curhatan kacung kampret
Curhatan Kacung Kampret

Curhatan Kacung Kampret

Reads
84
Votes
0
Parts
11
Vote
by Titikoma

Hubungan Baik

Bulan Sepetember minggu ketiga hari Kamis pak Sam datang juga. Aku dan Wed menjemput di stasiun Parujakan lalu naik mobil sewaan mengantar untuk check in hotel dan makan siang. Tanpa banyak basa-basi langsung mengajak keliling satu persatu grosir toko obat yang sudah aku rancang secara sederhana. Pertama pastinya toko obat Sehat Segar, enci Joan aku kabarin dulu sebelumnya agar tidak kaget dan tampak senang. Besoknya aku langsung giring pak Sam kesana dan benar tebakan aku enci Joan langsung pasang wajah teramahnya. Duuuh beda banget kalau aku atau Wed yang kunjungan reguler kadang nggak dianggap banget. Padahal niat kita kunjungan regular padahal baik, aku akan hitung stok mereka jadi tahu berapa produk aku keluar, cek kedaluwarsanya biar nggak telat untuk bisa ditukar dengan produk baru yang masih lama waktu kadaluwarsanya, membersihkan dan merapikan display agar POP yang sudah ditetapkan oleh tim Marketing untuk semua POP sebagai saran promosi dipajang. “Enci Joan ini loh pak Sam,” kataku dengan memasang senyum. “Wah gimana-gimana Pak Sam, baru kali ini ya Pak Sam sempat kemari,” sindir tajam mengena hati pastinya dari enci Joan. “Aduuh maaf ya Enci, iya kerjaan di Bandung banyak sekali buat saya nggak sempat berkutik kemana-mana Enci. Oh ya Enci ini ada sedikit oleholeh dari Bandung.” Aku menyerahkan bungkusan besar terdiri dari berbagai kue kering dan kue molen khas Kartika Sari Bandung. “Wah ini dia yang aku tunggu makanan khas dari Bandung. Terima kasih ... terima kasih ... ” Enci Joan menerima dengan suka cita oleh-oleh pak Sam. Bisa ditebak pembicaraan seputar stok yang banyak, sudah minggu ketiga bulan September stok grosir Sehat Segar milik enci Joan masih ada 6 karton produk DoReMi. Padahal akhir bulan agustus stok mereka masih 9 dengan orderan tambah 5 karton menjadi 14 karton. “Wah Nci berarti lumayan loh sudah keluar 8 karton bulan ini, waaah Nci sekarang bisalah buka order 8 karton lagi,” kata pak Sam bersemangat.  “Haduh janganlah 8 karton Pak, beraaaat ini ngeluarin 8 karton tuh liat pegawai saya nawar-nawarin sampai kepelosok. Tambah biayalah saya untuk operasional mereka!” Enci Joan langsung menolak bila pak Sam minta 8 karton dengan asumsi yang aku buat kalau mereka kuat stok 15 karton. “Lah kan sudah saya kasih tambahan bonus Enci yang terserah mau diolah seperti apa, atuuur ajalah Enci Joan! Bonus tambahan 4% buat Enci Joan saja bulan kemarin loh.” Pak Sam mulai melancarkan deal sekaligus agak merayu. “Boonglah kalau cuma aku saja yang kamu kasih 4% wong Si Frang aja bisa jual lebih murah, pasti niiih bocah baru ini kasih tambahan diskon!” Tiba-tiba enci Joan tunjuk-tunjuk aku menuduh aku kasih tambahan diskon sama engko Frang pemilik grosir yang perbulannya paling besar orderannya tembus 15 juta. “Kok aku Enci ...” Wajahku pastinya pucat. Aku merasa enggak kasih apaapa sama engko Frang soalnya. “Iya kamu siapa lagilah, wong Wed sudah mau ninggalin kamu sendiri di Cirebon. Wed mau kerja di didistributor obat yang jadi kompetitor barangbarang kamu.” Enci Joan senyum-senyum pada Wed. Sepertinya kepindahan Wed ke distributor obat keluar dari PT Rise sudah bukan rahasia lagi, banyak Sales dan outlet yang sudah tahu. “Eh Plon siap-siap kamu saya teleponin terus ya! Kalau produk kamu aku nggak bisa jual! Pokoknya bakalan aku retur! Dan kamu yang aku cari!” Enci Joan malah jadi menyerang aku sekarang. “Duuh iya Enci siaaap! Pokoknya aku akan bantu sebisa aku ya enci.” Entah kenapa aku berani menjawab kekesalan Si Enci barusan. Mau bagaimana lagi memang aku harus yang melanjutkan apa yang telah Wed rintis plus dengan janji mungkin yang tidak ditepati plus mungkin berbagai masalah lapangan yang belum sempat Wed garap. “Eh terus itu bonus 4% Agustus kapan keluar ya Pak Sam, pokoknya kalau sampai akhir bulan nggak keluar aku langsung potong tagihan dan nggak jadilah order buat stok lagi! Nggak perlulah nyetok-nyetok barang kalian.” Enci Joan bicara ketus.  Tapi kebetulan kalau dia dengan sifat aslinya keluar jadi pak Sam bisa tahu gimana sosok enci Joan yang ditakuti para Kacung Kampret. “Iya beres Enci sudah saya urus di Bandung, minggu keempat sebelum closing sudah ditransfer. Enci akhir bulan 10 kartonlah order seperti biasa biar stok juga seperti biasa di gudang Enci,” kata Pak Sam mengajukan orderan. “Hemmm kamu mau kasih diskon tambahan berapa buat orderan 10 karton, coba yah kalau stok aku 15 karton bentar lagi gudang isi cuma barang-barang kalian doang, produk lain mau ditaruh di mana? Di kamar aku buat cemilan?” Enci Joan biar omongannya sewot tapi tersenyum ramah. Ya jelaslah karena sebentar lagi pasti ada tambahan bonus dan yakin deh pasti lebih dari 4% bulan kemarin, hemmm semakin banyak orderan akan semakin banyak tuntutan dan welcome itu sudah jadi tugas kamu Plon! “Iya Enci, langsung aku bukalah diskon yang sama dengan bulan kemarin Enci 4% transfer di minggu ke 4 sebelum closing Oktober.” Kata pak Sam. “Apa! 4% lagi buat 10 karton nggak salah tuh!” Enci Joan langsung marah dan geleng-geleng kepala tangannya juga ikutan gerak menolak. “Ya ampun Enci diskon 4% itu udah maksimal loh.” Pak Sam juga bertahan. “Enggak! Mending gak dagang dengan sampeyan!” Enci Joan memasang wajah kesal. Aku penasaran mau berapa diskon dikasih pak Sam buat orderan 10 karton produk analgesik DoReMi buat enci Joan, ternyata para owner atau Buyer yang punya kewenangan order barang senang kalau para bos yang datang karena mereka akan langsung menodong tambahan black discount. Salah satu bedanya bos dan Kacung Kampret adalah masalah kekuasaan untuk memberikan diskon tambahan ke dealer yang bisa ambil produk banyak, kalau Kacung Kampret ya harus ikuti prosedur diskon reguler. Ternyata enci Joan minta total 7% buat orderan akhir bulan 10 karton dan tampaknya pak Sam kalah ngotot he he he. Wajah enci Joan langsung semringah dan semangat memerintah aku,”Plon catat ya janji bos kamu bulan depan Oktober minggu ke 4 akan transfer  diskon 7%. Ya udah aku order 10 karton kamu kirim Sabtu ini ya Plon.” “Iya Enci siap, sip sip.” Aku catat orderan enci Joan masih dengan gemetar. Ya aku masih merasa gemetar dengan excited bila dapat orderan besar. Akhir kunjungan hampir dua jam pak Sam berakhir orderan 10 karton dan wajah Nci Joan tampak sangat semringah.  Langsung aku ajak pak Sam ke outlet engko Ali yang buat aku menakutkan, aku nggak mau bulan ini deal sendiri dengan dia takut aja! Matanya nggak lepas dari aku kemarin saat jelang minggu ke 4 Agustus aku dan Wed minta orderan reguler. Lain dengan enci Joan yang tampak semringah dengan kehadiran pak Sam. Engko Ali agak bermuka masam. “Selamat siang Engko, gimana bisnis baik-baik saja kan. Tampaknya makin sukses Engko.” Pak Sam membuka percakapan. “Biasa saja ...” Jawab engko Ali datar. “Oh ya Engko, nanti kalau Wed udah gak jadi Sales Rise ... Cemplon yang gantiin mohon dibantu ya Engko,” kata Pak Sam. Sialan! Aku merutuk soalnya mata engko Ali langsung berbinar dan tersenyum penuh arti. Aku benar-benar kesal tapi hemmm harus tahan! Jangan sampai engko Ali marah dengan aku. Aku pasang wajah datar-datar sedikit senyum, “Iya Engko Ali meskipun bukan Wed yang tanganin orderan, nanti tetap bantu kami ya Engko. Kaget juga aku masih bisa basa-basi meskipun perutku agak mual. “Oh pasti-pasti Plon, nanti saya bantu ... asal sama-sama ngertilah.” Senyum dan mengedipkan mata satu. Aaaaaaghhhhh Tuhan jangan aku kasih outlet yang aneh-aneh. Pengalaman aku beberapa waktu lalu sewaktu jadi Sales Promotion Girl saat kuliah sambil kerja sudah cukup menempa aku tahu akan karakter pria-pria yang mata keranjang. Percakapan dengan Pak Sam gak perlu lama-lama, engko Ali mau order 12 karton, biasanya dia 10 karton entah kenapa dia mau tambah 2 karton dengan hanya tambahan diskon 5% dari pak Sam. Barusan padahal enci Joan order 10 karton dikasih 7%. Duh gimana harga enggak rusak ya di pasaran. Bukanya aku bahagia tapi malah deg-degan seperti ada beban yang tak bisa aku ungkapkan. Engko Ali penuh misterius, tapi aku yakin ini udah nggak beres deh! Yang jelas aku nggak mau yang aneh-aneh! Prinsip aku kerja nggak adalah rumus harus bertekuk lutut dengan lelaki semacam  engko Ali yang gosip aku dengar suka dengan Sales-Sales cewek. “Hemmm jangan harap! Aku mau dengan cara-cara aneh!” Umpat aku dalam hati. Aku memilih asik pura-pura mencatat sambil meninggalkan pak Sam dan Kong Ali yang sepertinya berencana nanti malam akan jalan untuk hang out. Aku mengekor Wed saja menghitung stok dan mengecek kadaluwarsa stok yang tersisa dan tampak sesekali engko Ali melirik ke arah aku. Aku memilih cuek pura-pura serius! Profesional! Samar aku dengar engko Ali bilang,”Ajaklah nanti malam Si Cemplon biar dia tahu dunia Sales itu harus ada dunia hiburannya juga Pak Sam ...” “Damn!” Aku sudah tahu ternyata orderan diperbanyak agar aku tergiur ikutan acara engko Ali yang minta di entertainment pak Sam untuk minum-minum di sebuah diskotik. “Plon hati-hati kamu jangan kejebak ajakan pak Sam ya! Jangan pernah mau ikutan seperti itu hanya untuk sebuah omset.” Wed bicara setengah berbisik sambil pura-pura menghitung. Sungguh aku ingin Wed tetap dekat aku, bersama kita sama-sama berjuang untuk membuat Cirebon lebih bagus dalam omset. Tapi it’s just your wish! Kenyataan aku sudah harus mulai beraksi dan berjuang sendiri. Dan aku belum tahu untuk nantinya berhadapan dengan engko Ali. Di perjalanan setelah bersalaman dengan engko Ali yang sempat lama melepas jabatan tangannya dari tanganku pak Sam berkata,”Plon nanti malam ikutan yuk, biar kamu bisa akrab dengan engko Ali.” “Aduuh maaf deh Pak Sam, saya paling nggak bisa dengan asap rokok dan nggak tahan melek sampai malam. Soalnya jam 21.00 saya sudah harus tidur,” kataku mengelak. Jelas harus aku tolak dari awal untuk hal entertainment yang menuntut aku harus keluar malam. Sebenarnya sih bukan alasan keluar malam atau asap rokoknya tapi liat tatapan engko Ali yang serasa mau menerkam membuat aku merinding. Sepertinya aku harus siap-siap menghadapi dengan tegas dealer yang seperti ini. Entahlah aku belum tahu nantinya. “Plon! Plon kamu nanti juga akan terbiasa dengan dunia malam, jadi Sales nggak bisalah kalau harus lurus-lurus terus. Nanti kamu susah untuk dekat secara personal. Ayolah nanti ditemani Wed dan banyak juga kok cewekcewek yang gabung.” Pak Sam tetap berusaha mempengaruhi aku. “Enggak Pak! Maaf saya tidak bisa!” Dan aku tegas menolak ikutan acara pak Sam di hadapan engko Ali dan Wed yang tersenyum penuh makna. Tampak wajah engko Ali langsung berubah datar, entahlah barusan sikap aku benar atau tidak yang jelas aku spontan acara keluar malam-malam tidak jelas demi sebuah orderan. Untung secepatnya pak Sam mengajak aku dan Wed segera berlalu dari outlet yang membuat aku gerah. Pak Sam masih mencoba mempengaruhi aku untuk ikutan acara malam bersama engko Ali, tapi sekali menolak aku tetap menolak. Dan Wed mengacungkan jempolnya. Aduh Wed aku butuh kamu selain jadi partner kamu juga melindungi aku untuk mengatasi dealer-dealer aneh seperti engko Ali. Semoga dealer yang lain tidak seperti engko Ali bisa turun orderan karena aku tak mau kompromi. “Hemmm ya sudahlah kamu janji ya bulan ini masuk 100% target walau Wed mungkin nggak bisa bantu sepenuhnya. Plon kamu harus cepat belajar! Manfaatin Wed semaksimal mungkin. Wed kamu bantu Cemplon ya! Jangan kamu tinggalkan begitu saja dengan dosa-dosa kamu.” Pak Sam entah menasihati atau menyidir Wed yang memang sudah ogah-ogahan kerja di Rise. Sisa waktu aku manfaatin ke grosir Segar, Mulya dan Tentram yang orangnya baik, nggak macam-macam. Masalah mereka normallah! Masalah barang kadaluwarsa, stok yang masih ada dan minta tolong dibantu untuk mengeluarkan barang yang terpenting sikap mereka nggak menyebalkan kaya engko Ali yang mata keranjang. Duh kebayang kalau semua outlet pareto outlet mata keranjang aku milih resign sajalah. Lelah sekali hari Kamis di Minggu ketiga bulan Sepetember, tapi aku masih beruntung karena pak Sam paham dengan prinsipku. Aku nggak mau pokoknya kalau ikutan entertainment yang ada maksud terselubung apalagi kalau mengenai cewek atau aku sendiri yang akan dijadikan objek! No way! Satu yang terlupakan dunia Sales memang terkadang sangat kejam dengan trik-trik bisnis yang perlu dengan entertainment.  Pak Sam sempat bilang kalau cuma menemani minum keras, hang out, karaoke, jalan-jalan itu masih wajar kok. Soalnya ada Sales demi memperoleh omset yang besar tanpa harus susah-susah mau berbuat jauh lebih dari sekedar menemani para owner atau Buyer. Ya tahulah apa itu! Tapi buat aku nggak sampai begitu juga kali! Toh aku masih bisa profesional dan terpenting masih punya Allah, iman dan agama yang menjadi penjaga hidup aku. Kedengarannya naif sekali ya? Tapi inilah aku Cemplon Mulya, aku sudah pernah bekerja di dunia Sales dan target tapi aku selalu memilih jalan lurus dan bersih.  Hari kedua pak Sam aku kan maksimal beliau untuk berkunjung ke modern channel dan sisanya grosir yang nggak macem-macem juga. Rabu jam tujuh pagi aku udah di kantor, Wed nggak nampak tapi aku sudah nggak mau ambil pusing. Tiba-tiba pak Sam telepon,”Plon kamu langsung ke hotel aja ya, kita langsung ke modern channel Asia, Alfa Retailindo, Matahari Grage, Jogja Store, dan Hero. “Siap Pak, tapi Wed belum ada nih Pak ...” “Wed lagi mandi tuh, kita baru pulang jam tiga pagi Plon. Engko Ali yaaah gitu deh! Wis nanti kamu tahu sendirilah dari Wed. Cepetan ya ke sini dan kamu liat omset Cirebon dan Bandung di sistem ya. Nggak usah tergesagesa lagian modern channel buka jam sepuluh kan.” “Baik Pak Sam.” Aku lakukan apa yang pak Sam perintahkan setelah selesai mencatat omset Bandung dan Cirebon aku dengan ‘Piwie’ nama motorku yang aku bawa dari Yogyakarta ke Bandung lalu Cirebon on the way ke hotel Asia. Jam sembilan aku duduk di depan kamar pak Sam. Pak Sam dan Wed tampak masih ngantuk walau sudah rapi dan sarapan. “Plon liat catatan omset kamu.” Pak Sam meminta buku catatan aku dan membaca apa yang aku tulis. “Hemmm baguslah minggu ketiga omset sudah 70% dari target, mogamoga minggu keempat bisa tutup di 100%. ”Pak Sam mengkerutkan dahinya. “Duh capai Plon! Tiap bulan kerjaan mengejar target! Nasib saya juga Plon jadi Kacung Kampret perusahaan Rise. Demi keluarga Plon istri dan anakanak saya harus bekerja keras.” Pak Sam baru kali ini tampak lemah di mataku. Kemarin-kemarin beliau tampak bos yang sangat menyebalkan dengan segala sifat perfectionist-nya dalam administrasi, tapi tidak saat ini dia juga tampak lemah dan bahkan bisa mengerti aku yang menolak untuk mengikuti kemauan engko Ali yang bernafsu banget aku ikutan mabukmabukan.  Aku sudah tahu pasti aku akan dicekokin minuman keras setelahnya mana aku tahu. Aku sudah antisipasi untuk tidak mengikuti hal-hal seperti itu. Aku sudah cukup banyak berdiskusi dan bergaul dengan Sales-Sales lain akan hal ini. Sisi gelap aktivitas lain Sales yang bisa disebut juga bagian dari kerjaan. Demi omset harus menuruti keinginan pemilik outlet. Demi keluarga kata pak Sam! Ah begitu besarnya tanggung jawab menjadi tulang punggung keluarga dan aku baru sadar pak Sam bukanlah seorang Superman yang kuat dan siap dengan berapapun target yang diturunkan dari kantor pusat Jakarta dan “Mr Perfectionist” julukan yang aku anggap paling pas buat dia. Nyatanya dia adalah seorang suami dan ayah yang tengah berjuang keras untuk kelangsungan keluarganya.  Setelah briefing sebentar aku dan Wed, kita jalan ke Asia. Pas toko sudah buka. Tinggal turun tiga lantai kita sudah di mall Asia. Pak Sam langsung melihat produk vitamin kita yang diletakan oleh pihak toko hanya di rak kecil khusus obat-obatan. “Plon gimana mau laku ya jualan di sini, stok cuma beberapa dan gak kelihatan konsumen sama sekali!” Pak Sam memandang produk yang sudah aku cek kedaluwarsanya minggu lalu dan udah aku rapiin dengan wajah berkerut. “Itulah pak Sam, aku sudah ngobrol dengan Pak Rahman pemiliknya. Kalau mau kita sewa space rental yang di dekat kasir. Enggak terlalu mahal dan pak Rahman bersedia di target agar bisa menekan cost ratio kita dan lebih bagus lagi kalau ada SPG nya. Pasti dijamin display bagus dan ada SPG tugasnya aktif harus jemput bola menawarkan produk kita pada pengunjung toko akan ada peningkatan penjualan,” terang aku bersemangat. Aku yakin banget dengan teori display produk yang menarik, eye catching ditambah SPG yang aktif akan membantu barang sehari bisa keluar banyak. SPG juga ditarget dan aku yang akan bantu untuk penyediaan barangnya dari distributor. Jangan salah distributor terkadang juga lalai menyetok barang prinsipalnya karena dianggap tidak fast moving, mereka juga seperti dealer yang tidak berani stok banyak kalau barang di gudang numpuk. Jadi PT Rise itu prinsipal dan bernaung pada sebuah distributor PT Matahari yang banyak membawahi prinsipal-prinsipal. Kalau banyak orderan dari dealer tapi stok kosong di distributor PT Matahari kan sayang sekali makanya harus sinergi juga kerja prinsipal dan distributor. Dua perusahaan yang mutualisme juga! “Okay Plon kamu catat ya rencana kamu dan terpenting juga omset yang bakalan tercetak. Sekarang mendingan kita ke pak Rahman dan kita bicarakan rencana pengembangan produk kita di sini. Pak Rahman sosok yang sangat santun padahal beliu orang yang tajirnya bukan main, gimana tidak! Mall, hotel, restoran dan entah bisnis apalagi yang beliau miliki. Sudah pasti orang yang sangat kaya raya, tapi sikapnya  sangat rendah hati. Banyak Sales yang menyukainya dan beliau tidak suka Sales yang banyak omong dan penuh janji tapi tidak ditepati. Ada beberapa seperti itu langsung diputuskan untuk tidak berbisnis lagi. Waduh jangan sampai aku membuat beliau marah. Aku suka orang yang nggak neko-neko dan profesional seperti pak Rahman. Duh jadi ingat satu outlet pareto-ku engko Ali yang menakutkan. Sepertinya sekarang dia masih teler di kamarnya karena sampai pagi di entertain oleh pak Sam. Dealer modern channel Asia closing dengan baik, karena Pak Sam menyetujui menyewa beberapa space di dekat kasir untuk menaruh produk vitamin PT Rise. Kita langsung menuju ke mall Jogja Store. Tidak beda jauh dengan Asia keadaan yang sama buat vitamin yang tidak punya tempat yang bagus untuk pemasaran. Jogja Store ketemu dengan pak Tiko yang orangnya formal tapi baik. Hal sama analisaku menyewa tempat dan penempatan SPG. Pak Tiko sangat antusias dan sangat bersedia ditarget untuk pembelian omset sesuai hitungan cost ratio. Hal serupa Matahari, Alfa Retailindo dan Hero juga semua setuju dengan penyewaan tempat dan penempatan SPG. Ternyata modern channel memang harus seperti itu untuk membantu pengeluaran barang dengan persaingan kompetitior produk sejenis. Dan hari kedua kunjungan ke semua modern channel selesai dengan program-program yang harus mulai aku garap bulan depan. Aku dan pak Sam juga mulai bicara masalah SPG kira-kira yang bagaimana idealnya. “Plon kamu mulailah hunting SPG nanti ya, pas acara ke Bandung sekalian dibawa. Dan kamu minggu ini mulai urus surat-surat sewa lalu buat perincian biayanya. Ajukan untuk per semester tapi karena ini jelang tiga bulan sampai akhir tahun maka kita buat triwulan dulu. Usahakan Plon semua sewa kelar dan SPG kamu cari 3 dulu lalu kamu atur sekalian jadwal jaga mereka. Karena modern channel ada 5 maka 2 SPG pegang 2 dealer dan 1 pegang dealer yang terbesar omsetnya. “Siap, aku sudah bisa untuk hal yang barusan pak Sam arahkan.” Kataku mantap. “Bagus Plon, jadi Oktober kamu naikan omset modern channel dan kita lihat November, Desember pas kamu sudah dianggap setengah tahunlah stay di sini kenaikan omset wilayah Cirebon. Hemmm aku tahu kamu harus berjuang sendiri setelah bulan ini, semangat Plon sampai akhir tahun kamu bisa buktikan omset Cirebon naik maka janji Januari tahun 2000 kamu sudah ada teman baru.” Pak Sam memberi penjelasan dengan bijak, rasanya rasa sebal aku pada pak Sam mengikis, sebaliknya aku ingin membuktikan kalau aku bisa menjadi terbaik untuk wilayah pertempuran.  Dan penutup bulan September 1999 omset ditutup dengan baik pas 100% di angka 100 juta. Target aku 30 juta dan target Wed 70 juta. Pak Sam tidak minta kita untuk cari tambahan karena secara cabang Bandung sudah masuk target. Dijamin semua dapat insentif karena kita sistem tim yang mengutamakan kebersamaan. Aku juga sudah melakukan deal sewa tempat untuk tiga bulan ke depan di semua modern channel. Juga sudah dapat 3 SPG yang sudah aku interview dan menurut aku bagus. Aku tidak sekedar mencari cantik, tapi aku cari SPG yang direkomendasi beberapa teman di lapangan baik, rajin, jujur dan aktif. Dengan gaji dan perhitungan insentif ke 3 SPG ini juga setuju maka akhir bulan sudah tanpa Wed aku ajak ke Bandung untuk ketemu pak Sam wawancara lanjutan. Pak Sam ternyata cocok dengan pilihanku untuk ke 3 SPG yang bernama Lulu, Lala dan Dyah. Laporan omset Cirebon per-produk dan total. Lalu janji-janji pak Sam akan black bonus di bulan September yang harus cair di bulan Oktober, janji akan buatin program pesiar buat dealer seperti engko Frang, janji akan membantu penggantian barang-barang kadaluwarsa yang sudah tidak bisa di retur harus diganti oleh pihak Marketing dengan pengajuan permintaan ada form tersendiri, budget penyewaan space rental di modern channel, budget penggajian SPG dan insentifnya dan mengingatkan untuk pak Sam menge-push distributor agar menyetok produk-produk PT Rise. Pak Sam sangat memperhatikan dan janji akan memperhatikan Cirebon lebih detail, karena selama ini banyak kurang mendapat masukan.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices