelek amat! Aku sudah senang di posisi aman! Yes I am is safety player! Dari SD sampai kuliah aku selalu berharap bisa diposisi aman! Kalau aku harus diposisi sepuluh besar! Kalaupun mundur tidak di belakang setidaknya masih di tengah. Kuliah lebih pada ketekunan, makanya aku kuliah yang memasang IPK minimal 3,00 karena dianggap posisi teraman! Untuk mencari pekerjaan, untuk pamer dan untuk membuktikan pada orang tua kalau aku di kota rantau sungguh-sungguh belajar. Itulah aku nggak bisa santai dalam masalah sekolahan dan nilai-nilainya! Maka saat teman-teman kostan memilih membolos mata kuliah Pengantar Akutansi Dua aku memilih kuliah karena aku ngerasa mata kuliah ini susah banget! Pokoknya aku nggak mau ada nilai C bertengger di transkrip IPK ku. Semua minimal harus bernilai B, ya aku sungguh konsentrasi untuk masalah nilai-nilai dan kuliah bukan main-main tapi salah satu fase jalan yang aku harus tempuh serius untuk nantinya mendapat pekerjaan yang baik. Dan B adalah nilai teraman! Harapan saat sekolah dengan nilai-nilai yang maksimal aku raih, nantinya akan dapat bekerja pada perusahaan bonafide dengan gaji besar dan jenjang karir yang bagus. Syukur ada kesempatan sekolah lebih tinggi lagi.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices