
by Titikoma

13
Beberapa hari setelah dirawat dan ditemani May, Ken mulai membaik. Kepalanya terasa ringan dan sakitnya pun telah hilang. Pagi ini ia akan berangkat ke kantor, ia tak bisa berlama-lama membiarkan kantor tanpa pengawasannya. May menatap Ken lekat. Sampai detik ini ia tidak pernah tidur berdua dengan suaminya, dan Ken tak memaksa. “Mas….” “Ya?” “Jangan kerja, itu berat, biar May aja, hehe.” “Hehehe….” Ken menghampiri May. “Kamu gak boleh capek-capek, kan lagi program hamil, hehe….” “Huekkk, gak lucu!” May bangkit dari sofa dan melangkah menuju kamar mandi. Sebenarnya ia belum mandi, ia hanya ingin menyikat gigi dan mencuci mukanya. Sejurus kemudian May keluar dari kamar mandi, Ken baru akan keluar kamar. Namun langkahnya terhenti melihat kelakuan istrinya. “Gak sekalian mandi?” “Udah sikat gigi bersih-bersih, nih!” May memamerkan gigi putih bersihnya itu. Ken tersenyum. Ken hanya akan menghabiskan waktu jika harus berdebat pagi ini, ada klien dari luar negeri yang akan menemui Ken. “Sebentar lagi May mandi, May mau nyapu kamar dulu baru mandi biar sekalian beres, ‘kan?” “Ada Bi Olaf, ada Bi Onah, ada ....” “Kalau kita bisa kerjakan sendiri kenapa harus nunggu mereka? Biar mereka kerjakan yang lain dan kita kerjakan yang kita bisa.” “Hem, aku berangkat. Jangan lupa mandi, pake deodoran dan parfum, aku pulang kamu harus udah cantik ya, he.” Hari ini ibu mertua ada di rumah, tidak seperti biasanya yang memiliki segudang aktivitas. Mulai dari pengajian atau acara majelis taklim hingga bakti sosial dan lain-lainnya. Ibu jarang di rumah, tapi hari ini Ibu sengaja menyempatkan waktu, ia telah berencana dengan besannya, ibunya si May. Sssttt, ibunya Ken dan ibunya May akan membuat May berhenti tidur di sofa, bagaimana mungkin beliau bisa mendapatkan cucu jika pengantinnya pisah ranjang? Kali ini Ibunya May menyerahkan tugas penting ini kepada Ibunya Ken. Hasil diskusi kedua Ibu cantik itu akan diperankan oleh Ibunya Ken, beliau akan berakting siang ini. Momen lagi pas banget, nih. Si May lagi nonton di kamarnya. Pintu kamarnya terbuka lebar. Itu artinya Ibu tidak mengganggu waktu istirahat May. “Assalamualaikum, anak salehanya Ibu,” sapa Ibu mertua. “Waalaikum salam Ibu salehanya May,” May nyengir. “May nonton apa? Serius banget, sih?” Ibu melongo. Ya Allah, belum jugakah May move on dari Doraemon? Ibu mertua duduk di samping May. “May, semalam Ibu mimpi kalau kamu sudah hamil,” ujarnya tanpa basa-basi. GLEKKK. May keselek ludahnya sendiri. Pernyataan Ibu mengacaukan fokusnya. “Kamu udah hamil beneran ya, May?” DUAR. Petirmenyambar hati. Sepertinya Ibu hendakmenghancurkan zona nyamannya si May, May merasa perlu bersemedi dulu untuk menjawab pertanyaan Ibu mertua. “May, kalian belum akur? Mau sampai kapan? Ibu dan Bapak sudah semakin tua. Kamu harapan Ibu, Nak. Ibu telah menaruh harapan padamu jauh sebelum kamu menikah dengan Ken. Harapan yang sama yang dimiliki orang tuamu May, kami semua berharap bisa menimang cucu dari kamu dan Ken.” Wajah ibu sendu, May tak tega melihatnya. Duh, apa yang harus May katakan agar membuat ibu sedikit tenang? “Hiks, hiks, hiks...” Ibu terisak. Tiba-tiba May panik. “May mau kami meninggal sebelum nimang cucu?” May menutup mulut Ibu mertuanya secara refleks. “Maaf, Bu. Tapi jangan ngomong kayak gitu, dong. Ya ... kami juga mau punya anak, tapi kan belum ....” May menggantungkan kalimatnya. Ya Allah bohong sama ibu, dosa banget. “Kamu udah gak tidur di sofa lagi, ‘kan?” tanya Ibu antusias. May mengangguk cepat. Benar-benar seperti orang bodoh dan sangat merasa bersalah. “Hem, ibu tahu dari mana kalau May ....” “Tidur di sofa?” May mengangguk. “Ibu nemu selimut dan bantal di sofa waktu Ken sakit tuh.” May terdiam. May tak pandai berkata-kata, May juga tak pandai bersikap manis. May bahkan tak tahu bagaimana menghadapi Ken dengan lemah lembut. ‘”Berikan Ibumu ini cucu, Nak. Hiks, hiks, hiks,” tiba-tiba ibu terisak lagi. May panik. Ia memeluk Ibu mertuanya itu. May juga sayang pada Ibu mertua sama seperti May menyayangi Ibu kandung. Sejak kecil Ibu Ken sangat lembut dan penuh kasih sayang pada May, kedua orang tua Ken sama seperti kedua orang tua May yang penuh kasih dan sayang. “May janji, gak akan kecewakan Ibu,” bisik May. “Janji?” mata Ibu membesar, memancarkan binar-binar penuh harap. “Iya, May janji, Bu. Asal Ibu tidak akan pernah menangis lagi.” May bersungguh-sungguh. Urusan dengan Ken gampang, yang penting Ibu tidak menangis di hadapan May, ia tak sanggup melihat air mata seorang Ibu tumpah. Malam semakin larut, Ken belum pulang kantor. May sudah sibuk memikirkan janjinya pada Ibu siang tadi, itu janji yang terpaksa May ucapkan agar Ibu diam dan tidak menangis lagi. Namun janji itu sudah pasti harus ditepati. May menunggu Ken, ia ingin menceritakan semua pada Ken dan May ingin tahu bagaimana baiknya menurut Ken. Uhh, ternyata menikah lebih rumit dari yang dibayangkan. Terlebih karena menikah dengan musuh bebuyutan, hal ini membuat segalanya jadi rumit. May selalu tak tahu harus bagaimana bersikap agar hubungannya dengan Ken lebih baik. Saat ini May semakin sukar melawan rasa yang kini menyesakkan dada. Ia hampir tak kuasa menahannya, rasa yang lama ia pendam, rasa yang lama ia tepiskan, rasa suka pada Ken. Perasaan yang sejak dulu tak pernah ingin diakui, perasaan yang menjijikkan bagi May, perasaan yang harus dikubur dalam-dalam. Namun semuanya sungguh tidak bisa dibohongi. Mereka saling menyukai, hanya saja kedua sejoli itu tak mau jujur mengakuinya. Air bening jatuh membasahi pipi May, air yang selalu ingin keluar saat rasa itu hadir menyapa kesendiriannya, rasa yang sejak dulu menemani hari-harinya menjalani setiap waktu dalam hidupnya. Ken memang telah menjadi suaminya, Ken mulai menunjukkan sikap baiknya pada May. Namun May masih ragu, sungguh masih sangat ragu dan takut. Ia takut dirinya yang sejak dulu dianggap kuman oleh Ken itu, tak akan mungkin menjadi bidadari di mata Ken, ia takut jika Ken hanya akan mempermainkan perasaannya. May ingat bagaimana pernikahan ini terjadi karena paksaan kedua orang tua, bukan Ken yang datang dengan hatinya. Ketakutan, kecemasan dan tidak percaya diri mengusik jiwa May, Ken adalah sosok yang sempurna, May juga tak ingin menjadi orang lain hanya demi mendapatkan yang ia inginkan. May tetap ingin dicintai dengan dirinya yang apa adanya. Bukan harus berubah menjadi bidadari dalam sekejap, karena May tak mungkin selamanya menjadi bidadari. Ia tak bisa bersikap manis, ia tak bisa berjalan pelan, ia juga tak bisa bersuara pelan, ia juga tak bisa feminin dan banyak lagi hal yang tak bisa dilakukan dan hal itu adalah yang diinginkan Ken. Ken membuka pintu kamar, ia masuk dengan perasaan yang campur 111 109 aduk. Bagaimana mungkin ia berdamai dengan May jika mengabaikan teleponnya berkali-kali. “May…” “Mas, tadi aku telepon.” “Maaf ya, aku gak angkat telepon kamu. Aku gak dengar.” “Kalau May maafin, Mas mau dengerin cerita May?” “Cerita Nobita? Rapunzel? Frozen? Atau....” “Cerita tentang kita.” “Kita?” Ken merasa sedang melayang-layang, hatinya penuh bunga-bunga bermekaran. Ia sangat senang mendengar May akan cerita, meski Ken tak tahu May akan cerita bahagia atau cerita duka. Tentang kita? Tentang cinta kitakah? pikir Ken penuh harap. “Tadi siang tuh Ibu....” cerita May mengalir dan didengarkan saksama oleh Ken. Sesekali Ken tergelak, tertawa lepas. May menceritakan semua yang terjadi siang tadi bersama Ibu. “Kamu udah janji?” May mengangguk lemah. Ia sudah pasrah jika Ken menolaknya, “Bagus, sangat bagus, good idea!” Ken berseri. Ia mendekati May yang duduk di sofa. Lalu ia duduk di sebelah istrinya itu. “Janji itu utang yang harus dibayar, ‘kan May?” Ken tersenyum sembari mengangkat-angkat kedua alisnya, menggoda May. “Karena kamu udah janji, kamu harus tepati. Kita sudah menikah selama tiga bulan dan terpisah oleh sofa dan kasur. Bisakah kita bertemu di situ?” Ken menunjuk tempat tidurnya. May menjauh, ia sedikit risih. Tapi Ken menarik tangannya. Ken ingin mencairkan kebekuan yang ada di antara mereka. “Duduklah di dekatku, May. Sampai kapan kita begini?” May terdiam, benarkah ini? Ken mendekatinya, dengan cinta yang tuluskah ini? Atau hanya nafsu semata? May berpikir keras. “I LOVE YOU, May…” suara Ken pelan, sangat pelan tapi sangat jelas di telinga May, mendebarkan jantung May. Membuat kaku seluruh persendiannya, May tak mampu bergerak. Ia kaku di tempat, tepat di samping Ken yang terus menatap wajah May. “May... lihat aku, tatap mataku May. Aku mencoba menolakmu, karena kamu bukan tipeku,tapi hatiku tak peduli. Ia terussaja mengukir namamu, May.” Ken terus menatap May, ia berharap perempuan itu merasakan rasa yang sama, rasa yang selama ini Ken rasakan. Cinta tapi gengsi, mungkin inilah kisah cinta May dan Ken. Benci tapi cinta juga pantas sebagai kesimpulan kisah May dan Ken. May gadis yang sangat cantik dan manis meskipun tanpa polesan. Ia benar-benar manis, Ken tak mungkin terus menutup diri dari keindahan itu. Ia hadir setiap saat di depan mata Ken melumpuhkan keangkuhan Ken selama ini. Ken memang tak menyukai gayanya yang tomboi dan berantakan waktu itu. Tetapi, Ken hanya berusaha terus menutup diri. Ken tak memberi ruang untuk May. Sekarang, May di dekatnya hampir setiap waktu. May juga semakin anggun dengan busana muslimahnya, ia lebih rapi dari biasanya. Banyak hal yang berubah dari diri May meski belum semuanya. Hal tentang May itu, menarik bagi Ken. Namun, ia masih penasaran. Apa yang May rasakan? Apakah May menyukai Ken atau benar-benar membenci Ken? “Aku gak bisa terus memaksamu untuk menjadi cinderella, padahal kamu Nobita, hehe.” Ken terkekeh. May manyun. Tuh kan, dia hanya akan mempermainkan perasaanku. May menatap Ken, barusan lelaki itu meledeknya lagi, tapi tak terlihat raut wajah yang merendahkan May, yang May lihat... ada cinta di sana. “Aku serius, May. Aku akan menerimamu apa adanya.” May merasa bunga-bunga bermekaran di hatinya, pernyataan Ken telah memenuhi rongga dadanya dengan cinta. Ya Allah, benarkah semua ini? “I love you and... i will touch you. Aku lelaki normal, aku punya nafsu yang sama seperti lelaki lainnya. Tapi aku tidak akan menyentuhmu, sampai kamu mengizinkannya,” Ken menghela napas. “Tetaplah di sini, di dekatku, kamu akan tetap aman, bahkan dari diriku sendiri,” ujar Ken tulus. Semesta bertilawah, lantunan doa dan nyanyian insan cinta Illahi menyatu dalam syahdu, menguak tabir keangkuhan dalam diri. May terenyuh, ia tak bisa menolak keindahan hidup yang Allah berikan, ia menghambur, memeluk Ken erat, sangat erat. Ken membalas pelukan May. Dua insan menyatukan rasa yang pantas untuk berlabuh. Allah telah menyatukan May dan Ken dalam ikatan suci pernikahan, segala yang disentuh dan yang tersentuh antara May dan Ken adalah halal bagi-NYA. May tak ingin melepaskan pelukannya lagi untuk saat ini dan selamanya. May terisak di pelukan suaminya yang juga ikut menangis bersamanya. Tangisan kebahagiaan Ken dan May dalam ridho Illahi. Setelah menangis bersama, Ken mengambil tisu untuk May agar ia menghapus air matanya. Sembari kembali duduk di samping May. “Aku mau mandi dulu, May. Gerah nih,” Ken berlalu dari hadapan May. May masih duduk di sofa. Ia mulai mengantuk, tapi ia tak akan tidur sebelumKen tidurterlebih dahulu. Malaminimereka telah berdamai. May akan menunggu Ken selesai mandi dan membiarkan Ken tidur duluan. Sejurus kemudian, Ken keluar dari kamar mandi. Ia telah rapi dan bersih dengan piyama berbahan satin berwarna putih loreng-loreng hitam. “Mulai malam ini, kamu tidur bareng aku, ‘kan?” tanya Ken pelan. Ken kembali duduk di sofa sebelah May, ia mendekatkan wajahnya ke wajah May. “Mau ngapain?” May melotot. Akkkhhh, Ken mendesah. Pakai nanya lagi, sih. Ken kembali mengulang aksinya, berharap May peka. Ia mendekat, semakin dekat dan .... “Mas mau cium aku?” May teriak. “Sssttt!” Ken sebal. Aishhh, si May gitu banget. Ia gak boleh teriak-teriak. Berabe kan kalau di dengar Ibu yang super kepo. “Aku ingin bahagia malam ini bersamamu,” bisik Ken. Bulu kuduk May merinding semuanya. Ia merasa sedang menonton film horor. “Apakah kamu mencintaiku?” tanya Ken antusias. “I love you, Ken. But ....” “Tapi apa?” “Aku lagi sakit gigi,” dusta May. “Mana? Coba lihat?” “Nih.” “Cup.” Kena deh, buaya dikadalin. Ken berhasil mencium bibir istrinya dan itu ciuman pertama May dan Ken selama hidupnya. Ken menggendong tubuh langsing istrinya ke tempat tidur mewahnya. Ken telah meluluh-lantakkan keegoan May. Mulai malam ini, May akan menjadi milik Ken seutuhnya, lahir dan batinnya. Usai salat subuh tadi, May tidur lagi. Ken tahu ia harus mencegah May tidur, hanya saja ada dispensasi untuk pagi ini. Ken melihat wajah manis istrinya kelelahan akibat lembur semalam. Lembur menunaikan kewajibannya sebagai istri Ken. May telah memberikan jiwa raga dan hatinya pada Ken sang suami. Ken berdiri di depan cermin, menatap dirinya sendiri sambil tersenyum manis, wajahnya beseri-seri. Kini Ken telah rapi dengan seragam kantornya. Ia terlihat makin tampan dan ceria. Ia merasa akan hidup seribu tahun lagi untuk melanjutkan kisah kasihnya dengan sang istri. Namun Ken tahu, itu mustahil. “Iya kali hidup seribu tahun? Puluhan tahun aja udah Alhamdulillah.” Ken bersyukur beberapa tahun terakhir ini sangat jarang berurusan dengan dokter pribadinya, sebab kondisi kesehatannya membaik. Terakhir kali ia di opname gara-gara May memberi napas bau jengkol waktu itu dan waktu pingsan tempo hari. Ken beranjak meninggalkan istrinya yang masih terlelap setelah mencium kening perempuan termanis sedunia di matanya itu. Sepanjang kakinya melangkah, senyum Ken terukir. Ia sangat bahagia menyadari bahwa dirinya dan May saling mencintai. Namun yang Ken sesali, dirinya dan May menghabiskan banyak waktu untuk saling membenci. Ken berjanji dalam hatinya, janji yang tak perlu May dengar, cukup Ken dan Allah saja yang tahu bahwa Kendy akan membahagiakan May dan Ken akan menghabiskan seluruh hidup yang diberikan-NYA untuk mendampingi May dalam keadaan apa pun juga. Pintu kamar May diketuk, itu pasti Ibu mertua, dan ternyata benar. May terus menyunggingkan senyum, Ibu mertua menatapnya lekat. “Tumben Ibu disambut senyuman manis, biasanya mata belekan dan muka yang masih ngantuk, hehe.” “Sini, Bu.” May menarik tangan Ibu, membawa Ibu mertuanya duduk manis di sofa kamar. “Aku udah berdamai sama Kendy, Bu. Ternyata kami saling suka, hehe.” “Alhamdulillah, selamat pengantin baru, hehe.” “Ken akan membuatmu bahagia, dia anak kami yang sangat luar biasa. Dia tidak pernah mengecewakan kami. Dia selalu membanggakan kami dengan prestasinya yang gemilang, caranya bergaul yang tidak mudah terpengaruh dengan pergaulan bebas di luar sana dan semua yang dia lakukan selama ini tak pernah di luar batas.” “Ibu tahu dia membutuhkan perempuan seperti kamu, bukan perempuan manja yang suka menghamburkan kekayaan orang tuanya,” jelas Ibu bangga. Senyum May hilang, matanya menatap Ibu mertuanya sendu, ia terharu. May sangat beruntung memiliki suami yang luar biasa dan mertua yang penuh cinta. “Semoga May gak bikin Ibu kecewa,” May memeluk Ibu mertuanya. “Kita harus kabarin Ibu kamu May, dia harus tahu kalau kamu sama Ken udah akur,” jawabnya berseri. May mengangguk. Mungkin ini saatnya May membuat semua bahagia. Kini hari-hari May dan Ken penuh bunga nan indah yang memenuhi taman hatinya. Ken sangat romantis, May merasakan indahnya pacaran setelah menikah. Melihat perhatian Ken bahkan dari hal terkecil dalam diri May, adalah kebahagiaan yang tak terkira. Ken merubah May menjadi bidadari saleha, bidadari surga. Tatapan Ken tak lepas dari wajah istrinya itu. Meskipun May tak memakai bedak setebal tembok, tak memakai lipstik merah merona, tak memakai bulu mata anti badai, tak memakai pensil alis dan tak memakai parfum sebotol. Kecantikan May memancar ke seluruh penjuru setiap mata yang memandangnya. Di ruang makan, bersama Bapak dan Ibu, Ken dan May menikmati hidangan istimewa. Itu hal yang biasa bagi Ken dan May, yang tak biasa adalah senyum yang mengembang setiap kali mereka saling tatap, May dan Ken benar-benar sedang terkena virus merah jambu. Pasangan suami istri itu membuat Bapak dan Ibu jadi grogi. Bagaimana tidak, jika mereka harus menjadi obat nyamuk. Hubungan Ken dan May yang saat ini ialah hal yang sejak lama Ibu dan Bapak impikan. Melihat kebahagiaan di wajah itu, sebuah keindahan yang tak ternilai pentingnya. Menyatukan kedua insan yang sejak kecil bertengkar dan tak pernah berdamai memang tak mudah, tapi juga tak akan sulit jika Allah yang berkehendak. Maka yakinlah, berusahalah dan berdoalah. “Makanlah Ken, makanlah May. Kalian bisa pacaran nanti setelah makan,” Ibu tersenyum nakal. “Apaan sih Ibu, ganggu orang pacaran aja, hehe...” Bapak terkekeh. “Siapa?” May tersentak. “Siapa?” Ibu balik nanya. “Siapa yang pacaran?” May penuh selidik. “Ken dan May,” jelas Ibu mantap. Ken tergelak, May tersipu malu. Rupanya saking seriusnya ia menatap wajah suaminya. May tak sadar jika Ibu menggodanya. “Cepetan makan, Sayang. Habis makan kita jalan-jalan, ke mana aja deh. 118 116 Aku gak ke kantor, hari ini waktuku buat kamu seorang.” “Ibu sama Bapak gak diajak?” goda Ibu. “Gaklah, ganggu aja. Haha...” Ken tertawa lepas. Ibu, Bapak dan May tersenyum bahagia. Maka nikmat yang mana lagi yang akan kau dustakan? Kebahagiaan itu nikmat, tapi luka juga nikmat, karena selalu ada hikmah yang dapat dipetik dari setiap kejadian. Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha pengampun lagi maha penyayang. (Q.S An-Nahl : 18). Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya). (Q.S An-Nahl : 53). May bersyukur Allah sangat menyayanginya. Dulu May tampil urakan ataupun kumal. Di mata orang itu bukan tanpa alasan, May tak ingin menghamburkan kekayaan orang tuanya hanya dengan memuaskan keinginan yang belum tentu menjadi kebutuhannya. May lebih bahagia saat Bapak harus banyak menyumbang pesantren dan panti asuhan. May lebih bahagia jika sebagian rezeki Bapak dibagi untuk membangun masjid dan sekolah yang membutuhkan uluran tangan daripada untuk memuaskan keinginan yang tidak ada habisnya. Kecantikan May dipoles keluhuran budi pekerti yang baik dan tulus. May benar-benar cantik luar dan dalam. Itulah yang membuat Ibu dan Bapaknya Ken jatuh cinta pada May sejak lama, ia perempuan berhati mulia. Ketulusan itu ... tak terlihat, semua mampu merasakan.