Don't Touch Me

Reads
99
Votes
0
Parts
16
Vote
by Titikoma

12

Niky mengemudikan mobilnya dengan lambat. Ia resah, sekian lama ingin mengubur rasa ini dalam-dalam. Ia bahkan telah lama menghilang dari Kendy, namun sosok itu terus menari-nari di benaknya. Ken dan Niky telah menjalin hubungan pertemanan selama 3 tahun, sejak kelas 1 SMA hingga mereka duduk di bangku kelas 3 SMA. Niky mulai jatuh cinta pada Ken sejak pertama kali mengenalnya. Namun Ken tak menunjukkan tanda-tanda cinta pada Niky. Akhirnya Niky memilih memendam perasaannya sendiri. Niky khawatir Ken menjauhinya jika tahu bahwa Niky menyukainya lebih dari rasa suka seorang teman. Seiring berjalannya waktu, hampir tak ada jarak antara mereka. Niky selalu ada di manapun Ken berada, karena Niky memang tak pernah ingin jauhjauh dari Ken. Hari itu Ken ulang tahun dan akan dirayakan oleh teman sekelas. Semua akan memberi kejutan untuk Ken, ia cowok idola. Hari itu Niky sengaja tak menyapa Ken seperti biasa. Niky ingin buru-buru pulang dan membeli hadiah ulang tahun yang paling indah untuk Ken. Tiba malam yang dinantikan, Niky mengendarai mobil seorang diri, ia tak peduli orang tuanya yang melarang akibat cemas karena kondisi malam hari tidak baik untuk anak gadis keluar sendirian. Pokoknya Niky harus memberi kejutan di hari ulang tahun Ken. Hujan deras turun mengguyur, Niky kesulitan membawa mobilnya melaju, karena air hujan membuat embun semakin pekat pada kaca mobilnya. Mobil Niky terhenti, tepatnya ada yang menghentikannya. “Siapa, sih? Gak tahu apa aku lagi buru-buru?” TOK, TOK, TOK. Pintu kaca mobil Niky diketuk, Niky membuka kaca mobilnya. “Rio?” Niky melotot, Rio adalah cowok menyebalkan yang selalu mengganggunya. Ada apa lagi sih dia menghadang mobil Niky dari samping sehingga memaksa Niky berhenti? Padahal Niky buru-buru. “Di dalam mobil gue ada ibu-ibu mau lahiran, tapi gue gak tahu mau bawa ke mana. Trus gue liat mobil lu. Please, temanin gue bawa ibu itu.”  “Oh gitu, ya udah angkat sini. Biar aku aja yang ngantar ke rumah sakit. Kasian ibunya ....” “Berat, Nik. Bantu angkat, ya.” “Iya. Ayo buruan, kasian loh!” Niky langsung mengikuti Rio. Tapi di dalam mobil Rio, Niky tak mendapati Ibu-ibu yang Rio maksudkan, tak seorangpun kecuali .... “Rio?!” Niky terbelalak, Rio mendekap Niky di kegelapan malam, rasa yang bercampur nafsu setan telah merajai suasana hati Rio. “Jangan sentuh aku!” Niky meronta-ronta, namun percuma, kekuatan Rio malam ini berlipat ganda kerena ia telah kerasukan setan. Rio menyentuh sesuatu yang haram ia sentuh. “AAAKKKHHH!” Niky meraung. Suaranya menggelegar, memecah kesunyian malam, mengalahkan derasnya riuh hujan yang turun di malam yang dingin. Niky tenggelam dalam kebejatan Rio, lelaki biadab dan kejam. Niky hancur berkeping-keping. Rio merampas segalanya. Tak seorangpun yang menolongnya, tidak juga Ken yang ia banggakan. Beberapa hari Niky tak datang ke sekolah, padahal ujian akhir sebentar lagi. Ken masih memikirkan gadis itu. Tapi Ken tak tahu harus bagaimana. Niky menjauh, ia bahkan tak mengangkat telepon Ken yang berkali-kali ingin menanyakan kabarnya. Niky mengurung diri di dalam kamar. Ibu dan Bapaknya pun tak dapat membujuknya keluar.  Berhari-hari Ken tak datang, ponsel Niky tertinggal disana malam itu, dan Niky tak akan pernah kembali hanya untuk mengambil ponselnya. Niky yakin Ken tidak peduli padanya, selama ini hanya Niky yang peduli tapi Ken tidak sama sekali. Hal itu menggores luka Niky kian tercabik. “Maafkan jika aku bersalah. Aku tidak membencimu, tapi aku juga tidak bisa mencintaimu, kumohon pergilah,” kata-kata Ken itu kembali terngiang di telinga Niky. Ken tidak bersalah,semua hanyamiss communication. Ken juga tak pernah tahu hal yang menimpa Niky, karena Niky tak pernah cerita pada Ken yang sebenarnya. Mungkin terlalu cuek sebagai teman dekat, harusnya Ken sedikit lebih peduli. Semua telah berlalu beberapa tahun lamanya. Benar kata Ken, Niky harus berhenti sampai di sini, sudah cukup selama ini Niky mengejar kebahagiaan semu. Ingin bahagia bersama Ken, tapi hanya kehancuran demi kehancuran yang menimpa dirinya. Ia harus menghentikannya sebelum semua lebih hancur dari ini. Niky menyerah. Menyentuh sesuatu yang bukan milikmu, sesuatu yang bukan hakmu dan sesuatu haram itu sama saja membiarkan dirimu terjerat dalam lubang kehancuran yang tak berujung. Di restoran sederhana pinggiran Kota Jakarta. Ken menatap May yang hanya memandangi hidangan lezat di meja makan, ke mana selera makannya? mungkin karena Niky tadi. “Niky itu teman aku waktu SMA. Tapi tiba-tiba dia menghilang beberapa saat, lalu kembali dengan fitnahnya. Aku hanya teman dekatnya, itupun di sekolah. Aku gak pernah ketemuan dia di luar sekolah, dia gak pernah ke rumah aku dan ....” “Terus, May harus percaya?” “Harus, May.” Sesaat hening. “May, aku gak pernah nyentuh perempuan manapun selama hidupku, gak akan pernah, sebelum aku menikahinya dan sebelum kami saling mencintai,” Ken berlalu meninggalkan May di restoran. Ia merasa May tidak percaya padanya. Daripada pertengkaran kecil terjadi, Ken lebih memilih untuk pergi. May bergeming. Biarlah hari ini May jalan kaki pulang ke rumah yang lumayan jauh, karena Ken pergi meninggalkannya tanpa meninggalkan ongkos taxi, bahkan ponsel May juga tertinggal di mobil Ken. Uhh, benar-benar menyebalkan. Ken tak harus merajuk begitu agar aku percaya padanya. May percaya kok, Ken gak perlu ngambek gitu. Tapi lihatlah lelaki itu. May ditinggalin di sini, mau naik angkot atau taxi gak mungkin, lagi gak bawa duit sama sekali. Huft. Beruntung Ken telah membayarsemua makanan yang ia pesan. Jika tidak, May akan disuruh nyuci piring tuh sama pemilik restoran. May melirik makanan lezat di meja makan, May harus selamatkan perutnya yang keroncongan, apalagi dia akan jalan kaki sejauh mata memandang. Ia butuh tenaga ekstra. May melahap makanan lezat yang dipesan suaminya itu, bagaimanapun keadaannya, May tak boleh kelaparan. Karena May harus kuat menghadapi kenyataan, yaitu jalan kaki.  Ken baru saja tiba di depan rumah. Tiba-tiba kepalanya terasa sakit, ia memang tak bisa berpikir terlalu keras, sebab sering sakit kepala. Tibatiba Ken merasakan pusing, semakin sakit di bagian kepala. Ken melihat semua di sekelilingnya berputar-putar. Brukkk! Ken ambruk, ia pingsan di depan pintu rumahnya.   Akhirnya May tiba di rumah, ia sangat lelah. Ken benar-benar membakar keringat dan emosi. Ia tak tahan ingin memaki lelaki itu. Seenaknya saja meninggalkannya. Krekkk. May membuka pintu kamar, sejuknya AC di dalam ruangan, membuatnya terasa lega karena sejuk. May mengamati seisi kamar, ada Ibu mertua, Bapak mertua, Dokter Sandy dan Ken yang terbaring. Ia tak mungkin memaki Ken yang sedang terbaring dengan mata tertutup, apalagi ada kedua mertua di sana. “May?” “Ken kenapa, Bu?” “Ken pingsan di depan rumah, sampai sekarang ia belum siuman. Sudah lama sakit kepala itu mengganggunya, tapi baru kali ini dia sampai pingsan begini lagi,” kata Ibu cemas. May menatap Dokter Sandy penuh tanya, pasti banyak hal yang ia tahu tentang sakit yang diderita Ken, ia dokter pribadi keluarga Ken sejak lama. “Tidak apa-apa. Sejak kecil Ken sering sakit tipes. Selain gak boleh banyak mikir, dia juga gak bisa terlalu kelelahan,” jelas Dokter Sandy. May menatap Ken sendu, beberapa hari ini Ken memang sering pulang larut malam. Ia lembur di kantor, Ken tak bisa mempercayakan pekerjaan sepenuhnya pada karyawannya. May mendekati suaminya yang terbaring tak berdaya itu. May menyentuh jemari Ken, tiba-tiba Ken membuka matanya. “May….” Ken bangkit dan memeluk May. Dokter Sandy, Ibu dan Bapak bergegas keluar kamar. Pasangan pengantin baru butuh waktu banyak berduaan. Dokter Sandy berlalu dengan senyuman. “Maafin aku, May.” “Iya, dimaafin. Tapi kamu gak boleh pingsan lagi.” Ken melepas pelukannya. Keduanya terduduk dan membisu. Banyak 106 104 kata yang tak mampu mereka ungkapkan, saat ini biarkan diam merajai suasana. May tak sadar barusan memeluk Ken, mereka berpelukan. May benarbenar takut, takut kehilangan Ken, ia tak tahan melihat Ken yang terkulai. May ingin Ken tetap dalam keadaan sehat, bahkan jika Ken terus usil dan jahil. Asal Ken tetap sehat. “Allah... jagakan Kendy. Ia harus tetap sehat. Jika harus sakit, biarkan May yang sakit,” jerit hati May.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices