by Titikoma
5. Kehangatan Yogyakarta
Pagi pukul 06.30, Rama sudah datang kembali ke kamarnya dan menyiapkan air hangat, menunggui Shinta mandi lalu menyiapkan sarapan pagi dan obatnya.
Rama membuka jendela kamar Shinta agar udara segar pagi masuk dan membersihkan kamar Shinta saat Shinta mandi. Rama juga sekalian sudah membelikan untuk makan siang jadi tinggal makan malam dia akan berkunjung lagi.
Camilan sehat juga sudah Rama siapkan setelah segala sesuatunya kelar lalu segera berangkat ke kantor.
Shinta ingin coba menjauh dari Mas Rama dan memutuskan hubungan cinta mereka karena semakin diteruskan akan semakin menyakiti hatinya. Nyatanya dia tidak sanggup juga tanpa Rama. Dia butuh seseorang dekat di kota perantauan ini.
Dirinya bukan robot yang tidak butuh orang lain, terutama hati yang bisa menenangkan hatinya. Mas Rama telah membuatnya merasa nyaman di dekatnya.
Seminggu selama dirinya sakit, Rama setiap hari merawatnya dengan sabar. Ada kekuatan hadir dalam diri Shinta untuk mempertahankan apa yang diyakini, setidaknya saat ini... entah nanti-nanti akhirnya.
Mengikuti kata hati yang hanya bisa dilakukan sekarang di antara kekesalan dan pertentangan mamanya yang bersikeras kalau dirinya dengan Rama apa yang bisa diharapkan? jawabannya masih tidak ada.
***
Sudah satu tahun tapi mama masih saja tidak menyukai Rama, padahal untuk hubungan ini Shinta tidak ingin menyerah. Sekeras dan sejutek bagaimanapun sikap mama, Shinta mencoba bertahan dan terus mencoba mendekatkan Rama dengan mama.
Padahal keluarga Rama terhadap dirinya sangat baik. Pas ulang tahunnya, Rama mengajak cuti dan berlibur ke Yogyakarta sekalian ketemu dengan keluarga besarnya.
Rumah Rama yang bernuansa Jawa dan sederhana terasa hangat. Ada ayah dan ibunya yang sudah usia lanjut. Tampak keduanya pasangan yang saling setia sampai tua mereka masih tampak mesra. Sangat berbeda terbalik dengan keluarganya yang sudah hancur.
Kakak-kakak Rama juga menyempati menengok bergantian ayah dan ibunya. Di rumah tinggal kakak nomor tiga dan istrinya yang tengah mengandung. Adiknya, Asih dengan kucing-kucing peliharaan Asih yang pernah Rama ceritakan masih ada.
Asih yang cerewet bercerita satu per satu ketiga kucing belangnya membuat Shinta betah. Mereka sama-sama pecinta kucing dan sempat jalan-jalan ke Malioboro mencari berbagai pernak-pernik serba kucing.
Malioboro saksi sejarah perkembangan Kota Yogyakarta menawarkan berbagai pernak pernik batik, kayu, tanah liat kasongan, tembaga, perak dan masih banyak lagi dengan nilai seni yang tinggi.
Shinta dan Asih berburu pernak pernik kucing dengan harga miring dan merasa sangat puas dapat banyak variasi. Selama di Yogyakarta, Shinta menginap di rumah Rama. Semuanya menyambut dengan hangat, sesuatu yang hilang dua belas tahun lalu saat masih lengkap mama dan papanya bersama.
Rama sudah tidak canggung memegang tangan di depan keluarganya dan semua tidak ada masalah. Selama ini baru pertama kalinya Shinta dekat dengan laki-laki sekaligus dekat dengan keluarganya. Cerita yang lalu bersama Arman, Budi, Candra dan Deny tidak ada yang seperti ini.
Rama memang ingin mengajak dirinya serius dan bukan saatnya untuk hanya main-main. Shinta kali ini harus berjuang untuk mempertahankan cintanya, bahkan Mama Kinanti tampak marah karena saat dirinya berulang tahun jatuh di long week end bukannya pulang ke Jakarta malah menginap di rumah Rama. Sekali ini Shinta ingin melawan kemauan mama! Bukankah memang harus ada pilihan!
Sementara di Jakarta, Mama Kinanti benar-benar kesal. Sepertinya Shinta sengaja kali ini mengibarkan peperangan. Dia bukan lagi Shinta yang harus selalu menuruti kemaun hatinya.
“Shinta, kamu itu tidak tahu apa-apa tentang cinta. Yah sekarang ini yang ada di hati kamu memang hanya cinta, tapi Nak... cinta tanpa materi hanya malapetaka. Mama hanya akan menyerahkan anak Mama pada pria yang paling baik. Dari kematangan, kemapanan dan juga fisik yang cukup good looking! Kamu hanya disuruh bersabar untuk menemukan pria ini! Yang jelas itu bukan Rama Wijaya!”
Mama Kinanti merasa geram karena Shinta tampaknya sudah terpengaruh banyak dengan Rama dan sekarang didukung keluarga besar Rama.
Mama Kinanti berpikir keras untuk memutuskan Shinta dari Rama. Dan berusaha untuk menemukan sosok laki-laki lain yang paling sempurna sehingga dirinya tenang melepas putrinya kelak.
***
Selain ke Malioboro, Shinta dan Rama sempat menikmati indahnya Pantai Indrayanti. Pantai yang terletak di sebelah timur Pantai Sundak yang dibatasi bukit karang berhiaskan pasir putih dan birunya air laut.
Bersama Mas Bima sekeluarga, kakak tertua dengan dua putrinya, Asih, ibu dan bapak, Rama dan Shinta menikmati senja di Pantai Indrayanti di gazebo yang menyediakan kelapa muda langsung dari buahnya.
Aina dan Aini, kedua putri kembar Mas Bima dan merupakan keponakan Mas Rama berlarian mengejar ombak di hangatnya udara pantai.
Shinta mengumpulkan kerang yang akan dikeringkan dan disimpan dalam stoples bersama seonggok pasir yang disimpan dalam plastik. Sebuah kebiasaan yang Shinta lakukan setiap pergi ke pantai yaitu mengumpulkan dan menyimpan berbagai kerang yang dimasukkan ke dalam toples kaca. Shinta membuat tulisan tangan tentang lokasi dan waktu kunjungan di kertas yang dibentuk berbagai benda seperti kartu pos, bendera, potongan hati sebagai pelengkap hiasan di antara karang-karang tersebut.
Shinta teringat kamarnya yang di Jakarta sudah tersusun rapi beberapa stoples kaca hasil kreasinya setiap kunjungan ke pantai.
Rama tidak melepaskan tangan Shinta ketika menyusuri bibir pantai dari ujung ke ujung membantu mengumpulkan kerang-kerang yang terkadang unik dengan aneka ragam bentuknya.
“Kita cari agak banyak ya Mas, aku akan buat dua stoples dan nanti aku perlihatin deh hasil karyaku,” Shinta semangat mengumpulkan kerang dan Rama membantunya.
Setelah cukup banyak hampir setengah plastik kerang ditambah pasir putih yang cukup padat, Shinta bersama Aina dan Aini juga Asih saling menyiprat-nyiprat air laut dan berlarian. Shinta merasakan kehangatan sebuah keluarga. Sementara bapak dan ibu Rama bersantai menikmati semilir angin di gazebo jelang matahari tenggelam.
Tak terasa lima hari berlibur di Yogyakarta berakhir. Shinta mengenang dalam memorinya tentang kehangatan Yogyakarta. Satu per satu keluarga besar Rama yang hangat, Malioboro bersama Asih berburu pernak pernik kucing, Pantai Indrayanti dan berbagai panganan kuliner gudek Wijilan, jagung bakar Alun-Alun Kidul Yogyakarta, sega kucing Telkom, wedang ronde Malioboro.
Shinta merasakan keluarga utuh dan dirinya diterima apa adanya. Bapak ibu Rama juga tidak mempermasalahkan dirinya yang berasal dari keluarga broken home, bahkan tampak mereka sangat mengasihinya.
“Terima kasih Mas Rama atas hadiah ulang tahunku yang ke-23 tahun, aku seakan menemukan kehangatan keluarga,” Shinta memeluk Mas Rama.
***