
by Titikoma

You’re So Rude
“I can see clearly now, the rain I goes, I can see all obstacles in my way...” suara Jimmy Clif riang terdengar dering meriah dari handphone Android casing ungunya. Kinanti menatap sekilas dan ternyata Bagus Saputera, Kinanti menerima sejenak ke luar ruangan meeting. “Gus sorry aku lagi meeting, nanti aku telepon balik ya... sorry Gus aku ditunggu Pak Andi, bos aku lagi ngebahas produk dengan beberapa supplier. Maaf ya Gus.” Tanpa menunggu jawaban Bagus, Kinanti kembali masuk ke ruang meeting. Bekerja di perusahaan multinasional sebagai fresh graduted dengan gaji dan beberapa fasilitas menuntut profesional kerja yang tinggi. Kinanti sadar bagaimana bundanya yang berkarier mati-matian di waktu lalu juga ayahnya. Dunia kerja dunia uang yang tidak bisa sembrono menjalankannya. Seharian Kinanti terlibat dengan produk baru juga supplier yang akan dipilih dengan Pak Andi sampai jelang malam Kinanti baru bisa pulang. Jam menunjukkan pukul 21.00, Kinanti menunggu taksi di lobi depan dan antara kaget dan senang juga cemas ternyata Bagus sudah tersenyum kecut. “Hmmm begini ya punya pacar wanita karier, sampai janji telepon balik saja lupa!” Bagus pelan tapi aksennya keras terdengar di telinga. “Astaga, maaf Gus... kamu juga nggak ngomong-ngomong sih ke Jakarta?” Kinanti merasa serba salah. “Aduh taksi sudah ada, Gus temani aku pulang ya...” tidak ada pilihan yang lebih baik, Kinanti juga sudah diteleponin bundanya untuk pulang karena sudah larut, jadi lebih baik Bagus ikut bersamanya mengantar pulang. “Kinan kamu setiap hari pulang jam segini? Pantesan kamu makin nggak peduli lagi dengan aku di Yogya?” tanya Bagus dengan nada tidak suka. “Nggak sih Gus, tolong aku capai banget Gus seharian ini meeting ngebahas produk baru dan siapa saja suplier yang akan di pilih.” Kinanti memegang kepalanya yang berdenyut, kali ini Kinanti benar-benar merasa lelah dan sedang tidak berminat ribut dengan Bagus. “Gila ya kamu Kinan! Sepertinya kamu nggak menghargai kedatanganku kemari!” dan sebuah cubitan keras menancap di paha Kinanti. “Aduuh sakit! Kamu kenapa sih?” Kinanti mengibaskan pahanya yang memakai rok selutut, sepertinya Bagus memang sangat kesal sampai pahanya yang tertutup rok menjadi sasaran cubitan. “Eeegh ini juga rambut kenapa kamu pendekin tanpa ngomong-ngomong!” Bagus menarik kucir asal Kinanti kasar. “Aduh,” Kinanti kembali mengaduh, tapi rasa penat membuat Kinanti tidak ingin mendebatnya, apalagi ini di taksi. Nggak etis rasanya dilihat orang lain kalau dia harus marah-marah. Hatinya benar-benar sakit, ternyata Bagus sudah tega main tangan. Hanya gara-gara dirinya seolah sengaja mengabaikan Bagus dan tidak perhatian lagi. Bagaimana mau terus memperhatikan Bagus di Yogyakarta, pekerjaan, dan kemacetan saja setiap hari sudah membuatnya lelah. “Gus maaf aku benar-benar nggak bermaksud mengabaikan kamu, cuma kamu datang tanpa kabar dan di waktu yang tidak tepat.” Kinanti berusaha membela diri. “Alah alasan… memang kalau aku beri tahu kamu akan menyempatkan diri juga apa! Dan satu lagi! Kenapa kamu tidak jujur tentang Jaka?” kali ini mata Bagus terlihat melotot dan meruntuhkan sendi-sendi kekuatan Kinanti. “Jaka, memang kenapa dengan Jaka?” “Kamu nggak merasa jadi cewek pengganggu antara Jaka dan Evi? Jaka dan Evi diambang putus! Gara-gara kamu Kinan!” “Aku? Aku nggak ada apa-apa dengan Jaka, memang aku satu kantor tapi kita beda devisi dan bahkan aku sempat ngobrol agak lama hanya selepas aku interview. Setelah itu kita tidak lagi bertemu karena... karena ya ampun Gus kerjaan aku padat sekali! Terus kenapa aku bisa dituduh menghancurkan hubungan Jaka dan Evi?” “Seminggu lalu aku ketemu Evi di kampus, nggak sengaja! Terus Evi cerita kamu ternyata satu kantor dengan Jaka dan jujur… aku kaget karena kamu tidak cerita sama sekali. Kedua Evi kesal karena Jaka sebentar-sebentar membandingkan dirinya dengan kamu Kinan! Apa aku bilang… Jaka itu suka dari pertama melihat kamu di KKN! Kamunya saja yang terlalu lugu.” “Kalaupun Jaka suka dengan aku, aku tidak ada apa-apa dengan dia. Evi nggak seharusnya cemburu buta, juga kamu Gus!” Kinanti agak kaget juga dengan cerita Bagus tentang Evi pacar Jaka yang menaruh rasa cemburu tanpa alasan sebenarnya. “Kamu Kinan! Semakin pintar ngomong nutupin kesalahan kamu di belakang aku dan Evi!” Bagus kembali menjambak rambut Kinan saking geramnya. “Aduh, terserah kamulah Gus! Sekarang terserah apa maumu!” Kinan menutup mukanya yang menangis. “I can see clearly now, the rain I goes, I can see all obstacles in my way...” suara Jimmy Clif riang terdengar dering meriah dari telepon genggam Kinanti. Tampak layar nama “Bunda Tersayang” Dengan kasar Bagus merebut dan mematikan telepon genggam Kinanti, bahkan memasukkannya ke dalam tas ransel, juga dompet Kinanti pun disitanya. “Gus… mau kamu apain hp dan dompet aku?” Kinanti mendadak lemas. “Bang berhenti!” Bagus meminta sopir taksi berhenti dan tanpa basabasi langsung meninggalkan Kinanti begitu saja. Kinanti speechless, bekas cubitan dan jambakan tidak seperih luka hatinya, tapi sungguh antara benci dan cinta masih bersemayam di hatinya. Kinanti masih mencoba memahami Bagus yang tampak kesal tak berdaya karena mungkin kesal dengan kuliahnya yang tak kunjung kelar atau skripsinya yang belum juga di acc untuk proposalnya. Kinanti tidak bisa memantau kemajuan akademisnya karena setiap ditanya Bagus selalu mengelak dan menghardiknya dengan kata-kata kasar. Kinan meminta sopir taksi menunggu, dia berlari ke dalam rumah untuk meminta uang ke bunda atau Kak Melati. “Kinan, kamu kenapa? Rambut kamu acak-acakan dan kamu habis nangis?” Bunda Sari tampak khawatir dengan Kinan yang biasanya pulang tetap rapi tapi sekarang acak-acakan. “Bun, Kinan kecopetan… dompet dan hp dibawa pencopet, untung ada taksi yang menolong Kinan, sekarang taksinya belum dibayar.” Kinan berbohong agar Bagus yang di awal memang tidak mendapat simpatik bunda karena tidak lulus bareng dengannya tetap terjaga nama baiknya, bagaimanapun Kinanti tidak mau memperkeruh keadaan kalau menangis meraung-raung dan melaporkan kejadian sebenarnya. Sudah pasti malam itu juga cintanya kandas. Sepertinya mama tak menaruh curiga apa pun, mama sendiri juga yang keluar membayar uang taksi. Dan malam itu menjadi mimpi buruk Kinanti akan cinta keduanya. Lebih mengecewakan Bagus berani main tangan dan merampas hp juga dompetnya.