curhatan kacung kampret
Curhatan Kacung Kampret

Curhatan Kacung Kampret

Reads
87
Votes
0
Parts
11
Vote
by Titikoma

Dari Sekertaris Menuju Sales

Bandung Awal Tahun 2000, here I am! Menjadi Sekretaris di perusahaan farmasi multinasional Rise bertemu dengan bos yang perfectionist, ternyata pak Budi adalah Regional Sales Manager sementara bosku langsung adalah pak Sam yang ditengah kecerewetannya aku yang merasa sudah maksimal mengerjakan tugas sebegai Sekretaris tampak menjadi manusia sangat bodoh. Dia sangat pintar dan selalu meminta sempurna dalam setiap laporan secara microsof words maupun excel, secara kemampuan excel aku terbatas. Aku tidak pernah belajar mendalam tentang excel dan ini jadi kelemahan aku. Mulai pak Sam banyak mengajari aku, walau jujur aku sebal karena kerjaanku dianggap nggak ada sempurnanya tapi aku bertahan. Pak Sam sangat jago dalam excel tapi dia nggak sabaran dalam mengajari dan terlalu cepat yang ada malah aku pusing. Aku, Cemplon Mulya, tak ada istilah menyerah, aku ikuti ritme kerja beliau. Aku selalu berangkat lebih pagi, membersihkan mejanya dan menyiapkan minuman dari teh atau kopi dan air putih di gelas besarnya, menyiapkan laporan pagi yang dimulai dari omset para Sales per hari itu, melihat jadwal meeting untuk diingatkan dan memfoto kopi arsip-arsip apa yang diperintahkan sehari sebelumnya. Pokoknya aku harus bisa menunjukkan kinerja aku maksimal, yah semakin kemari aku semakin bisa mengikuti ritme beliau yang maunya serba cepat dan kelar. Aku kerap pulang malam untuk menyelesaikan segala urusan administrasi dan juga kalau ada acara-acara kantor seputar dealer gathering menjadi panitia utama. Tak terasa sudah tujuh bulan menjadi Sekertaris dengan berbagai seluk beluknya. Aku selalu menikmati pekerjaanku walau jabatan keren Sekertaris tapi tetap saja kerjaan yang dilakukan mbok Manisa pembantu mama di kampung aku kerjain juga. Seperti mendadak ada tamu Si Bos ternyata OB alias Office Boy lagi gak ada maka aku yang harus buat teh atau kopi, foto kopi bukan urusan kantor tapi urusan hal pribadi terkadang juga harus aku kerjakan, terima barang untuk Si Bos, ambilin uang bos ehem aku jadi tahu uang dia di ATM, urus  penginapan kalau pergi ke luar kota dan kerjaan printilan lainnya nggak hanya kerja ngadep komputer utak-atik excel dan buat surat-surat juga proposal. Sekretaris hebat dengan multi task! Aku dapat pengalaman di sini. Hingga suatu hari tanpa sengaja dikasih Allah jalan lain. Tiba-tiba dikasih kesempatan bisa ngobrol dengan pak Budi Regional Sales Manager Area Bandung Dan Semarang yang diawal memang meng-hire aku untuk mejadi Sekretaris. Beliau butuh Sales untuk area Cirebon yang dianggapnya Grey Area (Area abu-abu) karena banyak distributor obat yang berasal dari area Jakarta yang bukan masuk area tanggung jawab pak Budi masuk kemari, juga dari Semarang sendiri ada distributor besar Semarang yang masuk ke wilayah Cirebon. Secara Cirebon adalah wilayah kekuasaan maksudnya tanggung jawab pak Sam. Dalam hal ini pak Sam merasa kecolongan karena lokasi kekuasaan bisnisnya dimasuki wilayah lain dan akibatnya omset yang harusnya masuk cabang Bandung diambil oleh cabang Semarang yang punya Area Sales Manager sendiri. Tentu saja sesama Area Sales Manager juga saling bersaing untuk bisa mencapai target. Lebih jelasnya walau untuk Semarang masuk omset pak Budi, tapi tidak masuk ke pak Sam. Makanya pak Sam kerap komplain karena ada Area Sales Managernya sendiri untuk area Semarang, ini dianggap memakan jatah area Bandung kalau distributor Semarang masuk ke Cirebon yang merupakan area Bandung dalam pembagian wilayah. Nah pak Budi melihat dari farmasi lain juga sudah ada perwakilan Sales lebih dari satu makanya dia akan menugaskan orang dari Bandung untuk menjadi Sales memegang area Cirebon. Entah kenapa pak Budi memberi banyak masukan padaku untuk mencoba menjadi seorang Sales! Karena sebenarnya awal beliau meng-hire aku lebih cocok jadi Sales, karena memang kerjaan aku selama kuliah adalah Sales. Dari Sales handphone, di Kopma juga jaga toko, Sales Counter produk DogCat yang tidak hanya kaos tapi ada juga tas, topi, stiker, gantungan kunci, slayer dan lain sebagainya maka menganggap aku paling cocok jadi Sales. Aku sendiri mulai jenuh jadi ‘Kacung Kampret’ istilah bawahan yang selalu disuruh-suruh. Tapi memang itulah adanya aku harus multi task! Istilah Kacung Kampret mengikuti teman-teman Sales yang selalu mengeluh untuk bisa masuk target! Tanpa ada support dari atasan. Seperti misalnya atasan meminta sebuah outlet untuk order banyak obat mereka tapi tanpa dikasih kompensasi tambahan. Mulai deh para Sales berkata,”Yah gini deh nasib Kacung Kampret! Harus bisa memenuhi kemauan bos pakai atau tidak adanya ‘senjata’!” Maksud senjata di dunia Sales adalah tambahan bonus, baik bonus terang-terangan atau black bonus. Black bonus tambahan bonus lagi di luar bonus regular karena berani mengambil barang kita lebih banyak lagi. Aku terbiasa deh dengan sebutan sebagai Kacung Kampret, kalau aku pun jadi Sales tetap saja Kacung Kampret! Tapi bedanya aku nggak perlu berhadap-hadapan langsung terus dengan bosku. Jadi Sekretaris dari pukul 08.00-17.00 kalau bos lagi enggan keluar kantor yaah aku bagai manusia terjajah! Ha ha ha jujur saja walau berusaha menikmati kerjaan tapi kalau bosku orangnya apa-apa maunya sempurna bahkan setiap kerjaanku nggak dianggap sempurna! Kadang dia milih kerjain sendiri soalnya nggak sabar nungguin aku yang butuh waktu belajar. Kalau sudah sampai dia yang mengerjakan sendiri, jujur aku serba salah. Sejujurnya merasa bersalah kenapa aku tidak bisa kerja sesuai harapannya, tapi di sisi lain kenapa dia tidak mau sabar mengajari aku dan memilih mengerjakan sendiri juga membuat aku dongkol. Belum apa-apa dia suka menganggap aku pasti tidak bisa mengerjakan kerjaan excel yang sesuai keinginan dirinya. Makanya terserah kamu sajalah pak bos! Pilihan menjadi Sales! Seperti sebuah pintu untuk aku melarikan diri dari pekerjaan yang aku mulai nggak nyaman! Asli gak nyaman dengan pekerjaan yang selalu dianggap tidak pernah sempurna. Padahal aku sudah berusaha sesempurna mungkin. Tawaran pak Budi tidak aku lepas, aku berpikir matang-matang karena aku akan meninggalkan Bandung dan menuju Cirebon. Bandung yang sejuk dan Cirebon yang sangat panas.  Hai... Kota Udang, July 2000 Well! Tanpa menunggu waktu lama aku langsung hand over dua minggu dan penugasan tugas baru menjadi Sales di kota udang. Cirebon yang panas dan asing. Untung aku ada saudara di Cirebon yang punya rumah tapi tidak ditempati. Aku diizinkan untuk menempati sekaligus jadi kostan, aku bertugas jadi ibu kost sekalian. Tak ada yang gratis meskipun di rumah saudara. Jarak rumah ke kantor kurang lebih tiga km dan aku tempuh dengan motor yang aku bawa dari Bandung ke Cirebon untuk operasional sehari-hari. ‘Piwie’ nama motorku selalu menemaniku kemana-mana dari satu outlet ke outlet lain di kota Cirebon. Aku merasa merdeka! Karena jadi Sales mengatur waktu sendiri yang terpenting target masuk setiap akhir bulan! Kinerja Sales dilihat masuk dan tidak masuknya omset yang sudah jadi targetnya. Cirebon bukan medan yang mudah ditaklukan, ternyata sebelumnya sudah ada Sales tapi merasa tidak diperhatikan mengakibatkan kinerjanya sangat turun bahkan memang berencana mengundurkan diri. Jadi ada peralihan kerjaan antara aku dengan Salesman Wed yang merasa tidak sanggup memegang area Cirebon sendiri. Bahkan Wed dapat kerjaan lain di distributor obat juga yang menjaminnya lebih bagus. Aku dan Wed diskusi panjang lebar,”Plon! Kamu benar-benar sudah siap jadi kacung kampret! Bukannya enak jadi Sekretaris ... nggak perlu panasan loh muter-muter ke toko-toko cari omset, belum lagi nanti dimarahmarahi kalau ada produk yang expired belum kamu tukerin dengan yang baru, belum lagi permintaan mereka tambahan black bonus yang suka buat kepala pusing dan aah kompleks deh jadi Sales! Aku aja cowok nggak sanggup pegang area seluas ini dengan banyak produk sendirian! Plon kamu cewek, aku sih nggak yakin kamu bisa! Apalagi back ground kamu orang kantoran! Tapi coba aja! Sebelum aku keluar kamu bisa tanyakan apapun padaku.” Aku bersyukur Wed masih sangat baik mau berbagi kondisi area yang aku pegang. Sebuah area yang berat! Dengan luas area meliputi area Kuningan, Indramayu dan Kertasmaya tiga dearah ini yang disebut para  Sales keluar Cirebon di sebut area up country. Di sinilah aku sekarang dengan modal nekad dari Sekertaris yang biasa dengan kantor AC sejuk sekarang aku mulai dengan dunia baru kelilingkeliling ke toko obat, apotik, supermarket bahkan kadang masuk ke pasarpasar becek karena di dalamnya grosir-grosir obat beroperasi. Aku harus rela kulitku mulai menghitam dengan sengatan matahari kota udang yang kejam dan hembusan angin panas menerpa tubuhku yang kurus naik motor berkeliling melakukan visit ke outlet-outlet. Sales adalah sebuah pekerjaan yang berat, tidak sekedar keliling-keliling lapangan tapi kita dibebani sebuah target yang nantinya akhir bulan akan tercipta sebuah omset! Kinerja kita diperhitungkan dengan pencapaian omset yang achieved atau tidak. Enaknya hanya lebih fleksibel dalam pengaturan waktu kerja, sewaktu jadi Sekretaris aku nggak mungkin bisa slanang-slonong pergi ke luar kantor untuk sekedar refreshing sejenak. Tapi di Sales dan kerja di lapangan entah cuma jalan-jalan saja atau ngobrolngobrol bahkan kongkow-kongkow tetap namanya KERJA! Apapun itu bisa saja disebut kerja, contohnya nih ... Aku pernah ke toko grosir obat yang masuk pareto outlet dan Si Enci yang pegang bagian pembelian ampun deh galaknya bukan main. Aku demi melunakkan hati Si Enci aku bersedia menjadi pendengar curhatan pribadi. Bahkan Si Enci percaya aku gak akan bakalan ember. Padahal aku masih ada tanggung jawab untuk berkunjung tiga outlet lagi. Ya aku ditarget sehari tujuh outlet dikunjungi. Dan ternyata menjadi Sales aku jadi harus belajar banyak basa-basi juga loh! Mengetahui karakter key person yang bakalan menolong mendobrak omset kita. Istilahnya hidup mati Sales tergantung pada beberapa orang yang menjadi kunci pembelian produk kita. Kalau kita nggak bisa dekat dengan mereka mampuslah kita, mereka tidak akan mau mengorder produk yang kita pegang untuk dijual dan distok di toko mereka. Padahal mereka ini adalah toko obat yang sangat laris dan paling banyak langganan juga paling berani buffer stok istilah ringannya berani menyetok banyak tapi tetap dengan discount special dari aku sebagai Sales.  Bicara discount gede buat para grosir aku harus mendapatkan persetujuan dulu dari atasan aku akan memberi tambahan diskon berapa persen atas pengambilan tertentu juga. Nah makanya jangan heran kalau kita belanja di grosiran akan dapat harga juga lebih miring daripada kita belanja di toko yang biasa saja. Makanya yang namanya grosir biasanya mereka memang dalam manajemen mempunyai armada yang lebih kuat dari karyawan, modal dan tentu saja segi keuangan. Para grosir toko obat ini pasti sudah punya pelanggan retail yang banyak jadi berani membeli dari sales stok yang banyak dan semakin meminta diskon yang besar. Cengli! Istilahnya artinya sama-sama saling menguntungkan he he he. Sales happy dapat orderan besar omset kecapai target dan grosir juga bisa bersaing dan dapat untung lebih besar karena semakin banyak retail yang ambil ke mereka.  Aku mulai belajar mengatur kerja baruku, berangkat pagi sebelum pukul 07.30 sudah sampai ke kantor distributor, aku sendiri bersama beberapa farmasi lain sering disebut sebagai prinsipal. Mulai beradaptasi dengan lingkungan baru dengan berbagai macam karakter Sales yang rata-rata pintar bicara, sementara aku sih tetap pegang prinsip sedikit bicara banyak bekerja (he he he maaf soalnya memang aku nggak bisa terlalu banyak bicara, lain kalau dengan bicaranya di tulisan masih lebih bisa). Sesama Sales saling curhat akan kondisi pasar farmasi yang sepilah tapi target tetap saja bahkan naik tiap bulannya. Semakin kita bisa mencapai target perusahaan maka yang ada semakin tinggi target bulan berikutnya dibebankan sementara nih ... terkadang insentif mah nggak naik juga kecuali kalau bos lagi berbaik hati ada kebijakan. Sungguh! Aku ngeri dengan terjun bebasku dari Sekretaris menjadi Sales banyak yang meremehkan kemampuan aku karena tidak pengalaman dengan dunia lapangan yang sebenarnya. Memang dulu aku Sales tapi target tidak terlalu ketat dan tidak menuntut aku keliling-keliling dari toko satu ke toko lain dan melakukan deal merketing. Dulu hanya di toko dan merayu pembeli yang berkunjung ke toko agar membeli handhpone atau kaos produk DogCat. Aku sendiri sempat ciut nyali dengan target yang ditetapkan di minggu pertama, baru saja jadi Sales baru target langsung 100 juta untuk penjualan obat-obat farmasi OTC (Over The Counter yang aku pegang). Berdua sih sama Wed komposisinya Wed 70 juta dan aku 30 juta. Kata Wed,”Plon welcome to the jungle...” Wed! Sales senior yang kalem tapi pada akhirnya berontak dibalik ketenangannya karena itu dia memilih mengundurkan diri dan akan bekerja pada perusahaan kompetitor sekarang tersenyum misteri dan membuat aku merinding. Aduh gara-gara aku kesal dengan bosku yang tidak menghargai kerjaku sebagai Sekretaris aku nekad malah terjun bebas ke dunia Sales! Tapi kalau aku menyerah namanya aku pecundang! Kalah sebelum berperang! Pak Sam akan menertawakan aku sebagai orang yang memang gak becus  kerja baik jadi Sekretaris ataupun jadi Sales Girl! Aku bertekad untuk berperang dan melawan ketidakmungkinan, pasti bisa! Aku harus pelajari pola dan history yang ada. Kalau perlu aku akan protes bila target yang diberikan padaku tidak rasional. Dan untuk itu aku perlu data-data sebelumnya, aha aku tahu pasti Wed punya sejarah omset total di sini dan bisa aku break down untuk tiap produk share-nya karena aku target tidak hanya target global tapi target juga dari tiap produk yang aku pegang. “Wed nanti aku dibagi ya data omset selama hampir lima tahun kamu pegang area Cirebon,” pintaku. “Iya bisa diatur, semua ada kok! Sebelum aku cabut aku kasih semua ke kamu dan aku juga akan kenalin kamu sama kunci-kunci pembelian biar mereka nggak kaget saat kamu datang. Tapi siap-siap saja ya bakalan banyak komplain karena jujur aku nggak seratus persen meng-handle area Cirebon dengan maksimal maklumlah aku juga sudah berkeluarga jadi tentu saja aku punya urusan lain yang juga bisa jadi sampingan. Kali saja kamu yang masih single bisa menangani pertempuran di kota udang yang sering jadi sarang buangan produk dari mana-mana.” “Hemmm iya Wed, aku mulai paham perjuangan kamu berat sekali yah ... seharusnya kamu jangan mengundurkan diri dong Wed, kita sama-sama berjuang untuk membesarkan omset di sini. Toh kita bisa bagi channel bukan?” Aku mencoba membujuk Wed. “Iya tenang sebulan-dua bulan ini kita masih bisa bersama, kontrak kerja baruku juga baru dua bulan lagi kok. Iya benar kita memang sebenarnya bisa bagi channel seperti kata pak Sam aku tetap pegang grosir, retail dan toko obat sementara kamu Plon pegang modern channel. Modern channel yang gak kegarap sama sekali. Jujur aku males banget deh berurusan dengan modern channel banyak maunya!” Aku mengangguk-angguk setuju. “Oh Plon masalah rencana aku pindah kerja, cuma kamu yang tahu aku harap kamu jangan bocorin yah!” Wed ternyata belum berbicara dengan bos kita. “Iya Wed aku paham.” Kataku setuju dan janji tidak buka mulut. Tak urung  sedih juga aku harus berjuang sendirian karena Wed memilih perusahaan distributor sekaligus membawa produk-produk kompetitor perusahaan Rise. Jadi di lapangan pasti aku bisa ketemu dengan Wed tapi sebagai kompetitor produknya, tapi semoga meskipun kompetitor kita tetap bersahabat. Ini adalah masalah profesional kerja akan tetapi persahabatan adalah yang terpenting. Produk boleh bersaing dan kita sebagai Salesnya bersaing secara positif dan tetap bersahabat.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices