by Titikoma
14. Penuturan Edward Dalam Nisan Reisha
Ingin sekali Reisha bisa menampakkan dirinya sekali saja ke hadapan Edward. Dari jauh dalam sebuah sudut perkuburan yang sangat luas dengan ketajaman matanya yang telah terlatih.
Sudah dari pulang sekolah Edward duduk dan sesekali berguman di kuburan Reisha. Sebenarnya Reisha senang dengan kunjungan-kunjungan Edward tapi Reisha lebih baik melarikan diri karena semua sangat menyakitinya. Reisha merasa bersalah karena di dunia yang lain ternyata dia bisa jatuh cinta dengan pria lain.
Rasa bersalah semakin tertumpah karena Edward masih begitu memuja dan mencintanya walau dia telah tiada. Semua rekaman curhat Edward yang selalu mengunjungi nisannya akhir-akhir ini membuat Reisha resah.
“Aku bagai pecundang yang tidak berani jujur pada Edward!” rutuk hati Reisha. Terngiang kalimat-kalimat Edward, “Reisha sampai kapan pun hanya engkau wanita yang ada dalam hatiku, walau mama dan papa akan mengirim aku ke Australia dan mencoba meminta aku untuk melupakan semua tentangmu, tapi sungguh sangat sulit. Entah sampai kapan aku bisa melupakan semua bayang-bayangmu. Aku selalu merasa engkau masih ada di sisiku dan aku belum bisa menerima semua kematianmu. Reisha bantu aku untuk menjalani hidupku selanjutnya. Aku sungguh tidak berdaya tanpamu…” Reisha sesak napas dengan apa yang dia dengar. Rasa bersalah tidak bisa Reisha pungkiri karena dia seolah dengan gampang melupakan Edward dengan kehadiran Mandala yang mirip dengan sosok Edward. Sungguh semua ini di luar kemampuan Reisha mengapa dia begitu gampang jatuh cinta?
“Edward maafkan aku, aku mencintai laki-laki lain di alam ini…” bisik Reisha. Dari kejauhan sosok Edward yang tampak lebih kurus dengan berat meninggalkan nisan Reisha.
@@@