
by Titikoma

Prolog
Rasa aneh sudah sembilan bulan lenyap, ntah mengapa kini kembali
menyusup di sudut hatiku. Aku sendiri heran dari sekian ratusan juta
bahkan miliaran pria di dunia, kenapa harus dia yang memiliki kunci
hatiku? Aku sudah berusaha semaksimal mungkin menghindari dia,
bukannya menghilang cinta itu semakin mendekat dan menguat di hatiku.
Aku harus bagaimana?
Andai Doraemon benar ada di dunia, akan kudatangi walau di belahan
bumi manapun. Aku ingin minta Doraemon untuk mengeluarkan alat
ajaib yang mampu menghilangkan rasa bersarang di hati dalam waktu
singkat. Aku benci dengan perasaan itu, sebab bisa menenggelamkanku
dalam luka lama.
Aku merasakan seseorang menyentuh pundak, sesaat menoleh ke
sebelah kanan. Ternyata Maretha Agnia, sahabat yang tak pernah lelah
membantuku. Tanpa dia aku tak akan bisa bertahan di Jerman selama
satu tahun. Aku menjadi novelist best seller internasional pun berkat
meminjam namanya.
“Lu ngapain bengong di depan laptop? Mikirin dia lagi?”
Pertanyaan dia hanya kujawab dengan satu anggukan kecil. “Masalah lu
sebenarnya simpel, lu cukup mengakui bahwa lu cinta sama dia.” Maretha
memang jago dalam menasehati orang yang sedang dilanda kegalauan
cinta.
Aku mendesah napas berat. “Mengakui cinta itu nggak sesimpel yang
kamu bayangkan, Ret. Akan ada bahaya besar siap merebut apa yang
kumiliki sekarang jika aku melakukan itu.”
“Huft, susah juga kalo gitu. Berarti lu nggak ada pilihan lain selain pasrah
dengan takdir. Gue selalu yakin pada akhirnya cinta tak akan pernah bisa
menyakiti siapapun.”
Aku terdiam. Apa yang dikatakan Maretha ada benarnya. Aku tak punya
pilihan lain selain pasrah pada takdir.