by Titikoma
6. Bertemu Tuyul Cakep
Lidya masih berkutat dengan mantra-mantra yang sudah sangat ia hafal. Tidak berapa lama kemudian muncullah sesosok makhluk kecil namun bertubuh kekar dengan berpakaian necis ala rock ‘n roll juga kacamata hitam yang bertengger di atas hidung mancungnya. Makhluk tersebut semakin mendekati Lidya yang masih saja berkomat-kamit seraya memejamkan kedua matanya.
“Hei, Bos!” suara bass makhluk yang tingginya seperti anak kecil berumur tiga tahun itu membuat aktivitas Lidya terhenti dan matanya segera terbuka.
“Dateng juga lu,” Lidya menolehkan wajahnya ke sumber suara.
“Oke, Mandala. Gue punya tugas buat lu. Gue butuh uang buat bayar preman yang tadi gue pakai jasanya. Jadi malam ini lu harus kerja buat gue!” perintah Lidya pada makhluk yang ternyata bernama Mandala itu. Mandala termasuk jenis tuyul yang paling keren dan gaul. Apalagi ia sangat rajin bekerja sehingga ia pun menjadi tuyul paling kaya di kalangannya.
“Oke, Bos! Yang penting jangan lupa sesajen buat gue, malem ini gue pengen minum susu murni ya, Bos!” Mandala tersenyum menampakkan lesung pipit di kedua pipinya, menambah kesan keren yang sudah melekat pada dirinya.
“Iya...” Jawab Lidya dengan datar, “Sudah gue beliin susu sapi murni khusus buat lu.”
“Dinginin di kulkas ya!” cengir Mandala membuat behel giginya terlihat dengan jelas. Lagi-lagi Lidya harus melakukan kemauan tuyulnya yang super duper banyak permintaan itu.
“Iya, nanti sekalian gue simpen di freezer susunya.”
“Jangaaaan! Gue gak suka kalau terlalu dingin.”
“Iyaaa! Sudah sana kerja. Bawel deh, lu!” semprot Lidya pada Mandala yang hanya menanggapinya dengan senyum dan segera beranjak dari kamar Lidya. Ia segera mengerjakan tugasnya sebagai seorang tuyul buyut.
Baru saja kakinya beranjak keluar dari kamar Lidya, ia melihat sosok yang ia ketahui bernama kuntilanak. Kuntilanak yang penampilannya berbeda ini mampu membuat hatinya berdebar sangat kencang. Ia segera menghampiri sosok yang masih mematung memandangi pigura yang terpajang di dinding ruangan tersebut. Bisa terlihat sorot mata kesedihan yang terpancar dari tatapan perempuan itu.
“Kalau mau nangis, nangis aja jangan ditahan begitu,” kuntilanak yang ternyata adalah Reisha segera mencari arah dari sumber suara. Ia celangak-celinguk mengedarkan matanya mencari-cari sumber suara yang barusan ia dengar, namun tidak ada satu sosok apapun yang ia lihat.
“Perasaan tadi ada suara, tapi kok gak ada orangnya. Dari mana tuh sumber suara?” celetuk Reisha. Ia segera melihat lagi foto dirinya dengan Lidya yang masih terpajang di ruang tamu rumah Lidya.
“Di sini!” Mandala berteriak agar dapat terlihat oleh Reisha.
“Tuh ada suara lagi. Mana sih?” Reisha kembali mencari-cari sumber suara di sekelilingnya. Akan tetapi matanya tidak juga menangkap sosok selain dirinya, segera saja ia melangkahkan kakinya menuju kamar Lidya, menuju tujuan utamanya ke rumah Lidya yaitu untuk menampakkan dirinya dan menuntut balas karena telah membuatnya seperti ini. Belum lagi genap dua langkah kakinya yang melayang telah tersandung oleh sesuatu sehingga membuat tubuhnya tersungkur beberapa meter ke depan.
“Aduh!” jerit Reisha, “Untung gue sudah bisa melayang, jadi jatuh pun gak bikin sakit.” gumam Reisha.
“Aduuuuh! Lihat-lihat dong kalau jalan. Gue sudah ngomong dari tadi gak kelihatan juga sama lu, ya ampuuuun, capek deh!” Reisha segera menolehkan wajahnya ke belakang tubuhnya yang masih terbaring. Matanya menangkap sosok yang belum pernah ia lihat. Sesosok anak kecil namun memiliki wajah dewasa yang begitu ganteng melebihi gantengnya Edward, bahkan Brad Pitt kalah ganteng sama anak itu, pikir Reisha.
“Ya ampun, sorry!” Reisha segera berdiri dan menghampiri makhluk yang barusan ia tabrak.
“Adik gak apa-apa, kan?” tanya Reisha memastikan keadaan makhluk yang ia kira adalah hantu anak kecil.
“Adik?” Mandala mengerutkan keningnya, “Gue itu di dunia tuyul sudah ratusan tahun!” sambungnya, membuat Reisha bingung.
“Kok masih kecil begini?” Reisha menggaruk-garuk kepalanya yang sebenarnya tidak gatal.
“Gue ini tuyul. Makanya berapa pun umurnya, gue akan tetap kelihatan kecil, imut, keren, ganteng!” cengirnya membuat Reisha tidak kuasa menahan tawanya.
“Lucu ya lu. Hehehe…” ujar Reisha.
“Lu juga lucu. Rambut lu bikin lu tambah cantik, imut.” Mandala membuat pipi Reisha yang pucat sedikit bersemu.
“Rambut gue gimbal begini apanya yang bagus?” Reisha memainkan rambut gimbalnya.
“Lu jadi berbeda dari kuntilanak yang biasa gue temui. Nama lu siapa?” sepertinya Mandala sudah mulai terpikat oleh Reisha.
“Reisha. Lu siapa?”
“Ehem…” tuyul itu menggesar letak kacamatanya sehingga kini kacamatanya itu bertengger di atas kepalanya.
“Kenalin, gue tuyul buyut paling keren, imut, ganteng dan pastinya kaya. Nama gue Mandala,” ucapnya dengan bergaya narsis. Reisha terkekeh melihat tingkah tuyul yang satu ini. Baru kali ini ia menemukan teman yang begitu narsis dan lucu.
“Lucu banget sih, lu. Nama lu juga kaya host termehek-mehek!” ujar Reisha masih sambil tertawa.
“Iya dong. Gue gitu lho! Tuyul buyut paling lucu seantero dunia dedemitan. Kalau soal nama mungkin nyokap gue pas hamil gue karena dia ngefans ama host termehek-mehek kali ya?” cengirnya pada Reisha membuat kesedihan Reisha menguap seiring tawanya yang kian terdengar sangat ceria. Sekarang mereka berdua malah asyik berbincang-bincang dan tertawa bersama di ruang tamu Lidya. Sepertinya mereka lupa akan urusannya masing-masing.
Reisha dan Mandala begitu asyik ngobrol sampai mereka lupa waktu. Tak terasa waktu telah menunjukkan pukul jam 03.00 pagi. “Gue pulang dulu ya, Mandala.”
“Yaah... kok pulang? Padahal kan lagi asyik banget ngobrol sama kamu,” Mandala agak kecewa.
“Udah paaagiii... gue takut ada orang lihat,” sambil nyengir Reisha berkata. “Laahh... kok takut? Bukannya orang yang harus takut sama kita?” tanyanya. Alis Mandala agak terangkat.
“Oh... gitu ya... maklum setan baru. Entar lo mampir aja ke pohon beringin taman. Di situ gue and the gank tinggal.”
“Sip deh,” dengan senyum penuh kecewa Mandala membalas. “Ya udah deh. Dadah....” sambil terbang Reisha berkata. Mandala pun pergi mencari uang yang diperintahkan oleh Lidya.
@@@
Reisha begitu senang, hatinya berbunga-bunga, matanya berbinar-binar. Begitu senangnya dia kesambet setan cinta, kekuatan Reisha lolos kontrol sehingga melebihi SKHI, Standar Kekuatan Hantu Indonesia. Tubuhnya mulai nampak jelas sekali. Benda-benda dapat disentuh olehnya, dan... berrrtt...
“Oh no…” Reisha tersangkut di kabel listrik yang penuh dengan tali layangan yang putus. Rambutnya terbelit di antara tali layangan yang putus dan kusut, tangannya terjepit di antara kabel. Yang paling parah, baju putih khas kunti Reisha tersangkut, tersingkap sampai paha.
“Oh god... help me!” Reisha menangis hampir histeris setengah miris. Bagaimana enggak?? Kalau ada angin niup dikit aja, bajunya pasti terangkat dan kemungkinan besar Reisha bakal kena sanksi dan dicekal di dunia hantu terkait undang-undang tentang porno aksi. Oh no... kalo sampe dicekal mau tinggal di dunia mana lagi? Reisha semakin gelisah, begitu gundah gusar gulana. Tak ada satu setan pun yang lewat sini.
“Siaaaalaaann...” Reisha hanya bisa teriak tanpa arti. Dia semakin terkejut saat tahu kalau hari ini hari Minggu. Hari dimana ada banyak orang di taman. Oh no. Rasanya Reisha pengen kejang-kejang kaya orang step, terus keluar busa biar disangka mati bunuh diri. Matahari mulai nampak. Oh god. Reisha tak kuasa lagi. Dari ujung jalan taman terlihat sekelompok anak kecil sedang lari-lari joging. Reisha semakin tak sadar. Keringat dingin mulai becucuran, mengalir membasahi muka dan seluruh tubuhnya. Muka Reisha udah gak ada bagusnya lagi. Make up di muka udah luntur, mata mulai gelap. Reisha bingung harus bagaimana. Ancaman dicekal UU porno aksi, anak-anak yang bakal melihatnya.
“Oh Tuuhaan... help me please!! Gue gak sanggup. Gue gak sanggup Tuhaaan...” hanya itu kata-kata terakhir. Reisha tak ingat apa apa lagi.
“Aaa... UU porno aksi, anak-anak lagi pada lari. Aaa...” teriak Reisha.
“Tenang... tenang. Lo aman sekarang!” Mbah Ashley meyakinkan Reisha.
“Hampiiir aja lo teh bikin reputasi kunti acuuurr... Borokokok!” gerutu Kunti Shina.
“Lo jadi kunti termasuk oon juga ya?” Mbah Ashley mengejek.
“Kenapa lo bisa nyangkut kaya gitu??” tanya Mbah Ashley.
“A... a... nu mbah...” tergagap Reisha menjawab.
“Kenapa anu lo?” tanya Kunti Loli.
“Huuusss... bukan itu!!” jawab Reisha.
“Terus?” tanya kunti Nirma.
“Kan tadi tuh gue ketemu tuyul buyuuut. Tapi... imuuut banget. Gak ada tandingan deh sejagat kelurahan,” sambil cengar cengir.
“Kurasa ku t’lah jatuh cinta, pada pandangan yang pertaama. Sulit bagiku untuk bisa. Berhenti mengagumi dirinya.”
“Jeeh... malah nyanyi lo teh!” Kunti Shina kesel. Hidungnya mulai mekar. Kembang kempis kayak banteng matador lagi flu.
“Imut? Item mutlak?? Hihihi....” Kunti Loli menggoda.
“Bukaaan,” dengan gaya anak alay yang suka nonton acara Dahsyot di studio Reisha menjawab.
“Stooopp...!!” Mbah Ashley mulai geram.
“Riesha. Lo musti gue kasih pelajaran tambahan yey. Karena lo hampir bikin ras kunti, terutama gank kita ini ancuurr reputasinya.”
“Njeeehhh... Mbah.” jawab Reisha sambil angguk-angguk.
“Pelajaran pertama lo musti kontrol emosi lo ya. Agar power lo tahan lama terkendali!” perintah Mbah Ashley.
“Siap Mbah. Laksanakan,” jawab Reisha lagi.
Hari demi hari Reisha lalui dengan latihan ilmu wajib kunti yang berstandar nasional. Panasnya siang, dinginnya angin malam, sampe baunya ketek Mbah Ashley pun Reisha lalui dengan ikhlas penuh duka cita. Tak terhindarkan juga bau-bau asing dari ketek tiga kunti lainnya. Mulai dari bau bawang bombay, bawang merah, bawang putih, bau kombinasi semua ada. Berbagai varian bau, dari lokal sampe interlokal semua ada. Reisha takut hidungnya keracunan.
@@@
Suatu malam saat Mandala sedang tugas berkeliling di sekitar kompleks, terus ke kampung, ke kompleks lagi, ke kampung lagi. Kurang kerjaan nih tuyul satu. Dengan matanya yang terjaga dari tidur, memantau setiap rumah. Dari rumah yang satu ke rumah yang lain. Bukan ngeronda, tapi intip janda. Lho?? Tuyul kok ngintip. Pastinya nyolong uanglah. Kalo nyolong ayam bukan tuyul namanya. Maling tingkat ke RT-an.
Saat tugas dia belum dapat rupiah seperak pun. Mandala kebelet pengen pipis. Bener-bener kebelet sampe CD yang dipakainya agak basah. Bisa kebayang kan kalo tuyul ngompol di celana! Setan macam apa coba. Mandala kelabakan cari-cari WC umum, tapi udah tutup semua. Tak sengaja Mandala lihat ada pohon di pinggir jalan. Dalam benaknya Mandala berpikir.
“Apa mungkin pake gaya doggy style. Kaki diangkat sebelah terus deh serrr...” saking kebeletnya mulut Mandala jadi monyong. Matanya melotot sampe kaya mau keluar. Mandala hampir kayak capung tak bersayap keturunan tuyul.
“Oh... no... please... kagak tahan....” teriak Mandala. Dia melihat ada mushola di ujung jalan. Dengan secepat bekicot dia lari. Tampak seperti lampu taman yang lari nyari WC. “Seerrrr… ouuhhh… mantap gan…” Mandala melenguh kenikmatan. Begitu leganya Mandala, terpancar dari wajahnya yang dihiasi senyum merona hampir mirip kayak kuda. Saat hendak keluar, tak sengaja Mandala mendengar suara Pak Ustadz yang sedang berceramah di dalam mushola.
“Sesungguhnya mencuri itu dosa, barang hasil mencuri haram hukumnya. Tak ada berkahnya. Apalagi korupsi. Sangat dilarang, dosa besar!” mendengarnya, Mandala merasa sedih dan tersentuh hatinya. Terbayang dalam benaknya tentang kehidupannya bersama Reisha kelak nanti.
“Apa mungkin nanti Reisha dan anak-anakku kelak akan makan dari uang haram. Tak berkah. Oh no…” Mandala mulai sedih. Hampir dia meneteskan air mata buaya. Dengan bibir agak dimonyong-monyongin Mandal berkata, “Mulai detik ini gue harus berhenti mencuri. Gue harus jadi laki-laki sejati. Gue musti ambil uang pejabat menteri yang tak tau diri!”
@@@
Malam demi malam Reisha lalui dengan status sebagai kunti baru. Di markas kunti-nya, dia sering senyum-senyum sendiri, membuat heran para kunti yang lain. Kadang Riesha melamun sambil senyum dari jam 12 malem sampe jam 12 malem lagi. Ngapain coba??? Apa lagi kalau bukan bayangin Mandala, si tuyul buyut nan imut.
“Secakep apa sih Mandala teh?” Kunti Shina bertanya dengan khas Sunda-nya.
“Pokoknya dia itu imuuuut banget,” jawab Reisha masih sambil nyengir.
“Eh, jangan senyum-senyum sendiri terus, entar kesambet lho!” Kunti Nirma ikut bicara.
“Lo ngaco aja ye. Kunti kan setan. Kesambet apa lagi coba ye?” Mbah Ashley gak tinggal diam. “Kesambet cinta kan bisa Mbah. hihihi…” jawab Reisha masih sambil nyengir.
“Emang tuh tuyul kaya gimana sih? Sampe lo kesemsem banget getuu!” Loli bertanya pake gaya emak-emak alay yang suka di acara musik Imbox.
“Dia itu cakep, imuuuuut… kepalanya plontos, dan yang pasti dia itu pendekar loh,” jawab Reisha masih tetep nyengir. Malah kepalanya sekarang agak miring.
“Pendekar?” Kunti Shina dan Loli pada kaget.
“Pendekar apa maksudnya?? Pendekar rajawali? Pendekar naga? Pendekar mangku bumi keberatan? Atau pendekar pembela janda?” tanya Kunti Nirma begitu penasaran.
“Bukaaannn… huh!!” Reisha menyela.
“lha… terus maksud you pendekar ape heh?” Mbah Ashley ikut penasaran.
“Pendekar tuh. Pendek tapi kekar,” jawab Reisha masih sambil senyum sendiri.
“Uuuww... cucoook cyiiin. Sesuatu,” jawab Mbah Ashley pake gaya ala Syahrenong masuk angin. Sayup-sayup terdengar suara di luar.
“Reisha!” serentak para kunti di pohon itu keluar. Termasuk Reisha.
“Reisha, kamu mau kan jadi pacar aku?” teriak Mandala. Ditemani kerabat tuyul sekelurahan tuyul milenium. Mandala dan kerabat tuyulnya membawa seribu mawar untuk Reisha. Gila! Hanya karena jatuh cinta seorang tuyul alih target, dari uang jadi mawar. Mbah Ashley dan kunti lainnya hanya bisa melotot sambil mangap kebingungan. Saking lamanya mangap sampe lalat pun bisa keluar masuk mulut para kunti.
“Reisha. Kamu mau kan jadi pacar aku?” Mandala mengulang pertanyaannya. “Aku sungguh jatuh hati padamu.”
“Mandala, apa kamu yakin cinta sama aku? Apa enggak terlalu cepat?” tanya Reisha.
“Sangat yakin. Selama ini aku tertutup oleh uang, Cuma kamu yang bisa buat aku jatuh cinta,” jawab Mandala. Reisha hanya berbalik. Mukanya yang putih kuning langsat tapi keliatan pucat, berubah menjadi merah delima. Kaya kunti kesetanan. Mandala memandang Reisha penuh harap. Menanti jawaban ‘ya’ keluar dari mulut Reisha.
“Tidak…” jawab Reisha. Seketika Mandala dan kerabat tuyul tertunduk lesu.
“Aku tidak bisa menolak menjadi pacar kamu. Hihihi...” Riesha menjawab dengan senyum lebarnya. Serentak para tuyul bersorak gembira. Bergembira semua. Mbah Ashley begitu terharu melihatnya. Para kunti berpelukan layaknya Teletubies kurang gizi berambut panjang.
@@@