
by Titikoma

Demitri
“Wah siapa tuh yang anterin Agatha?” tanya Roland yang tengah duduk di samping Demitri yang juga tengah membaca buku diktat. Tanpa Roland kasih tahu dirinya juga sudah melihat sebenarnya saat Agatha dengan senyum hangat menyerahkan helm pada cowok yang sepertinya sudah jauh lebih matang dari mereka yang masih kelas sebelas. “Demi sepertinya keinginan kamu menjadi pacar Agatha tidak mudah membalikan telapak tangan deh! Lagian kamu sih takut ngomong cinta sama Agatha, disamber lah tuh cewek!” goda Roland, yang tanpa terasa membuat hati Demitri jadi panas. Demitri mencegat Agatha dan menjejeri langkah Agatha menuju kelas mereka. Agatha dan Demitri duduk di kelas sebelas IPA. Sama-sama ingin menjadi dokter, dan berdua sama-sama menjadi bintang kelas. Kalau ranking satu dipegang Agatha maka ranking dua dipegang Demitri. Demitri menyukai Agatha, sayang sekali Agatha tidak memberikan perhatian yang sama seperti Demitri. Sebenarnya Demitri juga ganteng, pintar, dan kaya tapi sepertinya tidak cukup untuk membuat Agatha suka kepadanya. “Agatha, eee tadi siapa yang mengantar kamu?” tanya Demitri hati-hati takut menyinggung perasaan Agatha. “Ooo tadi Kak Dion, fotografer Majalah Falia. Kemarin dia motret aku untuk cover Majalah Falian bulan depan,” jawab Agatha cuek. “Cover? Kamu jadi model sekarang?” Demitri kaget dengan jawaban Agatha barusan. “Iyaaaa Demi, aku memutuskan menerima pekerjaan sebagai model cover Majalah Felia! Cuma model cover doang! Kenapa? Ada yang salah?” Agtaha terkadang suka sebel dengan sikap keingintahuan Demitri yang besar. “Kamu melanggar larangan papa kamu kalau gitu, kamu sudah izin belum?” tanya Demitri lebih lanjut. “Izin? Harus ya?” ulang Agatha sebal. “Iyalah, walau papa kamu sudah tidak serumah tapi kan kamu bisa komunikasi dengan beliau? Setidaknya minta izin?” Saran Demitri. “Enggak penting dan enggak perlu. Sudah enggak usah dibahas ya Demi!” Agatha mendadak sebal. Pagi yang menyenangkan harus rusak dengan ke-kepoan dan saran Damitri. Demitri memilih diam karena kalau sudah marah, bisa berhari-hari Agatha tidak mau menyapanya. Dan Demitri tidak bisa jika dalam satu jam saja tidak menyapa Agatha atau mencuri pandang lama wajahnya yang putih tirus. Sebenarnya Demitri merasa prihatin dengan nasib Agatha, tapi kadang kita anak-anak tidak bisa memilih dan meminta agar kedua orang tua kita untuk selalu bersama. Kita tidak tahu ada masalah apa yang sebenarnya sehingga membuat mereka harus berpisah. Demitri mengenal Agatha sejak kelas tujuh dan sudah hampir lima tahun saling mengenal, tapi Agatha tidak pernah tahu kalau dirinya sangat menyayanginya. Agatha ingin jadi dokter dan masuk IPA maka dirinya juga ikutan, selain memang ayah ibunya juga seorang dokter. Demitri tahu kalau Agatha yang sangat dekat dengan papanya, ingin sekali bisa mewujudkan mimpi papanya. Papa Agatha ingin gadis kesayangannya bisa menjadi dokter yang akan banyak membantu masyarakat di kesehatan. Demitri juga prihatin kenapa Papa Agatha bisa tergoda dengan wanita lain, sehingga menghancurkan hati Agatha. Sampai-sampai Agatha akhirnya melanggar aturan keras papanya yang melarang Agatha menjadi model. “Agatha ... Agatha ... semoga Dion yang kamu sebut-sebut tadi tidak mengecewakanmu, walau kamu tidak suka dengan aku dan kamu merasa nyaman dengan cowok tadi semoga kamu bahagia ... aku tahu setelah papamu tidak lagi di berasama keluarga kalian, kamu berhak bahagia ...,” ucap Demitri sendiri dan tak ada yang tahu doa terbaik dirinya. Demitri hanya menyukai dalam hati, dia tidak punya keberanian untuk mengatakan kepada Agatha, entahlah kenapa terlalu sulit untuk hanya sekedar mengatakan ...”Agatha aku menyukaimu ...” Sehingga Agatha tahu, kalau Demitri suka padanya.