
by Titikoma

Dekat
Dion selalu mengingatkan hal-hal yang baik pada Agatha dan Agatha menyadari kalau cowok berwajah tenang ini selalu mengalirkan rasa hangat yang menyenangkan. Hubungan merekapun baru berjalan dua bulan. Dion bagai sosok magnet yang menarik hati Agatha. Dion adalah cinta pertama bagi Agatha, walau tak ada kata cinta terucap dari bibir Dion, tapi buat Agatha Dion first love. Dion juga menasihati Agatha untuk tetap menjaga hubungan baik dengan papa nya walau papa sudah mengecewakan hatinya. Sebagai seorang anak harus tetap hormat dengan kedua orang tua walau apapun keadaan mereka. “Janji ya habis pemotretan produk vitamin besok, kita mengunjungi papa kamu ...,” ajak Dion pada Agatha kemarin. Agatha sesaat terdiam, “Eee gimana ya ..., males sih akunya ...” “Agatha enggak baiklah marah dan dendam dengan orang yang sudah membuat kamu ada di dunia. Pokoknya Kak Dion enggak suka kalau kamu masih membenci papa kamu. Tak selalu sempurna menjadi orang tua, suatu saat nanti kita juga akan jadi orang tua jadi cobalah memposisikan bila kita yang jadi orang tua,” nasihat Dion yang membuat Agatha memilih untuk tidak berdebat lagi. Selain menasihati untuk tetap berhubungan baik dengan papanya, Dion juga menasihati untuk tidak silau dengan dunia glamour model. Harus tetap memprioritaskan belajar dan menggapai apa yang dicita-citakan. “Janji ya habis pemotretan produk vitamin ini, ketemu papa ya ... “ ulang Dion memastikan lagi. “Hmmm, aku pikirin lagi ya Kak? Boleh enggak sekarang aku fokus ke acara pemotretan dulu?” pinta Agatha. “Baiklah ...” Dion membelai rambut Agatha yang panjang agak memerah. “Aku masih nervous untuk pemotretan besok, aku takut tidak bisa maksimal Kak?” lanjut Agatha. “Tenang saja Kakak sudah beberapa kali terlibat kerjasama dengan mereka. Baju yang dipakai juga sopan-sopan. Kakak akan menjaga kamu, tenang saja ya ...” Ada Dion serasa ada papa di dekatnya kembali, dan Agatha ingin malam segera berganti siang saat Dion mau menjemputnya setelah pelajaran Biologi. Pagi Dion tidak menjemputnya karena akan ke bengkel, ada yang harus dibetulkan katanya. Demitri yang duduk di belakang Agatha memperhatikan Agatha yang sepertinya tidak terlalu konsentrasi dengan pelajaran Biologi pak Heru. Sebentar-sebentar Agatha melihat jam tangannya. Agatha kamu kenapa sih, dari tadi duduk gak tenang... bisik Demitri sambil menyentuh pundak Agatha. “Issh apaan sih Demit. Kepo!” Agatha tidak suka Demitri menendang kursi dengan kakinya. Begitulah Agatha kalau lagi kesal memanggil Demitri menjadi “Demit” alias Setan. “Hiii galak amat sih, kamu itu! Buat aku jadi ikutan enggak konsentrasi dengan pelajaran Pak Heru,” bisik Demitri keki. “Iya nih gak kelar-kelar, mana aku ada pemotretan! Jangan-jangan Kak Dion udah jemput aku di depan,” gerutu Agatha. “Ooo pantesan mau pemotretan dan bareng cowok itu,” sindir Demitri sebal. “Cowok itu-cowok itu, namanya Kak Dion. Sopanan dikit ya Demit!” Agatha mendelik tajam dengan cowok yang memperlihatkan wajah tidak suka. “Agatha! Demitri! Ada yang sibuk dibicarakan! Dari tadi kalian malah sibuk berdebat. Ada apa Agath! Demi!” Teriak pak Heru yang paling tidak suka kalau sedang pelajaran ada yang ribut. Agatha mendadak diam, demikian juga Demitri berusaha menahan diri untuk tidak kepo lagi. Tidak dapat dipungkiri hatinya merasa tidak terima setelah hampir dua bulan Agatha tidak sempet banyak ngobrol lagi, walaupun yang diobrolin seputar pelajaran dan sesekali juga keluarga. Demitri tahu kekacauan setengah tahun karena mama papanya berpisah. Terlebih Demitri kaget karena Agatha memilih jadi model juga, yang lebih membuat Demitri kesal tidak sekalipun Agatha bercerita lagi dirinya memutuskan menjadi model. Agatha yang dia kenal dekat sepertinya setelah mengenal Dion menjadi pupus seketika harapan Demitri melangkah jauh. Dirinya tidak berpeluang sama sekali untuk bisa dekat dan lebih dekat. “Teeet ... teeet ....” bel sekolah yang ditunggu-tunggu Agatha sedari tadi. Agatha segera memberesi buku-bukunya dan tidak peduli dengan tatapan Demitri yang ingin tahu kenapa Agatha begitu terburu-buru. Agatha segera berlarian dan Demitri yang ingin tahu lebih banyak akan kemana dan dengan siapa, ikutan tergesa-gesa mengejar sosok Agatha. Agatha kecewa sampai di dekat pintu gerbang sekolah tak kelihatan Dion. Saat mau berbalik ada suara yang memanggilnya. “Agatha, aku di sini ...” ternyata Dion tidak memakai mogenya, tapi mobil Freed putih yang baru pertama kali Agatha tahu. Di balik kaca setir Dion memanggil agak keras. Selama ini Dion selalu memakai mogenya. “Ayo jalan, kamu sambil makan di mobil saja ya ... sudah Kakak belikan KFC kok,” Dion menyodorkan langsung dua kotak paket KFC. Agatha langsung lari mendekat dengan lega, ini pemotretan kedua dan tidak mau datang terlambat seperti biasa dirinya ingin menjadi orang yang disiplin. Dion melirik Agatha yang melipat tangannya di atas tasnya. Kotak KFC nya belum disentuh. “Kenapa Agatha, kok diam ...” Ternyata dari balik spion mobil, Agatha melihat Demitri yang ternyata tengah menatap dirinya berlalu dari kejauhan. Hatinya merasa bersalah, tadi sepertinya dia jutek sekali dengan Demitri. Agatha tersadar hampir dua bulan ini dia sudah jarang sekali ngobrol dengan Demitri bahkan tidak terbuka akan kegiatan dia yang baru jadi model. Kaget juga waktu lalu Demitri membawa Majalah Felia ke sekolah ... lalu memberikan majalah tersebut pada dirinya. Sepertinya adik Demitri berlangganan majalah remaja ini. Menurut Rika, Demitri ada hati buat dirinya, tapi entah kenapa hati Agatha tak menyukai Demitri yang sekaligus rival setiap peraihan ranking di kelas. Demitri ganteng, tinggi, jago basket, papa mamanya dokter, dan baik. Tapi hatinya benar-benar tercuri hanya dengan Dion sejak pertama kali pemotretan untuk Majalah Falia. Dalam sosok Dion dirinya menemukan kehangatan sementara saat bersama Demitri hanya merasakan persahabatan saja. “Haaaaai! Haaaai! Dari masuk mobil kok bengong sih! Ada yang dipikirin pasti ... Kakak tahu kok,” kata Dion. “Apaaa?” Agatha membalikan wajahnya ke samping memandang Dion yang tengah konsentrasi kembali ke jalanan. “Tadi teman kamu yang ganteng ngikutin kamu saat keluar gerbang, makanya Kakak di mobil saja,” jawab Dion tenang. “Hmmm iya tuh Demit! Dari tadi kepo mulu! Sampai-sampai kita ditegur Pak Heru gara-gara Demit tanya mulu kenapa aku duduk enggak tenang. Mau aku riweh atau tenang, bukan urusan dia sebenarnya!” ucap Agatha bete. “Enggak boleh gitu ... Demitri itu baik,” kata Dion lanjut. Dion tahu kalau Demitri sebenarnya suka dengan Agatha, bagaimanapun sesama cowok yang sama-sama menyukai Agatha, Dion sadar hal itu. Entah kenapa dalam hatinya, dirinya ragu untuk mengatakan perasaan yang sesungguhnya. Ini semua berhubungan dengan setahun lalu tentang dirinya sendiri ... “Ya sudah, makan Agatha ... nanti ayamnya nangis dianggurin aja,” Dion berusaha mencairkan suasana yang mendadak diam. Agatha membuka kotak nasi ayamnya. Bau ayam KFC menguap mengalahkan wangi mobil Dion. “Aku kira Kakak belum jemput soalnya motornya enggak kelihatan.” Agatha mencium harumnya ayam goreng cepat saji favoritnya juga. “Iya kali ini kita jalan agak jauh dan lihat cuaca ekstrim ... sekarang panas bisa saja tiba-tiba turun hujan.” Jelas Dion alasan dia memakai mobilnya. “Oh ....” “Makanya tadi Kakak ke bengkel dulu sekalian service mobil.” “Kak ini buat aku semua ...?” Agatha menikmati ayam KFC nya. “Enggak itu buat Si Demit!” jawab Dion ngeledek. “Apaan sih, ayo makan Kak ... A ... ayo a ... aaaaaa ...,” Dion kaget, enggak nyangka kalau Agatha akan menyuapi dirinya. Dan sepertinya Dion juga tidak bisa menghindar tangan Agatha sudah di depan mulutnya. “Iyaa ....” Dion membuka mulutnya. Sepertinya wajah dia memanas. “Agatha tersenyum senang, nah gitu makan dong Kak! Nanti tambah kurus deh!” goda Agatha yang melihat wajah Kak Dion memerah karena keberaniannya menyuapkan nasi ayam ke mulut Kak Dion. Hatinya deg-degan takut Kak Dion menolak dan marah, tapi sebaliknya malah melihat wajah Kak Dion yang memerah entah apa yang dirasakan, Agatha pun tak mengerti. Dan selanjutnya Kak Dion lebih tenang saat Agatha menyuapkan nasi ayam suapan kedua, ketiga dan seterunya. “Habis deh, enak ya makan bareng,” ucap Agatha polos. Dan perjalanan Bukit Golf menuju daerah Sentul yang biasa dijadikan lokasi pemotretan untuk berbagai iklan rasanya menyenangkan buat Agatha dan Dion.