Melupakan

Reads
78
Votes
0
Parts
17
Vote
by Titikoma

Jalan Itu

 Dan pagi ini ... Sepertinya memang akan berubah sesuai yang Agatha impikan. Kemarin siang ada surat panggilan untuk audisi menjadi model majalah remaja. Agatha yakin untuk bisa kembali hidup mewah seperti waktu lalu adalah bekerja yang banyak menghasilkan uang. Dan Agatha yakin sekali kalau dirinya dengan fisik yang sempurna untuk menjadi model, sepertinya bukan hal yang tidak mustahil. Pagi ini adalah pagi tercerah setelah enam bulan terasa terpuruk dengan perceraian papa dan mamanya. Novel-novel Agatha Christie sudah hampir semua sepertinya dibaca dan memenuhi otak di kepalanya dengan berbagai kasus penyelidikan. Saatnya untuk kembali ke kehidupan yang sesungguhnya. Kehidupan enam bulan lalu saat apa yang diinginkan mudah didapat. Dan jalan menjadi model, itulah jalan yang Agatha anggap terbaik. Agatha berangkat ke sekolah dengan ojek online dengan hati riang, sejak tak ada papa maka tak ada juga mobil mewah yang selalu mengantarnya ke sekolah. Awal banyak teman-teman yang mencibirnya, beberapa teman yang tadinya sangat baik setelah dirinya tidak lagi bisa bermewah-mewah menjauhi. Agatha baru sadar ternyata tidak selamanya teman baik akan menjadi teman sejati. Karena teman sejati adalah teman yang selalu di samping kita saat kita tengah jatuh sekalipun. Agatha ingin segera pelajaran Biologi berakhir, ya jam tiga sore ini dia sudah harus sampai ke Majalah Falia. Majalah remaja yang banyak melahirkan model-model ternama. Berawal dari model cover akan bisa merambah ke dunia sinetron, film, model iklan, model catwalk atau peragawati. Dan hasil kerja di sini imbalannya adalah pendapatan yang besar. Sudah beberapa desainer waktu lalu saat dirinya hidup bak putri raja menawari untuk terjun dunia model. Tapi papa melarang dan Agatha pun berpikir buat apa kerja capai-capai kalau papa saja sudah memenuhi apa yang dia minta.  Saat ini sepertinya Agatha memang harus bekerja demi mengembalikan kemewahan yang sudah tidak bisa dia dapatkan lagi dari papa yang memanjakan. Ya papa lebih memanjakan istri baru tentunya. Bila ingat itu Agatha merasa sakit hati dengan papa yang tega membuang dirinya, mama dan Kak Andi. Ingin rasanya Agatha melabrak istri baru papa dan meminta papa kembali dengan mama. Tapi apalah arti semua itu, karena papa dan mama terlebih dahulu sudah mengambil keputusan yang mereka anggap terbaik. Bercerai!  Agatha segera memberesi buku cetak biologi dan buku catatannya, dari tadi dia sebenarnya sudah tidak terlalu bisa konsentrasi mengikuti pelajaran. Janji jam 15.00 ketemu dengan tim pemotretan majalah Falia ternyata membuat dirinya deg-degan. Bagaimanapun ini akan menjadi pengalaman pertama kali dirinya memulai bekerja sebagai model. Agatha tidak peduli lagi larangan papanya, menurut Agatha papanya juga tidak lagi peduli dengan dirinya. Lagi-lagi hanya istri baru yang papa pedulikan. Rasanya tidak penting lagi untuk meminta izin pada papa kalau dirinya akan terjun di dunia model. Untung ojek online segera datang karena sudah pukul 14.15 dan janjian pukul 15.00. Agatha was-was saja jalanan macet dan tidak bisa datang tepat waktu. Walau Agatha tidak pengalaman dunia model sama sekali, tapi tepat waktu datang adalah hal yang penting. “Ayo Pak cepetan agak ngebut, kurang sepuluh menit lagi ini janjian dengan orang majalah,” teriak Agatha dari balik helem. Dirinya takut kalau janji pertama tidak tepat waktu akan membuat kecewa pihak Majalah Falia. “Iyaaa Neng ini juga sudah ngebut, gak takut apa Neng saya udah ngebut banget,” jawab pak ojek online dengan tancap gas lebih cepet, membuat Agatha sepontan tambah kenceng pegangan besi di boncengan motor belakang. “Berapa Pak ... cepetan ...” Agatha mengeluarkan uang dua puluhan dan sepuluh ribuan, tadi perkiraan habisnya dua puluh lima ribu berapa rupiah ... “Dua puluh lima ribu lima ratus Mba,” kata pak ojek online sambil membuka helm menghapus keringat, sepertinya mengebut membuat dirinya jadi berkeringat banyak. “Ya udah Pak, kembaliannya dibawa aja ... udah kurang lima menit saya janjian,” Agatha segera melepas helm dan lari tergesa-gesa memasuki sebuah perkantoran yang terletak di lingkungan banyak bangunan kantorkantor juga. Tergesa-gesa Agatha membuka pintu kaca dan tiba-tiba, ”Bruuuk!” dirinya menabrak sosok tubuh yang tidak terlalu jangkung tapi cukup berdada bidang dengan memakai jaket jeans dan topi nike. “Aduuuh maaf-maaf Mas, saya tergesa-gesa mau ketemu Mba Lita ...” Agatha memegang lengannya yang juga pegal karena tubrukan barusan. Cowok berwajah lumayan ganteng hanya tersenyum sekilas sambil berkata, ”It’s oke gak apa-apa.” Agatha menuju resepsionis dan disambut ramah oleh gadis muda yang sepertinya terpaut beberapa tahun saja dengan dirinya. “E ... maaf Mba saya ada janji dengan Mba Lita, apakah ada Mba Litanya?” tanya Agatha berusaha bersikap tenang, sepertinya tubrukan barusan menambah hatinya yag deg-degan jadi tambah berdebar. “Sudah buat janji ya Mba dengan Mba Litanya?” tanya resepsionis berwajah cantik. “Iya sudah Mba, saya Agatha yang diminta untuk foto buat cover majalah,” jawab Agatha tergesa. “Baik Mba Agatha, oh iya calon untuk pemotretan jam tiga sore ini ya? Janjian Dengan Mba Lita dan Mas Dion ya. Sebentar saya info ke Mba Lita ya ...” “Mba Lita ... ada janji dengan Mba Agatha ya jam tiga?” tanya resepsionis yang menghubungi via dirrect line Mba Lita sepertinya. “ ...” “Baik Mba ...” ucapan resepsionis sambil menutup telepon. “Mba Agatha tunggu ya, Mba Lita menuju kemari.” “Baik Mba, terimakasih.” Dan tak menunggu beberapa lama muncul sosok wanita yang masih muda dengan mengenakan jeans dan atasan putih dengan blazer biru dongker. “Hai Agatha, saya Lita ... iya saya melihat foto yang kamu kirim untuk mengikuti audisi cover majalah kami dan wow ternyata kamu lebih cantik daripada di foto. Oh ya ... cover majalah untuk terbit bulan depan, tapi pemotretan dimulai sore ini. Bagaimana? E ... e ... kira-kira kamu keberatan atau tidak?” tanya Mba Lita tanpa banyak basa-basi. “Tentu ... tentu ... ini kesempatan baik buat saya, baiklah Mba Lita ... terimakasih buat kesempatannya,” jawab Agatha agak bergetar. Dirinya hampir tidak percaya akan menjadi gadis sampul Majalah Falia. Ya walau saat ini tak lagi begitu banyak yang menyukai majalah karena sepertinya semua mulai beralih ke majalah digital, tapi setidaknya ini bisa menjadi jalan baginya untuk mengenal dunia model lebih jauh. Dan yang terpenting jalan menjadi model adalah jalan untuk bisa mengembalikan kehidupan mewahnya yang terenggut. Menjadi model juga satu cara melanggar aturan yang waktu lalu papa larang, tapi peraturan itu sungguh sudah tak ada artinya lagi setelah semua usai di meja perceraian. Lagipula sudah jelas papa memilih istri mudanya, jadi usai juga peraturan yang papa buat bagi dirinya.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices