Cinta Satu Paket

Reads
98
Votes
0
Parts
13
Vote
by Titikoma

Kebahagiaan Bersatu Kesedihan

Dan malam ini adalah pertengkaran terhebat. Dito pulang entah dari mana pasti kalau tidak mabuk dan berjudi. “Rena mana kalung dan gelang kamu! Aku pinjam! Sebentar saja besok aku kembalikan dua kali bahkan tiga kali lipat! Cepat siniiin!” Rena yang sudah tertidur dan terbangun kaget dengan goncangan bahu oleh Dito yang tampaknya sudah mabuk dan mengguncang kasar, padahal dia sudah kepayahan dengan usia kandungan yang diperkirakan minggu ini akan lahir. “Nggak! Nggak ada! Semua tabungan dan perhiasan aku sudah ludes di meja judi! Dari kemarin kamu janji akan mengembalikan berapa kali lipat! Tapi mana? Mana? Dito bekerja sajalah, kalau tidak kamu kuliah segera selesaikan skripsi! Lagipula mumpung sahabat kamu Mas Azka mau mengajari!” Renata mengingatkan suaminya agar sadar untuk bertanggung jawab. “Halah Azka lagi! Azka lagi! Jangan-jangan kamu memang suka sama Azka daripada aku! Huh sekarang kamu menyesal ternyata aku cowok miskin dan tidak sekaya raya Azka! Dasar wanita bodoh! Makanya cari cowok jangan asal punya mobil, sekarang kamu tertipu ha ha ha...” Dito tengah malam tertawa lepas. Sangat tidak sopan saat orang terlelap malah dia membuat gaduh. “Jangan cari-cari kambing hitam deh! Mas Azka itu sangat baik bersedia tolongin kamu ngejar skripsi, kamunya yang berprasangka buruk nggak jelas!” “Heh Rena, kamu mau tahu satu rahasia! Azka itu sebenarnya suka sama kamu. Cowok dingin itu yang sekarang lagi didekati rekan kantornya, Elizabeth sangat susah untuk suka cewek, tapi aku tahu! Dia suka kamu! Makanya aku cepat-cepat gaet kamu agar tidak direbut Azka,” Dito menatap tajam Renata yang kaget terbelalak. “Kamu jahat! Kamu tidak pernah berterus terang tentang diri kamu sebenarnya. Tapi Dit aku sebenarnya memang mencintaimu dari awal, sayang sekali semakin kemari kamu semakin tidak menyayangiku bahkan bayi yang tengah aku kandung,” Renata melaras sembilu.  “Aggh sudah jangan banyak cincong. Mana kalung dan gelang yang masih kamu punya? Aku tahu itu!” Sekarang Dito menarik-narik kerah baju Renata, membuat Renata terguncang sambil memegangi perutnya yang sudah sangat besar. Mengguncang-guncang Renata tidak mempan, Dito langsung mengobrak abrik almari bersama dan tiba-tiba tersenyum pada almari yang pintunya patah akibat tendangan kemarin-kemarin yang sudah Renata perbaiki. Tanpa ampun baju-baju bayi diberantakin lagi dan senangnya dia menemukan sebuah gelang dan kalung panjang. Seperti Kapten Hook menemukan harta karun. “Jangan Dit! Itu buat biaya persalinan nanti! Jangan Dito!” Renata berusaha merebut tapi malah yang ada dirinya terjatuh dan mengaduh. “Bundaaaa...” Renata memanggil bundanya, sementara Dito segera kabur dengan perhiasan milik Rena peninggalan ayahnya, ke mana lagi kalau bukan ke meja judi lagi.  Bunda Nurul memeluk putrinya dan membantu ke tempat tidur. Tertatihtatih Renata menaiki ranjangnya dan dengan telaten Bunda Nurul membalurkan minyak kayu putih. Rasa segar merebak sejenak dan mendamaikan hati Renata akan aroma minyak kayu putih dan belaian sayang sang bunda. “Bunda maafkan Renata ya... ternyata perasaan Bunda memang benar akan Dito. Bunda jujur Renata ingin sekali kita bahagia. Renata ingin apa yang jadi keinginan Bunda untuk umroh dan naik haji bisa Renata penuhi. Kupikir Dito anak orang kaya dan lagi pula dia sudah mau rampung kuliah tinggal selangkah lagi skripsi terus bekerja maka kehidupan Renata dan Bunda akan terangkat. Sungguh Bunda Renata sayang sekali Bunda, Bunda satu-satunya yang menyayangi Rena ...” Bunda Nurul memeluk putri kesayangan dan satu-satunya, “Bunda juga hanya punya kamu Rena, Bunda ingin kamu lebih hati-hati melangkah. Sudahlah, tentang Dito jadikan pengalaman.” Bunda Nurul mengelus rambut Renata. “Apa yang kuberikan untuk mama_Untuk mama tersayang_Tak kumiliki sesuatu berharga_Untuk mama tercinta_Hanya ini kunyanyikan_ Senandung dari hatiku untuk mama Hanya_sebuah lagu sederhana_Lagu cintaku untuk mama_Walau tak dapat selalu ku ungkapkan_Kata cintaku ‘tuk mama Namun dengarlah hatiku berkata_Sungguh kusayang padamu mama percayalah hanya diriku paling mengerti kegelisahan jiwa mu mama……” By Kenny_Cinta Untuk Mama Tiba-tiba... seperti air menghangat keluar dari bagian dalam mengucur di sela-sela paha Renata dan mulai ada tanda-tanda mulas. “Bunda sepertinya sudah waktunya aku melahirkan, rasanya sudah nggak karu-karuan...” Renata panik. Bunda Nurul segera bergegas ke tetangga sebelah meminta bantuan mobil untuk ke rumah sakit. Untung Pak Arman, tetangga Bu Nurul bersedia mengantar Renata yang pucat segera ke Rumah Sakit Kasih Bunda dan langsung memasuki bagian maternity. Menghubungi Dito tidak mungkin karena Dito tidak lagi memegang hp. Saat masuk langsung di periksa, sudah pembukaan dua tapi semakin ke sini pembukaannya sangat lambat dan tidak terasa mulas yang sangat. Karena Dokter Riva masih di rumah dan baru siap-siap dalam perjalanan menuju rumah sakit yang butuh waktu satu jam. Ternyata dokter memberikan arahan pada suster untuk memberikan suntikan induksi pemacu agar bisa merasakan mulas dan terus berjalan pembukaan sampai sepuluh. Nyatanya suntikan induksi tidak membuat bayi semakin turun, malah memutar atau sungsang. Renata bertahan untuk tetap normal padahal sudah hampir 24 jam bertahan dalam kondisi yang semakin lemah. Renata bingung masalah biayanya jika harus melahirkan dengan cara caesar. Sementara suami yang diharapkan menungguinya saat persalinan sama sekali tidak menampakkan batang hidungnya. Satu-satunya yang masih bisa dimintai tolong adalah Nadine, sahabatnya yang ternyata langsung mengangkat telepon Renata saat jam menunjukkan pukul 24.00  “Rena kamu di mana, kenapa?” Nadine panik kalau ternyata Renata tengah menghadapi persalinan yang sulit, sepertinya satu-satunya jalan harus caesar. Saat bersamaan Azka yang masih nonton film dan tidak bisa tidur kaget melihat Nadine mengeluarkan mobil sendiri. “Dine kamu mau ke mana?” Azka menatap tajam adiknya. “Eeggh… Renata, Mas. Dia butuh aku, dia mau melahirkan bersikeras normal tapi dokter mengajurkan caesar karena sudah dari kemarin malam tidak ada tambahan pembukaan dan bayinya juga sungsang.” “Renata? Dito?” Azka langsung ikutan panik. “Iya Mas, Renata sahabatku. Istri Dito, sahabat Mas Azka.” “Ayo cepetan biar aku yang setir.” Nadine dan Azka bergegas ke Rumah Sakit Kasih Bunda. Butuh setengah jam saat malam hari ngebut dengan mobil Freed hitam milik Azka.  Azka tidak tega melihat wajah Renata yang sudah pucat dan kesakitan, bahkan dia menjadi saksi saat Bunda Nurul menandatangani untuk tindakan operasi caesar. Seharusnya Dito ada di dekatnya dan menandatanganinya. Bersyukur butuh waktu sekitar dua jam dan ternyata operasi berjalan lancar. Jam tiga pagi bayi cowok dengan panjang 50 cm, berat 3.5 kg lahir dengan suara tangisan yang sangat keras. Azka yang diminta untuk mengazani karena ayah dari bayi cowok yang baru lahir itu tidak ada. Renata hanya berani menatap sekilas pada Azka, tapi dibulatkan hatinya untuk mengucapkan rasa terima kasih. “Mas Azka dan Nadine… terima kasih banyak, aku merepotkan kalian... tapi sungguh aku dan Bunda bingung mau minta pertolongan pada siapa?” Renata menatap penuh terima kasih pada sahabatnya dan juga Mas Azka yang tetap dingin bagai gunung angkuh. Renata tidak yakin kalau pria yang ada di depan dengan kaku itu menyukainya. Teringat saat mabuk, Dito dengan rasa cemburu mengatakan cinta terpendam cowok angkuh itu yang berlalu setelah sesaat tersenyum dan menyalami agar kuat. Ada perasaan berdesir, tapi entahlah dan tidak ada yang bisa lagi dilakukan. Semua berlalu begitu saja. “Sepertinya tidak mungkin kalau Mas Azka menyukai aku. Kalau suka kenapa dia melihat aku yang sepertinya tidak ada, bahkan sangat acuh walau dia yang telah menolong aku dan Nathan,” bisik hati Renata. Renata sudah punya nama untuk bayi cowoknya, Nathan. Dan entah kenapa dia ingin menambah nama belakangnya dengan Azkara. Karena memang seseorang yang menolong dan terakhir menyalami untuk kuat adalah Mas Azka. Nathan Azkara, putra Renata Mutiara. Bayi cowok satu-satunya yang lahir hari itu bersamaan tiga cewek lainnya.  Empat hari Renata dirawat dan semua biaya diam-diam Azka yang melunasi semua tanpa sepengetahuan siapapun, termasuk Nadine, adik kandungnya. Jelas Azka tidak mau adiknya akan berpikir macam-macam tentang dia, apalagi Nadine mendukung kedekatan dia dengan Elizabeth, gadis Amerika yang sedang kerja sebagai ekspatriat di kantornya. Terlintas sosok Elizabeth yang berambut keriting pirang, dengan kulit putih, mata cokelat serta tubuhnya yang semampai. Mungkin kalau mau dibandingkan dengan Renata bisa saja banyak yang memilih Elizabeth yang selalu tersenyum lepas dengan deretan giginya yang putih rapih. Sementara Renata sebenarnya sangat kalem dengan suara indahnya, saat menyanyi banyak membuat penonton terpukau. Sayang sekali dia harus menikah karena pergaulan bebas. Padahal menurut Azka kalau saja dia mau berusaha menjadi wanita yang independent pasti bisa. Kemampuan menyanyi di panggung dan suaranya yang bagus lalu mau kuliah dengan tetap bekerja maka dia akan menjadi wanita yang sukses. Sayang sekali Renata mengambil jalur pendek dengan terpikat rayuan Dito, sahabatnya. Azka tidak menyangka juga waktu itu Dito tega sekali melakukan perbuatan yang seharusnya tidak diakukan sebelum menikah.  Renata dan Bunda Nurul bingung saat pulang disuruh pulang saja tidak ada tagihan apa-apa. Renata menelepon Nadine dan mengucapkan terima kasih atas semuanya. Renata yakin pasti Nadin-lah yang mengeluarkan uangnya demi membiaya persalinan dirinya melalui operasi caesar. Nadine berpikir itu ucapan terima kasih biasa karena Renata tidak menyebutkan perihal biaya yang telah dibayar oleh kakaknya. Dito datang dan hanya meminta tanda tangan surat perceraian. Tanpa pikir panjang Renata menyetujui dan demikian bundanya juga sudah tidak mau melihat Renata disiksa lagi dengan tangan dan ucapan mulutnya yang kasar. Pupus sudah harapan Renata di masa remaja, menikah dan selalu disayang dan dilindungi, dan menjadi istri orang kaya yang bisa mencukupi kebutuhan dirinya dan bundanya. Tetapi bagaimanapun dia bahagia karena memiliki seorang putra yang dominan mewarisi wajahnya. Benar juga kebanyakan anak cowok lebih mendominasi dengan wajah mamanya, dan ini berlaku pada Nathan Azkara yang mirip dengan Renata.  Tanpa proses panjang lagi, tiga bulan umur Nathan adalah saksi sebuah kebahagiaan bersatu kesedihan. Bahagia karena ada bayi mungil yang membuat hatinya berwarna. Tapi sekaligus kesedihan karena resmi menyandang gelar janda muda yang harus banting tulang sekarang menghidupi dirinya, bunda, dan Nathan.


Download Titik & Koma

* Available on iPhone, iPad and all Android devices