dua bintang
Dua Bintang

Dua Bintang

Reads
97
Votes
0
Parts
21
Vote
by Titikoma

Epilog

 Tak perlu kata-kata, cinta cukup diungkapkan oleh binar bola mata. Dan dia akan menangkap cahayanya. Tepat di malam akhir Juli ini, Juna datang bersama keluarganya. Ya, setelah mencoba memastikan, dia memang Juna yang selama ini kusesalkan. Sebisa mungkin aku menyelinap dan keluar dari rumah tanpa sepengetahuan orang lain. Aku tidak bisa melihat semuanya. Aku takut merusak kebahagiaan Mbak Nadia. Bahkan, tanpa disadari aku perlahan menjauhi kontak mata dengannya. Memilukan. Masih di tempat yang sama, langit yang sama, dan bintang yang sama. Namun, cahayanya terlihat berbeda malam ini. Mereka lebih terang. Mungkinkah mereka sedang mencoba menghiburku? Atau malah sedang mengolokku? Lagi. Air mata ini kembali menetes tanpa bisa kucegah. Aku mencoba berdamai dengan semuanya, tapi lebih sulit dibandingkan dengan waktu yang telah berlalu. Kupeluk kedua lututku seraya dengan isak tangis yang tertahan membenamkan wajahku di atasnya. Sepertinya, aku harus menjauh dari semuanya. “Manda, sedang apa kamu di sini?” sebuah suara yang selama ini selalu terngiang-ngiang di kedua telingaku terdengar. Aku terpaku sebentar, menyadarkan diri bahwa ini mungkin hanya ilusi. “Manda, kamu sedang apa malam-malam sendirian di sini? Kamu menangis?” Juna dengan aroma parfum yang masih kuingat berada tepat di depanku. “Kenapa kamu malah ke sini?” tanyaku dengan getar suara yang begitu kentara. “Aku mencarimu karena tidak ada di rumah. Kamu baik-baik saja?” “Tak usah mengkhawatirkanku. Bukankah kamu harus melakukan lamaran?” ungkapku dengan tekanan emosi yang tidak bisa kusamarkan. Bodoh. Juna seketika terkekeh. “Bagaimana aku melakukan lamaran jika wanita  yang ingin kulamar berada di sini?” Aku tersentak. “Bukankah kamu akan melamar Mbak Nadia?” “Apa Mamamu bilang aku akan melamar Mbak Nadia?” Aliran darahku membeku seketika. Ya, mama memang tidak pernah menyebutkan soal akan ada yang melamar Mbak Nadia. Dia hanya bicara bahwa salah satu anaknya akan ada yang dilamar. Jadi… “Beruntunglah karena aku sangat peka. Aku tahu kamu mencintaiku. Jadi, aku datang ke sini. Aku hanya memberi pelajaran sekaligus hukuman padamu selama beberapa minggu untuk mengerti bagaimana rasanya rindu. Haha… aku tahu kamu mencintaiku. Sejak malam di pantai itu, bola matamu menceritakan semuanya. Aku benar, bukan?” Juna tertawa renyah. Tawa yang memamerkan gigi gingsulnya hingga wajahnya terlihat manis. “Jadi, bagaimana, Nona Rusellia Allamanda? Apa kamu bersedia menerimaku sekarang?” Kedua pipiku memanas. Aku tidak akan membiarkan diriku merasakan penyesalan yang sebenarnya. Jadi, meski dengan air mata yang masih mengalir aku dengan cepat menjawab, “Ya.” 

--THE END--


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices