kepentok kacung kampret
Kepentok Kacung Kampret

Kepentok Kacung Kampret

Reads
195
Votes
0
Parts
20
Vote
by Titikoma

16. Rindu Menanti Jawaban

Renata memilih mengikuti saran Supeno untuk bekerja fokus menjadi cleaning service, toh satu beban untuk membayar SPP sudah teratasi dirinya mendapat beasiswa. Terpenting untuk keseharian dan membayar kostan.
Renata fokus dengan pelajaran-pelajaran, di sela-sela bekerja dirinya belajar. Tak terasa sudah setahun Renata menjadi cleaning service. Hingga tiba-tiba Supeno menawarkan untuk mencoba pekerjaaan lain.
“Ren, kamu mau coba jadi SPG perumahan, tadi ada teman Pak Saputera sedang mencari tenaga SPG dan sekaligus administrasi buat standby pameran juga kantornya,” info Supeno.
“Mau-mau, aku ingin mencoba pekerjaan lain Pen yang lebih mempraktekkan ilmu ekonomi yang kudapat dari bangku kuliah, tapi aku ikut saran kamu jugalah. Aku gak mau kaya waktu lalu peristiwa SPG rokok,” kata Renata.
Supeno bersyukur Om Plontos menepati janji tidak menggangu Renata setelah kejadian penggaplokan setahun lalu, walau dirinya harus ikhlas mengeluarkan uang yang tak sedikit tanpa sepengetahuan Renata.
Renata juga bisa bagi waktu bekerja dan belajar, nilai-nilai Renata terus stabil sehingga beasiswanya terus berjalan. Tak terasa sudah memasuki semester tujuh Renata juga sudah mulai mempersiapkan skripsi karena banyak mata kuliah semester atas yang sudah Renata ambil, dirinya menargetkan empat tahun bisa lulus S1 Ekonominya.
Renata mengikuti interview untuk menjadi administrasi dan tenaga pemasaran untuk memasarkan rumah.
HRD Perumahan Kencana Residence menilai Renata memenuhi kriteria sebagai tenaga pemasaran dan juga administrasi. Renata mendapat selain gaji tetap, uang makan, uang transport, dan ada bonus insentif juga lembur. Jadi Renata bersyukur sekali, dirinya berpikir untuk mulai menabung membeli motor agar tidak terkegantungan dengan Supeno.
Sebenarnya tidak jauh dari counter Kencana Residence yang buka di mall Malioboro ada counter utama milik Bapak Saputera. Supeno hampir setiap hari kemari untuk sekedar kontrol dan sekalian juga mengamati Renata dari kejauhan.
Sudah setahun membantu Renata tanpa bisa sebenarnya melepas rasa suka di hati Supeno. Tapi apa boleh buat, sepertinya Renata tetap bersikap biasa pada dirinya. Dan Supeno sendiri sudah berjanji tak akan memaksakan cinta di hati Renata kalau memang perasaan Renata terhadap dirinya hanya perasaan persahabatan sebagai sesama kacung kampret saat ini.
Sementara Rindu waktu lalu mengungkapkan dengan terang-terangan sehabis menemani Rindu yang memaksanya menonton konser Band Radar kesukaannya, setelah sekian kali Supeno menolak karena selalu ada urusan dengan Renata atau kerjaan pribadinya.
Rindu tanpa menutupi rasa malunya mengatakan,”Supeno aku menyukai kamu, awalnya karena kamu memang sangat mirip mantanku Arjuna yang meninggal, tapi semakin hari aku memang menyukai kamu bukan lagi sebagai Arjuna tapi yaaa aku suka kamu! Terlebih kamu semakin dekat dengan Renata yang dulu menghina-hina kamu, aku gak rela!”
Supeno menatap Rindu dalam, bingung menghadapi sikap Rindu yang sangat terbuka tiba-tiba. Bagaimana pun Rindu sudah sangat baik terhadap dirinya, juga terhadap Renata juga walau Rindu membelanya dalam diam.
Supeno tak mau menyakiti Rindu, karena dirinya merasa cinta sebelah pihak sangat tidak enak. Haruskah Rindu juga mengalami seperti dirinya? Tapi perasaan dalam hatinya sudah tercuri dari tiga tahun lalu hanya oleh Renata. Dan sampai sekarang yang Supeno cinta adalah Renata. Renata yang Supeno kenal dari awal dan berubah hingga sekarang, bukan lagi gadis manja yang sombong.
Dan Renata sekarang yang semakin membuat Supeno jatuh hati, dirinya masih ingin tahu apakah akan ada cinta di hati Renata akan dirinya yang hanya kacung kampret?
Terkadang Supeno dibuat bingung dengan sikap Renata yang tiba-tiba suka memojokkan dirinya dengan Rindu, menganggap dirinya suka dengan Rindu lalu seolah-olah sok menjodoh-jodohkan.
“Peno, kamu mau tidak jadi pacarku?” Rindu kembali menegaskan, membuat Supeno tersadar dirinya tengah melamun.
“A ... apa ....,” Supeno tergagap.
“Iyaaaaa, kamu malah ngelamun gak jelas. Kamu pasti melamunkan Renata lagi!” tiba-tiba raut wajah Rindu jadi memerah dan marah.
“Iya, maksudku aku ...,” Supeno bingung sendiri.
“Sudah kuduga! Kamu lebih memilih Renata! Aku benci kamu!” tiba-tiba Rindu berlari. Supeno tercekat dan mengejar.
“Rin! Rinduuuuuu,” Supeno bisa menarik bagian bawah kaos Rindu, tapi Rindu tersandung batu dan nyaris jatuh kalau tak ada sosok cowok di depan yang menahannya, Rindu benar-benar jatuh.
Sesaat Rindu jatuh ke pelukan sosok cowok yang ternyata ....
“Lukman!” Supeno ingat cowok yang tengah memeluk Rindu adalah Lukman.
Dan Rindu pun ikut kaget, memandang cowok yang begitu dekat memeluknya. Bagi Rindu wajah Lukman tidak terlalu asing karena beberapa kali menonton band kampus-kampus di Yogyakarta, cowok ini suka jadi vokalisnya. Dan selalu mendapat sambutan meriah dari kaum hawa kalau dirinya menyanyi.
“Ya ampun Penoooooooo, hai Bro apa kabar si Kacung Kampret Baik Hati!” Lukman melepas Rindu dan langsung memeluk Supeno teman lama yang hilang tiga tahun.
Supeno ingat waktu lalu Lukman yang selalu membela dirinya saat di bully dan menasehati dirinya juga, termasuk untuk menerima Pak Saputera sebagai ayah barunya.
“Aku tahuuuuu, kamu pengusaha muda yang sukses sekarang sebenarnya, hanya saja Peno aku gak mau ganggu-ganggu kamu. Jadi ....” belum selesai Lukman bicara.
Rindu ikut angkat bicara,”Jadi kamu sibuk menjadi vokalis di berbagai acara festival musik di kampus-kampuskan?”
“Hai, siapa kamu kok tahu aku?” tanya Lukman pada Rindu yang sudah menampakkan wajah normal, membuat Supeno lega karena tadi saat melarikan diri darinya wajah Rindu adalah wajah paling angker yang Supeno liat dari selama ini bersahabat dengannya.
“Ini Rindu, sahabatku Man,” jawab Supeno.
“Peno, aku bangga dengan kamu Kacung Kampret yang sudah menjadi anak konglomerat! Dan calon konglomerat muda. Benarkan bumi itu berputar? Dulu kamu selalu dihina-hina sekarang hmmm Rindu kamu beruntung punya sahabat orang kaya muda yang rendah hati,” Lukman mencerocos tanpa sempat Peno bisa men-stop.
“Apa? Peno Konglomerat? Pengusaha muda?” Rindu balik menatap tajam, sepertinya Rindu jadi ingat sesuatu waktu lalu yang mencurigakan akan diri Supeno.
Ya Rindu beberapa kali sebenarnya sempat melihat Supeno berpakaian rapi dan mengendarai mobil Freed putih. Pernah juga melihat Supeno memakai motor besar, tapi saat Rindu minta penjelasan, dia selalu bilang sedang disuruh coba oleh Tuannya Bapak Saputera.
“Jadi, kamu anak tiri konglomerat Bapak Saputera?” tanya Rindu.
“Iya betul sekali Non!” malahan Lukman yang menjawab.
“Sudah jangan dibahas ya, Lukman kamu baik-baik saja kan? Soalnya aku dengar kamu sempat drop out karena obat dan terus gak ada berita. Dan ternyata kamu memang meneruskan hobi nge-band kamu hingga sekarang,” Supeno mencoba mengalihkan pembicaraan.
“Ayooo kita duduk di angkringan sana, aku kangen banget sama kamu Bro!” Lukman mengajak Supeno dan Rindu makan malam bersama di angkringan khas Yogyakarta. Nasi kucing dan teh panas manis.
Rindu lebih banyak diam membiarkan dua sahabat lama yang bertemu bercerita apa yang selama ini mereka lakukan.
Dan Rindu baru sadar, kalau Supeno selama ini berpura-pura menjadi orang miskin agar selalu dianggap kacung kampret. Supeno tidak mau orang-orang tahu kalau dirinya sebenarnya orang kaya raya. Ah sayang Rindu sudah tahu jawaban atas rasa cintanya, tanpa Supeno harus menjawab dan menyakiti hatinya, Rindu tau kalau Supeno memilih Renata bukan dirinya.
“Tapi Lukman juga manis sih ..., vokalis lagi seperti Arjuna,” ujar Rindu, diam-diam memperhatikan wajah Supeno dan Lukman bergantian.
“Wah syukurlah Man, kamu bisa cepat menyadari salah pergaulan dan aku bangga banget dengan kamu! Rindu hebat loh Lukman sahabatku ini bulan depan cd dan video klipnya akan launching belum lagi kontrak menyanyi sudah berderet. Dan kuharap sih Man, kamu bisa bagi dengan jam kuliahmu, sayang juga kalau jurusan Bahasa Inggris kamu di Sanata Dharma tak lulus, aku tau itu kampus yang keren sekali Bahasa Inggrisnya,” terang Supeno.
“Pasti Pen, jangan khawatir aku masih bisa bagi waktu kuliah dan kerjaan nge-band aku,” jawab Lukman tenang,
“Wah anak Sastra Inggris, vokalis ganteng lagi ...?” Rindu semakin terpesona dalam hitungan beberapa menit.

Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices